hadiah buat yang nagih revisian part ini...agak sedikit beda tapi intinya tetep sama kok...
enjoy the part ya.Lyla.
“Cathyaaaa” teriakan Kayla yang membahana membuat seluruh orang yang berlalu lalang disekitar laboratorium kimia langsung menoleh ke arah mereka membuat Cathya malu setengah mati sementara sang pemilik suara dengan wajah tanpa dosa dan sikap sok innocent bergegas mendekatinya seolah tak peduli kalau suaranya menimbulkan polusi buat telinga orang-orang disekitarnya..
“nih aku bawa?” bisiknya saat sudah berdiri didekat Cathya. Matanya melirik ke arah tas yang dibawanya.
Cathya memutar bola matanya. Anak ini yaaaa... “ga sekalian aja manggilnya pake toa.” Ditatap dengan delikan maut, Kayla hanya terkekeh “tau lagi bawa barang keramat, malah teria-teriak kaya orang kesurupan”
Tawa Kayla langsung pecah. Sahabatnya satu ini parnoannya emang parah. Paling gak suka menarik perhatian orang lain ke arahnya, padahal dengan wajah cantik alami, rambut hitam sepunggung serta tubuh semampai namun berisi ditempat yang tepat mau tak mau membuat tatapan para pria selalu menoleh ke arah Cathya lebih dari sekali. “sori..sori...abisnya kalo manggil pelan, kamu suka ga nengok sih.” Kayla mengeluarkan benda keramat dari tasnya lalu memberikannya ke tangan Cathya.
“sekarang???” tanya Cathya panik
“iyalahh. Aku udah cape-cape bawa tau”
“tapi aku masih ada kuliah key, kalo kena sita gimana?” matanya berkeliling gelisah, mencoba memindai siapa tau ada yang memergoki transaksi mereka.
“ga akan laah, tenang aja. yang suka usil kan cuma nyonya sudibyo yang terhormat, dosen lain jaranglah ngurusin yang ginian?”
“yakin?” Cathya masih ragu, meski begitu dimasukannya barang tersebut kedalam tote bag nya.
“udah gak apa-apa bawa aja” Kayla memaksa
Walaupun dengan berat hati, Cathya tetap menerimanya. Mau bagaimanapun, dia harus menghargai Kayla yang sudah mau repot membawanya, apalagi posisi Cathya sebagai peminjam membuatnya harus sedikit tau diri dengan menerimanya sebelum si pemberi pinjaman berubah pikiran.
Namun entah kenapa, perasaannya mendadak tidak enak. Seperti ada hawa dingin yang menjalari punggungnya perlahan membuatnya seketika merasa kedingininan ditengah terik matahari yang tengah menyorot tajam. Firasatnya seolah mengatakan sesuatu atau mungkin seseorang tengah mengintainya dan menunggunya terjerat.
Tanpa setahu Cathya, di sebuah jendela lantai 2 sepasang mata menatapnya begitu intens, senyum kemenangan terkembang begitu saja dari bibirnya melihat transaksi yang dilakukan dua orang tersebut.
“l got you, Cathanaya” bisik nya lirih
-0-
Ruang kuliah sudah hampir penuh, dengan heran Cathya terpaksa duduk di barisan paling depan tepat menghadap meja dosen, karena memang hanya barisan tersebut yang tersisa. Aneh, tak biasanya kelas statistika sepadat ini. Biasanya jika giliran mengajar pak sigit purba yang galak dan membosankan, hanya separuh kelas yang terisi. Sekarang bahkan banyak dari kelas ekstention yang ikut dikelas ini.
“ssstt...Nay?” Cathya melirik ke kursi belakang ke arah suara yang memanggilnya. Ryotaro Naratirta, si blasteran minang jepang yang dijuluki most wanted dikalangan mahasiwa angkatannya, playboy cap kadal yang sering tebar pesona ke seantero kampus namun untungnya berstatus sahabat sematinya, partner in crime nya selain Kayla.
“apa?”
Ryo mencodongkan tubuhnya ke arah Cathya. “mau tukeran tempat duduk ga?” tanyanya dengan muka sok lugu. Namun bukan Cathya namanya jika dia sampai tertipu sahabat tengilnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled
General FictionRasa penasarannya tak tertahankan, dia harus mencari cara untuk menemuinya. HARUS. Karena kalau tidak, ia tak bisa menjamin otaknya akan tetap berjalan dengan semestinya. Jadi demi ketenangan jiwanya dan ketenangan jiwa gadis itu , perangkap harus...