Seneng banget deh sama suara Amy Lee dan kebetulan banget abis dengerin lagi broken ini jadi dapet inspirasi buat lanjutin cerita. Jadi yang penasaran sama malaikat penolong Cathya dateng apa enggak, enjooy the part.
Happy Reading
The worst is over now and we can bretahe again
I wanna hold you high, you steal my pain away
There so much left to learn, and no one left to fight
I wanna hold you high and steal your pain away(broken - Amy lee ft Seether)
Cathya terdiam pasrah, tubuhnya memang melemah tapi kesadarannya masih terjaga membuatnya mengernyit jijik merasakan kecupan dan belaian Miko di sekujur tubuhnya. Kemejanya terbuka lebar menampakkan pakaian dalam yang menyangga kedua payudara yang kini tengah ditatap Miko dengan penuh nafsu.
Air matanya makin deras. Dia tak menyangka akan mengalami hal seperti ini lagi. Mungkin dia sudah tidak perawan, tapi dulu dia melakukannya secara tidak sadar dibawah pengaruh obat. Tak ada rasa sakit ataupun jijik seperti yang ia rasakan sekarang, yang ada hanya perasaan menyesal setelah dia terbangun dari mimpi buruk yang bahkan tak diingatnya sama sekali.
Tapi saat ini, perutnya bahkan sudah bergolak hebat mual tak tertahankan merasai setuhan menjijikan di sekujur tubuhnya. Andai bisa ia ingin memuntahi wajah pria didepannya, tapi rasa mualnya hanya berkumpul ditenggorokan dan tak berhasil memuntahkan apapun.
Cathya memejamkan matanya rapat-rapat saat perlahan Miko berusaha membuka kaitan pakaian dalamnya. Dia terus memejamkan mata ketakutan, bahkan saat tak dirasainya lagi tangan yang menggerayanginya. Suara benda berjatuhan, tumbukan kulit dengan kulit dan bahkan suara tulang patah disertai teriakan kesakitan tak sanggup membuat mata Cathya terbuka. Dirinya terlanjur merasakan kengerian. Membuatnya memilih buta dengan keadaan sekitar.
Gesekan kain membungkus tubuhnya yang setengah telanjang, tak lama sebuah tangan mengangkat tubuhnya yang lemah.
"Cathya, buka matamu" bisikan lembut dari pria disampingnya tak mampu membuat matanya terbuka. Cathya merasa familiar dengan suara lembut tersebut, tapi dirinya terlalu takut untuk melihat kenyatan. "ayo bangunlah, yang terburuk sudah berlalu. Bangun dan hentikan dia sebelum membunuh orang dengan tangannya sendiri."
Perlahan Cathya membuka mata. Sesosok wajah memandangnya dengan tatapan meneduhkan. "Tama?"
Tama tersenyum "iya ini aku. Tenanglah, semuanya baik-baik saja. Kami akan melindungimu."
Sambil memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya, Cathya langsung menyurukan wajahnya dibahu tama dan menumpahkan tangisnya disana. Tak terbayangkan olehnya jika mereka telat menolongnya. Ia lebih baik mati daripada dijamah priskopat gila seperti Miko.
Dengan sabar, Tama mengelus punggung Cathya mencoba meredakkan isaknya yang terdengar menyayat hati. Sampai sebuah kesadaran perlahan meresapi kepalan Cathya saat kata terakhir Tama terngiang. Cathya mengangkat kepalanya memandang Tama, yang dipandang hanya mengedikkan kepalanya ke belakang Cathya.
Mengikuti arah pandangnya Cathya langsung terperangah melihat Kean tengah mencekik Miko dengan satu tangan. Tubuh Miko bahkan sudah terangkat dari lantai. Mukanya benar-benar babak belur, dari hidung dan sudut mulutnya mengeluarkan darah segar, lebam menghiasi dimana mana, bahkan perlahan wajahnya mulai membiru, menandakan tersendatnya pasokan darah dan oksigen.
"Halangi dia" Tama mengedikkan bahunya acuh. "meskipun aku lebih senang bajingan itu mati, tapi aku tak mau melihat mayatnya disini. Kematian bahkan terlalu mudah untuknya. Biarkan dia tetap hidup untuk membayar dosa-dosanya."
Cathya masih terlalu terpaku melihat keadaan di depannya. Kean dengan tatapan terdingin yang bahkan mampu membekukan kawah berapi dengan tanpa perasaan makin mengetatkan cekalan tangannya di leher Miko, sementara orang didepannya perlahan mulai kehilangan kesadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled
Художественная прозаRasa penasarannya tak tertahankan, dia harus mencari cara untuk menemuinya. HARUS. Karena kalau tidak, ia tak bisa menjamin otaknya akan tetap berjalan dengan semestinya. Jadi demi ketenangan jiwanya dan ketenangan jiwa gadis itu , perangkap harus...