a place to gone

4.5K 283 5
                                    

CHAPTER 20

A PLACE TO GONE

Raditya terlihat sangat gelisah malam itu di meja kerja nya. Syila dan pak diman dapat mendengar dia baru saja bertengkar dengan seseorang via telephone. Kemungkinan telephone dari Bintang. meski begitu, mereka tetap berpura - pura tidak mendengar apapun. Meski saat itu juga keduanya sadar radit membanting sesuatu hingga menimbulkan bunyi rusuh.

Laki - laki itu terlihat sangat kusut. Dia menghampiri asistennya yang sedang duduk khawatir di ruang tengah.

"Ada yang bisa gue bantu?" Tanya syila hati - hati

Radit tetap dingin meski di matanya jelas terlihat keraguan.

"Ikut gue. Sekarang." Ujarnya singkat. Syila memandangnya bertanya tanya

"Baju yang kemarin gue pilih. Pake itu." Katanya lalu dia pergi tanpa memberi kesempatan pada syila untuk bertanya.

Syila buru buru menggunakan baju yang membuatnya tidak nyaman. Blouse berwarna biru pastel dan rok berwarna putih sampai lututnya. Dia mengikat rambutnya kebelakang. dia memandang sekilas dirinya dicermin. Dan benar saja, pakaian mahal ini membuat penampilannya sangat berkelas.

Syila membawa tas yang biasa ia pakai di kampus karna dia memang tidak memiliki tas yang sesuai dengan penampilannya sekarang. Dia menghampiri radit yang sudah menunggunya resah. Radit meliriknya.

"Gue gak ada tas lain.." Ujarnya

"It's okay" kata radit. Syila merasa makin aneh karena radit merespon tanpa keluhan. Mereka berdua tak banyak bicara selama di perjalanan. Radit menyetir sendiri agar pak diman menjaga rumah.

"Raditya, jadwal lo sekarang dinner sama rosenda group kan? Apa perlu gue pake kayak gini? Gue bisa tunggu di mobil" ujar syila.

Radit tak menjawab.

Mereka telah sampai. Rumah di kawasan elit itu megah berdiri di ujung jalan. Bentuknya mencirikan design eropa klasik dengan halaman hijau yang sangat luas.

Syila sibuk mengecek barang barangnya. Lalu pintu sebelahnya terbuka.

Radit ? Membukakan pintu untuknya?

Syila kini yakin sesuatu menimpa radit hingga radit jadi seaneh ini.

Syila berjalan lebih lambat dari radit memikirkan kemungkinan - kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Mereka disambut oleh salah satu pegawai berpakaian rapi dan diantar menuju ruangan luas dengan lampu lampu besar menggantung di bagian atas ruangan itu. Meja makan telah terisi penuh. Begitu pula kursi kursinya yang sengaja diatur cukup untuk mereka dan radit. Di kursi kursi itu telah duduk dengan gandes rosenda, kedua orang tuanya, bu ratih, serta 2 orang lain yang tidak dikenal syila.

Syila berjalan dibelakang radit menunduk. Dia tak seharusnya disini. Dia ingin berbalik dan pulang. Untuk apa dia di pertemuan keluarga seperti ini?

"Hai dit" suara gandes ramah menyambut radit yang baru saja datang. Syila masih terus menunduk saja.

"Maaf saya terlambat 20 menit." Kata radit masih berdiri. Semua orang memandangnya.

Begitu pun bu ratih yang bertanya - tanya kenapa syila ikut bersamanya.

Tangan radit menjadi dingin. Syila bisa merasakannya karena dia tepat di sebelah radit.

"Gapapa ko, kita juga asik ngobrol dari tadi" kata nyonya rumah itu.

"Silahkan duduk ra.." Kata seseorang yang tidak jelas siapa.

"Sebelumnya.. " Kata radit lalu berhenti.

Accidentally AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang