hampir

319 14 0
                                    

Aku hampir menyerah menjadi seorang guru. Bagaimana tidak bila murid muridku tak pernah melepaskan pandangan dari buku cetak dan soal soal ulangan? Sedang mereka pula harus tahu dunia di luar buku cetak dan ulangan? Ya. Aku hampir menyerah. Nampaknya sedang terjadi fenomena "cuek" massal dan secara generatif. Generatif yang saya maksud adalah secara generasi. Melibatkan satu generasi. Aku gagal paham terhadap murid murid yang aku hadapi sendiri. Kemana hilangnya inisiatif dan kreativitas anak muda? Haruskah guru selalu memberikan pancingan berupa nilai? Nilai nilai dan nilai tanpa adanya kepedulian sosial. Lantas bagaimana caranya aku bisa menggerakkan mereka yang diam seperti batu? Selalu saja sama. Aku sendiri pun tak berani menjamin bahwa mereka (murid muridku yang paling kukasihi) bisa bertahan hidup di luar sana. Kata Plato hidup yang tidak dimaknai adalah hidup yang tidak layak dihidupi. Lantas bagaimana mereka bisa hidup tanpa makna?

Jelas. Ini adalah produk sosial media. Mereka tak lagi berbicara tapi hanya mengetik. Mereka tak lagi berkumpul dan ngobrol hal hal yang nyleneh tapi hanya berdiskusi masalah sepele dalam hidup. Galau karena hal hal sepele seperti mau makan dimana, ditinggal teman atau apapun. Aku sering pula berpikir dan menebak nebak kelak mereka akan jadi orang yang seperti apa.

Dari hal yang aku amati ini, aku mengambil sebuah kesimpulan bahwa Indonesia sedang berada di zona rawan kepemimpinan. Indonesia krisis pemimpin. Dan aku sendiri tidak yakin mereka akan memiliki masa depan yang cerah jika mereka tak segera berubah dan semakin mengasah hati mereka.

Catatan GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang