PART 22 - Pelangi

6K 493 87
                                        

Waktu berputar rembulan dan matahari

Bunga yang mekar akan layu akan mati

Malam 'kan berakhir, hari 'kan berganti

Takdir hidup 'kan dijalani

Andai bisa ku mengulang

Waktu hilang dan terbuang

Andai bisa perbaiki segala yang terjadi

Tapi waktu tak berhenti

Tapi detik tak kembali

(Tiada duka yang abadi - opick)

Cathya memekik ketika Kean tiba-tiba menerjang Satya dan melayangkan pukulan bertubi-tubi. Satya sekuat tenaga berusaha menangkis, menahan Kean yang terlihat sangat bernafsu membunuhnya. Namun tak urung beberapa pukulan lolos mengenai pelipis dan ulu hati membuatnya menahankan nyeri yang sangat.

Egonya tentu saja ingin bangkit, melawan dengan kebrutalan yang sama. Tapi Satya sadar, yang didepannya ini bukan Sastra sahabatnya dulu, tapi iblis yang terbangkitkan dalam tubuh Kean karena luka akibat dendam yang ditimbunnya.

Satya ingat sekali tatapan ini, tatapan yang terpancar dari mata Kean dihari kematian Keira. Saat Kean hampir menghabisinya dan menyebabkan mereka berdua masuk rumah sakit karena babak belur, Luka fisik Kean memang tak separah Satya namun luka batin yang Kean derita jauh lebih parah..

Saat itu, di hari pemakaman Keira, ketika Satya menaburkan bunga terakhir di makam Keira, Kean tiba-tiba mengamuk kearahnya, meneriakinya agar tak menyentuh makam Keira. Satya yang awalnya bingung dan tak mengerti hanya diam saja dan membiarkan Kean menumpahkan emosinya. Namun tuduhan Kean padanya sebagai pembunuh Keira membuat Satya tak terima. Mereka akhirnya baku hantam dan terkapar bersama di rumah sakit.

Tapi sekarang, Satya merasa dirinya sudah dewasa.Sudah saatnya mereka menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Bukan dengan cara bar-bar seperti dulu.

Satya terus berusaha bertahan mati-matian, walaupun Kean terus menyerangnya membabi buta hingga akhirnya Satya terdesak dan tak bisa menahankan sebuah pukulan kea rah tulang rusuknya. Bunyi patah yang terdengar nyaring disertai nyeri tak tertahankan membuat Satya jatuh tersungkur.

Cathya menatap ngeri kearah perkelahian yang terlihat sangat tak seimbang. Kean yang terus menyerang sementara Satya yang terus bertahan. Apalagi saat didengarya suara bunyi patah yang mengerikan. Cathya memekik lalu dengan nekad menjadikan dirinya perisai untuk Satya.

"HENTIKAN!!!" teriak Cathya lantang. Ditantangnya mata Kean agar pria itu tersadar. Tapi Cathya justru salah langkah, amarah yang sudah berkobar didada Kean makin bertambah saat dilihatnya Cathya terlihat berusaha melindungi tubuh Satya dari amukannya.

"MINGGIR." Desis Kean dingin "J A N G A N I K U T C A M P U R !!!"

Sebetulnya Cathya ngeri setengah mati, sekujur tubuhnya terasa menggigil melihat api cair yang berkobar di mata kean. Tatapan membunuh yang pernah dilihatnya dulu, sekarang muncul lagi. Tapi jika Cathya menyingkir, nyawa Satya taruhannya. Ia tak ingin Satya terbunuh atapun membiarkan Kean menjadi seorang pembunuh.

"pergi darisini usagi" bisik Satya sambil meringis menahan rusuknya. "dia bukan orang yang bisa kau hadapi sekarang."

Cathya menggeleng kuat. "kalau aku pergi sekarang dia bisa membunuh kakak."

"Ck...manis sekali ya kalian..." Kean mendecih sinis "kalian memang pasangan serasi, sama-sama PENGKHIANAT!!!"

Penekanan di akhir kalimat Kean seketika membuat Cathya terkesiap. Selama ini Kean tak pernah berbicara kasar padanya, dan mendengarnya melontarkan tuduhan tadi dengan nada penuh kebencian membuat jantungnya berdenyut nyeri. Kean sendiri yang datang padanya, memaksakan dirinya, memporak porandakan kehidupannya dan berbuat semaunya lalu kenapa sekarang seolah Cathya yang bersalah. Dan kenapa juga hatinya harus merasa nyeri mendengar tuduhan Kean padanya.

EntangledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang