Kenangan terindahku ketika menjadi guru justru bukan ketika aku mengajar dan murid muridku memperhatikan. Tetapi ketika aku mulai kehilangan passionku, ketika itu pula aku mendapatkan seorang murid yang dengan tengilnya mau duduk dan mendengarkan aku bercerita hampir dua jam lamanya. Dan ketika akupun menggambar probabilitas tentang mengubah cara pandang tentang pendidikan pada anak anak. Lantas ada seorang anak pula yang dengan pede menjelaskan bahwa semua murid yang berada di situ siap sedia untuk mencoba paradigma yang baru.
Kadang aku hanya terlalu penuh. Ya. Terlalu penuh untuk otak yang sungguh kecil. Pikiran pikiran yang sungguh tak kenal ampun bersliweran di depan benakku. Otakku sebagai guru sudah penuh dan perlu dituangkan.
Di penghujung tulisan ini, aku sungguh berterimakasih pada muridku siapapun mereka, aku sudah boleh berkembang bersama mereka. Siang dan malam.
Semarang, 4 April 2017