Veranda hanya bisa meratapi apa yang ada dihadapannya. Ia masih belum siap menerima keadaan, - bahkan setelah satu bulan ini Kinal menghadap yang kuasa.
Hujan deras yang turun tidak menghalangi niat Veranda untuk datang ke peristirahatan terakhir Kinal, yang ia ingin hanya dekat padanya, walaupun ada penghalang besar antara dunia mereka berdua.
"Veranda?"
Suaranya tak asing, hangat namun sudah lama sekali ia tidak mendengar suara itu lagi.
"Tante?"
"Sudah lama rasanya kinal nggak nyeritain ke cerobohan kamu, Ve."
"Ah, tante bisa aja nih." kata Veranda sambil tertawa hambar.
Setelah berdoa dan menaburkan beberapa kantung bunga yang mereka berdua bawa, Mama Kinal mengajak Veranda untuk berbicara disebuah kedai kopi yang tidak jauh dari sana. Veranda mengiyakan ajakan itu dan langsung meluncur kesana.
Veranda masih bertanya tanya apa yang akan Mama Kinal lakukan. Marah kah? Atau ada hal lain yang harus ia sampaikan pada Veranda?
Ketika sampai, Mama Kinal mempersilahkan Veranda duduk, lalu menyuruhnya memesan. Ketika Veranda sedang memesan, Mama Kinal mengeluarkan sebuah kotak yang cukup besar dari kolong meja kedai tersebut.
"Mungkin ini yang ia siapkan ketika aku belum datang." pikir Veranda.
"Jadi, apa yang mau tante omongin sama saya?" ucap Veranda memulai pembicaraan
"Kamu buru buru?"
"Ah, nggak tante, saya cuman.."
"Penasaran?"
Veranda mengangkat bibirnya dengan malu malu.
"Iya, tante."
Mama Kinal menghela nafasnya sejenak, menyeruput jasmine teanya yang mulai dingin, lalu mulai berbicara.
"Kotak ini tante temukan di kamar Kinal. Awalnya sangat berdebu, tapi tante udah bersihin, tapi tante bingung, kotak ini ada gemboknya, tapi tante gatau ada dimana kuncinya. Tante udah tanya bibi dan seluruh orang rumah, tapi gaada yang tau dimana kuncinya. Cuman, tante nemuin ini didompet Kinal beberapa hari yang lalu, mungkin kamu tau?"
Mama Kinal memberikan kertas lusuh tersebut pada Veranda, kertas itu bertuliskan :
"Kamu dan aku ibarat kunci dan gembok yang selalu bersama. Tanpa gembok, kunci gaada apa apanya, dan sebaliknya, tanpa kunci, gembok bukan apa apa. Ayo, kita jalanin semuanya bareng-bareng, karena tanpa kamu, aku bukan apa apa." -V
Veranda menyadari sesuatu, kalung yang dipakai dirinya saat ini berbentuk kunci, namun ia berfikir kembali.. Mungkin kuncinya ada di fido..
"Tante, mungkin kuncinya ada di Fido.."
"Mama udah nanya sama dia, Ve, dia nggak tau apa apa. Satu-satunya orang yang deket sama Kinal selain mama, papa, dan fido kan cuman kamu, Veranda."
Veranda terdiam. Apakah benar kalung ini adalah kuncinya?
Akhirnya Veranda melepas kalungnya, lalu mengambil kuncinya untuk membuka gembok yang ada di kotak itu.
Dan berhasil.
Mama Kinal hanya bisa tersenyum.
"Akhirnya Mama bisa menyampaikan sesuatu yang belum sempat disampaikan Kinal sama kamu, Veranda. Tolong dijaga baik baik. Tante pergi dulu."
Hujan deras turun membasahi Jakarta dan sekitarnya. Veranda masih terjebak kemacetan bersama mobil kesayangannya dan sebuah kotak yang diberikan oleh Mama Kinal tadi siang. Lagu hug me dari Nam Tae Hyun melengkapi suasana hatinya hari itu.
Sesampainya di apartemen, Veranda langsung membuka box itu. Dan ia kaget ketika ia menemukan benda benda yang ia sukai ada didalam sana. Origami burung, sebuah notes pink muda dengan pembatas mawar yang mulai layu, dan sebuah surat. Dengan hati hati ia membuka surat itu perlahan.
"Semakin lama waktu berjalan, aku yang sedang berlari mulai kehilangan nafasku.
Aku, tanpa sadar, sedang berjuang mati matian untuk mengejar sesuatu yang tak mungkin ku gapai.
Aku, tanpa sadar, sedang berjuang untuk menembus batas, yang mana batas itu lebih kuat dari baja,
Takdir.
Pertemuanku denganmu memang seperti sebuah scenario yang indah, bukan? Namun aku menyadari bahwa hidup ini memang benar benar hanya sandiwara. Semua telah digariskan atas nama takdir.
Aku tak pernah menyesali apapun yang telah kulakukan, namun kali ini, aku mengakui bahwa aku menyesal.
Aku tidak pernah menyesal mengenalmu, Veranda. Mengenal dan hidup bersamamu untuk jangka waktu yang cukup panjang membawaku pada rasa nyaman yang membuatku lupa.
Aku menyesal,
mengapa aku menambahkan rasa cinta, setelah hari hari perkenalan kita.
Demi masa depan dan takdir kita yang sudah menunggu jauh disana,
mari kita berpisah.
Jika kamu sudah menemukan kotak ini, pastikan bahwa kamu telah menemui takdirmu, Jessica Veranda. Maka aku juga telah menemui takdirku yang sudah lama menungguku.
Sampaikan permintaan maafku pada takdirmu, karena sudah menunggu terlalu lama.
Sampai jumpa dilain waktu, dan kesempatan.
I will wait you, in ur wedding dress.
Till we meet again,
Devi Kinal Putri.
Aku tidak akan bisa menemui takdirku, karena buatku, takdirku cuman kamu, Kinal...
The End.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unchained Fate
FanfictionApakah aku bisa menentang takdirku? Perempuan itu rela. Ia rela melepaskan semuanya, hartanya, demi seseorang yang telah membuatnya jatuh hati dalam satu kedipan mata. Apakah perempuan itu dapat menentang takdir itu?