everybody hurt

4K 255 4
                                    

CHAPTER 22

EVERYBODY HURT

"Eh woi buka!!! Eh gak lucu tau!!!" Syila memukul mukul gerbang itu sekuat tenaga.

"Oscar ini pasti elo ya!!! Buka cepet!!!" Syila kini menendang nendang gebang itu.

"Sialan tinggi banget lagi.." Batinnya. Lalu melihat ke kanan dan kiri.

Dia mengambil ponselnya di dalam tas.

"Ah shit!!"Syila mengeram kesal. Ponselnya tidak hidup.

Keraton sudah hampir gelap dan sepi.

Lalu alunan gamelan perlahan mendayu dayu membuat syila ngeri sendiri.

"Ah bodo amat deh"

Syila memanjat pagar tinggi menjulang itu dengan lincah.

Dia loncat saat kakinya telah dekat dengan tanah. Dihadapannya ada 2 orang berpakaian tradisional menggelengkan kepala.

"Mba, tau kan ini tempat yang dihormati? Mba tau tata krama disini, manjat manjat begitu tidak menghormati luhur , mba, apalagi mba ini perempuan!. " Kata yang satunya. Syila tak berkomentar. Dua orang itu menarik syila paksa membawanya pada pemimpin mereka. Syila menunduk.

"Abis udah sore dan dikunci, pak, saya gimana mau keluar" ujar syila menunduk

"Lah, kan mba sudah dikasitau jam kunjungan iitu sampe jam berapa" bentak orang orang itu

"Tadi itu jam 5 kurang 15 pak!" Bela syila

"Alasan!" Seru dua orang yang menariknya tadi di telinga syila.

"Skrng gini aja, mba ini dari kampus apa, fakultas apa, saya ingin bicara dengan dosen pembimbing yang bertanggung jawab" katanya

"Eh jangan jangan, wah gaperlu pak gaperlu, saya dihukum aja deh." Kata syila cepat cepat sembari membayangkan wajah pak togar yang menghardiknya kesal karena ulahnya.

"Yowes, kalau begitu ini ada sapu , mba liat halaman keraton? Nah, itu mba sapu sampai ga ada sampah lagi" ujar bapak itu santai.

"Halaman pak?? Itu lapangan bola kali" celah syila protes karena luas halaman itu tak tanggung tanggung.

Mau tidak mau syila membersihkan halaman itu sambil menggerutu. Suara jangkring menemaninya. Sesekali syila mengeluh ngeri.

Dibalik semak semak sesuatu bergerak. Syila mencoba tak peduli. Namun semak semak itu makin bersuara membuatnya gusar. Syila memegang sapu itu gemetar sembari berdzikir.

Dia mundur pelan pelan

"Rasyila!" Kata suara suara itu mengaget kan syila.

Syila berteriak sekencang kencangnya hingga mukanya merah. Dibalakangannya ada seseorang yang berdiri dan syila tidak peduli. Dia memeluk orang itu sangat erat dan menyembunyikan wajahnya yang ketakutan setangah mati.

"Apaan sih.." Ketus orang yang dipeluk syila

"Woi gue gabisa napas" bentaknya.

Syila melepaskan pelukannya.

"Loh, dit? Lo ngapain disini?" Kata syila bingung.

Ketakutan masih terpeta diwajahnya. Dua musang muncul melompat dari balik semak semak. Radit tertawa.

Syila bergidik malu, dia buru buru meninggalkan sapu itu begitu saja , dan pergi. Radit mengikuti.

"Eh lo bukannya harusnya sama gandes ya ?" Tanya syila penasaran sekaligus lega yang tidak bisa dijelaskan karena mengetahui radit tidak bersama gandes.

Accidentally AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang