Ramzi's Vow

4.3K 291 23
                                    

Mimpi buruk dan ketakutannya sedikit demi sedikit pergi. Dia sudah berjanji bertahun - tahun lalu tidak akan seperti ini lagi. Dia sudah berjanji pada dirinya untuk kuat. Meskipun mimpi itu datang lagi dan mulai menyakiti hati serta pikirannya, gadis itu menahannya, memasukan pikiran - pikiran positif ke dalam kesadarannya.

Seperti saat ini, Syila pucat dan gemetaran. Saat ini di depan laptop ketika dia memenuhi tanggung jawab nya kepada Om Bima.

Rupanya berita tentang anak presiden yang menjadi terdakwa percobaan pembunuhan sudah dikalahkan oleh berita - berita baru yang membuatnya jadi seperti ini lagi.

"Mustafa Wijaya's daughter did not recognize him while her father suffered blood cancer"

Atau yang lebih menyakiti hatinya

"Raditya Danuradja choosed a perfidious woman?"

Dia harus menahan luka nya lagi pada setiap kalimat - kalimat yang harus diperbaikinya. Jari - jari nya gemetar menyentuh setiap angka di laptop nya.

Dia menangis tak tahan. Lalu dia menenangkan dirinya. Dia mencoba bernapas dengan normal.

Apapun yang orang - orang ini katakan tentangnya, tidak boleh menghentikan apapun yang dilakukannya.

Syila keluar kamarnya. Dia melihat aji yang tertidur di atas buku - buku dan tugasnya. Dia memandangi adik nya. Membelai Rambutnya. Aji satu - satu nya alasan Syila untuk lepas dari trauma nya beberapa tahun lalu itu. Dia juga alasan Syila untuk menyanggupi apapun yang harus dihadapinya. Adiknya itu kekuatannya. Adiknya yang membuatnya bertahan. Dan hanya dengan memikirkan Aji, syila bisa melewati apa saja yang menghambatnya.

Setelah itu dalam waktu lima belas menit, syila dapat menyelesaikan artikel - artikel yang membicarakan dirinya secara sepihak itu.

                                  *****

Pemandangan disini agak berbeda. Jalanannya kini ramai dengan wartawan - wartawan dan beberapa petugas pengamanan. Calon presiden nomor 1 itu datang bersama istrinya yang menggunakan kaca mata hitam. Mereka tidak memberikan komentar apapun.

Mereka sampai pada ruangan tertutup. Hanya mereka dan kini bersama anak mereka satu - satunya. Dia sudah sangat kurus. Si anak menangis di pelukan ibu nya. Dia rindu sekali. Dan ibu nya menciumi anaknya. Memeluknya erat dan menangis terluka melihat anaknya. Sang ayah hanya berdiri angkuh.

Bukan hanya keluarga Rosenda yang saling menguatkan saat ini. Di ruangan lain, Syila bersandar manja dalam pelukan Bu Dewi. Aji sudah sejak kemarin selalu bersama Syila tak sekalipun meninggalkannya. Dia tidak mau ada yang menggaggu mereka. Hanya ibu dan adiknya saja.

Ini menit - menit terakhir sebelum persidangan. Syila sudah harus berpisah dari Bu Dewi dan adiknya. Petugas membawanya ke bilik khusus tempat saksi korban menunggu. Aji dan Bu Dewi menempati kursi untuk pengunjung sidang di ruangan itu.

Sementara terdakwa kini bersama penasihat hukum nya. Wanita yang sudah lengkap dengan jubah hitamnya berulang kali meneguk air mineral sementara Tata memastikan kembali semua berkas yang di butuhkan Regina lengkap.

Mereka tidak bicara dengan gandes sedikitpun.

"Make up gue udah oke kan ya?" Kata Regina memandangi dirinya di cermin

"Udah mbak.." Gumam tata tak acuh

"Yaudah yuk.." Katanya setelah menghela napas menenangkan jantungnya yang berdebar.

"Dan elo gandes.. Jangan bikin gue susah!!" Gertaknya pada client nya.

"MBAK!!!" Tata meneriaki nya marah tapi Regina sudah terlanjur keluar ruangan itu.

Accidentally AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang