Barongsai dan Keluarga Lu

4.2K 305 9
                                    

CHAPTER 16 

BARONGSAI DAN KELUARGA LU 

Syila meminta pak diman berhenti disebuah toko dengan reklame berkelap kelip mencolok di siang hari 

"DAPATKAN DISKON DI PEMBELIAN 5 CUPCAKE DI SPECIAL HOUR !!" 

Syila buru buru melihat arloji nya, jam nya menunjukan angka yang cocok dengan special hour versi toko itu. 

"Wah ada diskon!!! Bentar ya pak" kata syila buru buru turun. Begitu membuka pintu, udara dingin dengan semerbak harum roti yang baru saja matang, perut syila mulai mengemis. 

"Silahkan mba, ada yang bisa kami bantu" kata pelayan yang berseragam kuning biru dan ikat kepala bermotif. 

"Yang diskon yang mana??" Tanya syila 

"Cupcake aja tuh mba" ujarnya ramah. Syila menghela napas dan kecewa. 

Cupcake tidak akan membuatnya kenyang. Ia melihat kue kecil dengan warna warni dan hiasan yang ramai, kue kecil kecil itu tampak meriah. 

Dia berpikir untuk mungkin memberikan ini pada radit karna hari ini dia berulang tahun. Tapi dia buru menghapus pikiranya. Berjalan meninggalkan tempat itu sambil menggerutu 

"Radit? Dia mana suka kue kecil begitu.. Yang ada dia akan membuangnya.." Ujarnya. Tapi mendadak ia berpikir lain 

"Sebagai ucapan terima kasih karena dia telah mengizinkan gue bekerja disana sampai selama ini padahal gue bikin kacau terus" Batinnya.  

Akhirnyaa dia masuk toko itu lagi, memilih lima buah kue dengan warna yang disusun indah. Terlihat bagus dan menggemaskan. 

"Ini ada lilin lilin nya sebagai bonus" kata pelayan itu, syila mengambilnya. Kue kue itu dibungkus di kotak yang pas membuat syila membawanya hati hati memeluk kotak itu 

"Makasi.." Kata syila ramah dan dia pulang kerumah radit. 

*********

Syila berdiri di depan cermin, merias bibir nya dengan lipstick berwarna pink pucat. Menaburkan bedak merata ke wajahnya. Menyisir rambutnya, mengikat setengahnya dan membiarkan bagian yang tersisa tergerai panjang rapih. Ia memakai baju berwarna warni yang lembut ditambah cardigan broken white. memadukannya dengan rok sedengkul yang serasi. Ia memandangi lekuk tubuhnya yang kurus dan tinggi, tersenyum memamerkan gigi gigi kelincinya. 

"Syila cantik juga" katanya pada cermin. 

Ia merapihkan lagi roknya, membasuh parfum ke sekitar lehernya. 

Lalu membayangkan pria dengan rahang sempurna, hidung dan bibir yang mendukung dan tatapan yang lembut dihadapanya. Dia begitu tampan membuat syila menatapnya tanpa berkedip. Sedikit lagi pria sempurna itu akan berkencan dengannya, dia membayangkan Bintang membawa bunga dan memberikan badannya. 

"Perfect" gumamnya sumringah. 

Lalu ia mengambil tas nya, tak sengaja menatap kotak merah yang terletak di meja itu. Dia merasa kalau dia sudah gila, lebih baik tidak usah memberi sama sekali. Dia membuka gagang pintu , lalu menengok ke bingkisan lagi. Ia berpikir untuk menaruh saja itu di ruang utama dimakan atau tidak dimakan bukan lagi urusanya. Di membawa kotak itu sembunyi sembunyi menaruhnya ke belakang dengan tangan kirinya. Dia lalu melihat ruang utama itu telah berpenghuni. Radit tidak menyalakan tivi. Hanya satu lampu untuk pencahayaan sehingga nampak remang karena yang lain mati. Radit duduk di sofa, kemeja hitam dan celana jins gelapnya. Di mejanya tergeletak handphonenya yang tak utuh, baterai dan bagian belakangnya dipisahkan dari tempatnya. Radit baru membanting ponselnya. 

Syila melangkah hati hati. 

"Emmm dit.." Katanya pelan 

"Lo boleh pergi, kunci dibawa aja" katanya sama sekali tak menengok. 

Accidentally AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang