Hari guru. Terus kenapa?

374 12 2
                                    

Besok tanggal 25 November adalah hari guru Nasional. Hari dimana mungkin harkat martabat seorang guru dikenang untuk sementara waktu. Bagiku sendiri, besok adalah hari mengajar seperti biasa. Yang pasti aku ingin mengajak seluruh teman teman muridku untuk lebih memahami kacamata pendidikan Indonesia dengan lebih baik. Cita cita ku masih sama yaitu untuk merubah cara pandang relasi guru dan murid. Dari cara pandang yang superior atau relasi yang top-down menjadi relasi yang sejajar. Bukan maksud hati untuk menyamakan status guru dan murid, tetapi aku hanya ingin membawanya ke dalam diferensiasi bukan sebuah stratifikasi sosial.

Guru adalah pekerjaan yang amat sangat familiar bagiku. Bagaimana tidak, hampir seluruh anggota keluarga besarku adalah seorang guru. Dibesarkan dengan kondisi yang seperti itu membawaku menyadari lebih awal bahwa jadi guru adalah hal yang mulia dan nyaris bisa disamakan dengan menjadi buruh. Kala itu pemerintah belum memberikan apresiasi secara ekonomi (baca : sertifikasi).

Sekarang aku yang mulai menggantikan ibuk menjadi seorang guru. Pada awalnya aku sendiri ragu akan kemampuan secara akademis yang pas-pas an. Tetapi ternyata kemauan untuk selalu belajar dan pesan ibuk untuk menjadi orang yang rendah hati amat sangat membantuku. Entah bagaimana caranya aku sekarang memiliki teman teman murid dengan semangat belajar yang tinggi. Memang tidak semua. Tapi dari merekalah justru aku banyak belajar mengenai kehidupan. Mengenai apapun. Kesempatan untuk tumbuh dan berkembang bersama mereka adalah hal paling indah yang mungkin Tuhan berikan.

Semua orang bisa jadi guru. Semua orang bisa jadi muridnya. Itu cuma masalah persepsi. Yang menjadi inti dari relasi guru dan murid adalah soal proses dialogis untuk menemukan kebenaran. Proses manusiawi untuk menemukan jawaban, jadi saya yakin seharusnya tidak ada persoalan sama sekali mengenai siapa guru dan siapa muridnya.

Akhir kata, aku akan sangat berterima kasih kepada guruku yang sudah menjadi sahabat bagiku. Bagi guru-guru yang mungkin sudah tiada. Bagi guru-guru yang sudah menyumbangkan cara pandang yang berbeda. Kalian semua kece! Aku yakin aku tidak bisa menjadi seperti ini jika dulunya aku tidak mempunyai teman seperti guruku. Terimakasih pula untuk Tuhan yang sudah 'mengutukku' untuk menjadi seorang guru. Aku akan melanjutkan apa yang sudah kalian kerjakan. Semoga Tuhan memberkati. Titip buat besok : Selamat hari guru semuanya!

Semarang, 24 November 2016

Catatan GuruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang