God is good

10.4K 546 213
                                    


seorang laki - laki bertubuh lusuh kini sedang meratap memohon. Di hadapannya, seorang wanita memandangnya jijik.

PRAKKK!!!

Dia memukul meja dengan satu tangannya membuat si lelaki itu makin meratap dan shock.

"LO NGAKU AJA!!! JANGAN BIKIN GUE SUSAH!!! KALO LO NGAKU LO PALING CUMA DI BUI 3 BULAN!! ELAH !! GUE MALES TAU GAK NGURUSIN MALING GAK PENTING KAYAK LO!!!!!" Jeritnya murka.

Dia langsung saja ditarik keluar oleh dua orang perempuan yang bersusah payah menyingkirkannya dari hadapan client nya.

"Mbak!!!" Gertak tata.

"Mbak! Hakim belom kasih putusan! Lo sembarangan aja bilang dia maling. Belom tentu dia!" Si perempuan satunya ikut menggertaknya.

"Udah lo balik aja ke kantor.. Lo emang gak boleh dikasi interogasi tau gak! Bisa gila semua client kita! Udah lo balik! Interogasi dan cari saksi urusan gue sama syila!" Kata Tata tegas.

Lalu mereka berdua memasuki ruangan itu dan mengunci nya tidak membiarkan si penasihat hukum masuk.

Ini sudah berbulan - bulan sejak Rasyila memutuskan untuk melepas Raditya agar selalu bersama ibunya. Tidak seperti sebelumnya. Kali ini semuanya jauh lebih mudah. Syila menikmati hari - hari nya yang seperti ini.

Dia dan adiknya kini sudah tidak lagi tinggal di kontrakan kecil yang disewa nya. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama ayah mereka di sebuah komplek perumahan. Rumah itu terlampau besar dan nyaman untuk mereka bertiga. Ruangan paling besar di rumah itu bukanlah kamar mereka masing - masing. Di sana Pak Wijaya sengaja menggunakan ruangan paling luas sebagai perpustakaan tempat dia menyimpan literaturnya.

Aji gembira sekali bahwa kini dia bisa dengan bebas mengakses literatur - literatur mahal itu kapanpun dia mau.

Meski harta ayahnya sudah sangat cukup menghidupi mereka. Syila tetap saja tidak tahan bila dia mempunyai waktu luang. Dia kini bergabung dengan tata, bekerja untuk Regina Simamora. Kesehariannya terlampau sibuk untuk mencari saksi - saksi yang meringankan bagi client nya. Biarpun pekerjaannya itu tidak menghasilkan uang sebanyak yang dihasilkan ayahnya, syila sangat menikmati apa yang dia lakukan. Dia merasa seperti terus tertantang untuk berpikir demi menyelamatkan client nya.

Dia melempar tas ranselnya sembarang arah lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk di ruang tengah rumahnya. Dia lelah sekali. Biasanya ia harus membuat air minum sendiri dan masih harus merapikan rumahnya. Syila tersenyum.

"Bibi... Tolong ambilin air minum yaaa.." Ujar syila saat pembantu di rumah itu lewat.

Betapa mudahnya hidupnya sekarang, pikirnya.

Baru beberapa detik yang lalu si bibi merapilan tas ransel syila. Sekarang Pak Wijaya datang melempar tasnya begitu saja lalu merebahkan dirinya di samping syila. Dia sama lelahnya. Sama kesalnya. Dan sama pusingnya.

Mereka saling menengok melihat satu sama lain lalu memandang mencemooh.

"Udah siap kalah belom?" Kata Pak Wijaya mencemooh

"Situ kali yang akan kalah.." Jawabnya ketus

"Emang papa gak tahu.. Client kamu gak punya akta otentik nya.."

"Ih siapa bilang.. Liat aja besok.. Client papa yang tante tante ribet itu bakal kalah.. Liat aja besok mbak regina pasti kalahin papa!" Katanya lalu dia bangkit meninggalkan ayahnya.

Dia merebahkan dirinya di tempat tidur yang lebih besar dari tempat tidur miliknya di kontrakan dulu. Kamar ini lebih besar. Dia bersyukur atas kehidupannya sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Accidentally AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang