Markas Sunyi

4K 283 8
                                    

CHAPTER 13 

MARKAS SUNYI 

Langit - langit kelam, matahari tak nampak. 

Gadis kecil itu telah sembuh sepenuhnya. Dia telah terbebas dari rasa sakit. Tubuh mungil nya terbaring tenang tanpa beban seperti sedang tidur nyenyak. 

Dia meninggalkan begitu banyak kesan di rumah cahaya. Semuanya kehilangan tapi mereka mengerti bahwa dia ingin semuanya bahagia ikhlas mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhirnya. 

Dibawah rintik gerimis, gadis kecil itu disemayamkan tepat di sebelah makam wanita yang melahirkannya. Bu dewi tersungkur lemah di hadapan makam bertabur bunga itu. Eva atau pun salah satu dari anak di rumah cahaya bukanlah lahir dr rahim wanita ini, tapi baginya, dia menyayangi semuanya, baginya anak - anak di rumah cahaya adalah jantung nya, buah hati nya. Kepergian eva sama saja kehilangan bagian dari jiwanya. Bu dewi masih terus terisak. Begitupun dengan anak yang lain. Tapi gadis itu, gadis di sebelah bu dewi, meski matanya berkantung dan lelah, gadis itu tidak menangis. Dia memeluki bu dewi. 

"Eva sudah jauh lebih baik, ibu jangan menangis lagi, eva akan bersedih jika ibu menangis." Ungkapnya dengan tegar. 

Bintang berdiri memegang payung bersama aji dan anak - anak lain. Satu satunya yang jauh dari mereka adalah radit. Dia berdiri memandangi dari jauh, hati nya dipenuhi penyesalan, dipenuhi rasa bersalah. Matanya merah, sama merahnya seperti mata bu dewi. 

Dari kejauhan dia melihat bintang membantu bu dewi bangkit. Dia dan Aji memapah bu dewi sedangkan syila memeluki anak - anak perempuan yang menangis. 

"Its okay.." Katanya menenangkan. Mereka semua meninggalkan makam eva. Radit mengikuti dibelakang. 

"Nak bintang, tunggu sebentar ya, ibu urus administrasi sama gereja dulu" pinta bu dewi. 

"Administrasi nya sudah beres semua, bu Dewi tidak usah khawatir ya, sekarang saya antar bu Dewi dan adik - adik ke rumah cahaya. Lalu kalian istirahat" kata bintang tenang. 

Lalu dia dan yang lain masuk ke mobil bintang. 

Dan yang lain diarahkan ke mobil radit. 

"Pak diman, radit mana?" Tanya syila 

"Mas radit nyuruh saya antar anak - anak kerumah cahaya, mas radit tadi bawa mobil sendiri" ujar nya. 

"Yaudah pak makasi ya" kata syila 

"Loh kamu gak ikut syil?" Tanya pak diman bingung 

"Pak diman sama anak - anak duluan aja" jawabnya. 

Gadis itu kini mencari - cari dan dengan mudahnya menemukan Raditya bersandar di sebuah sedan hitam mewah memandang hampa lapangan berumput hijau yang diramaikan baris baris makam. 

Syila menghampirinya perlahan. 

"I'm sorry, it's because of me" kata radit dingin. Ia sama sekali tak memandang syila. 

Syila tak merespon. 

"Kalo aja gue gak terlambat, kalo aja eva dirawat di rumah sakit dari sejak gue tau kalo dia sakit.." ujar radit. Dia tak bisa memaparkan kesedihan itu namun dia sepenuhnya merasa kepergian eva adalah karenanya. 

" Eva itu seperti adik kandung gue sendiri, kalau tindakan penyelamatan eva terlambat, itu berarti karena gue seorang kakak yang gak becus jagain adiknya" kata syila tenang. 

Radit meliriknya. 

"I love her, you know that.." Ungkapnya, suaranya bergetar dan matanya sedikit berair, namun syila cepat - cepat menguasai diri dan mencoba tegar lagi. 

Accidentally AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang