" ah sialan,jadi Gue ditikung teman sendiri???coba aja email gue gak disabotase. Cathya pasti masih sama gue."
"rasanya gue pengen ngucapin makasih sama orang yang udah berbaik hati bikin hubungan Lo berantakan."
"gue bener-bener gak bisa lepasin dia." Ucap Satya lirih.
"Kalau gitu cepat bangun, Kita jemput dia. Untuk kali ini, biarkan Cathanaya yang memutuskan cincin mana yang akan dia pakai. Karena meski gue sadar sikap gue benar-benar brengsek, Gue gak bisa ngelepasinnya tanpa berjuang lebih dulu."
***
I know I can't take one more step towards you
'Cause all that's waiting is regret
Don't you know I'm not your ghost anymore
You lost the love I loved the most
I learned to live half alive
And now you want me one more time
And who do you think you are?
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me
Who do you think you are?(Christina Perri - Jar Of Heart)
"Gak bosen Tapa mulu, udah kaya nyai roro kidul aja Lo tapa di pantai? " Tama duduk disisi kiri Cathya, mengambil kelapa muda yang sedari tadi diabaikan pemiliknya. "Untung lagi libur semesteran, kalau gak abis Lo dibabat Nyonya Sudibyo dikasih E"
Cathya memutar mata bosan, gak ada cara kreatif lain buat nakut-nakutin apa? Sampai nilai semesteran dibawa-bawa. Lagian sebelum kabur kemari, Cathya udah berfikir masak-masak. Jangan sampai aksi "menenangkan diri" nya berdampak buruk untuk masa depannya kelak.
Cathya baru mulai menata kembali serpihan hati serta harga dirinya, saat Tiga hari yang lalu Tama datang kemari. sebuah pulau sedikit terpencil di pesisir barat lampung yang merupakan kediaman Nenek Lasmi, Nenek Tama dari pihak Ibu.
Saat secara defensif Cathya bertanya alasan kedatangan si muka datar, pria itu hanya mengedikan bahu seraya bilang kangen kampung halamannya. Membuat Cathya hanya bisa bungkam. Karena Tama lebih berhak datang kemari daripada dirinya. Batin cathya meringis.
Padahal demi pluto yang sudah dihilangkan dari tata surya, Cathya yakin Tama datang atas permintaan bunda untuk menjemputnya pulang karena terlalu lama berlibur.
"lagian nanggung amat milih tempat kaburnya, 12 jam doang udah nyampe." lanjut Tama. " ke arab kek yang jauhan dikit sekalian umroh jadi berbulan-bulan juga ga akan ada yang nyariin"
Cathya hanya mendengus mendengar ucapan beracun dari sang raja tega. Dulu Cathya pernah diajak ibu Rahma berlibur di tanah kelahirannya di lampung. Begitu menginjakkan kakinya di sini, dia langsung jatuh hati pada panorama alamnya yang masih murni. Disaat-saat tertentu dia bahkan bisa melihat tarian sekelmpok lumba-lumba dari pinggir tebing.
Saat pertama kali berkunjung kemari, Nenek Lasmi menerimanya dengan baik, memperlakukannya seperti cucunya sendiri. Membuat Cathya selalu berharap bisa kembali ke pulau ini.
Maka Pulau inilah yang pertama terlintas di pikirannya saat ia ingin membebaskan diri.
"Gue gak kabur. Cuma ~"
"lari?? " potong Tama "Sama aja"
Cathya mendelik "Ngapain lari? Gue gak ngerasa punya salah. Lagian kalo mau lari ngapain gue cape-cape naik kapal kesini, ke luar negeri aja sekalian umroh" sindirnya balik
"karena kalo naik kapal susah ngelacaknya"
Cathya menghela nafas membenarkan ucapan Tama. Alasan kedua dia berkunjung ke lampung adalah untuk menghindari naik kereta api ataupun pesawat. karena akan mudah terlacak, Terutama untuk kalangan yang memiliki pengaruh seperti Keluarga Sastradinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled
General FictionRasa penasarannya tak tertahankan, dia harus mencari cara untuk menemuinya. HARUS. Karena kalau tidak, ia tak bisa menjamin otaknya akan tetap berjalan dengan semestinya. Jadi demi ketenangan jiwanya dan ketenangan jiwa gadis itu , perangkap harus...