"P-pak... Pak Brahms?"
"Wow, saya tidak tahu kalau seketarisku yang manis dan penurut ternyata mempunyai mulut sepedas itu saat di luar perusahaan." cibir Jarvis sembari bersedekap dengan angkuh, sesuai gaya yang sering ia perlihat selama ini.
Kiara mengerjab sebentar untuk mengembalikan rohnya yang seolah terangkat dari tubuhnya begitu mendengar suara bosnya itu sekali lagi. Kalimat Jarvis membawa kembali kesadarannya bahwa pria yang sedang berdiri dengan gagahnya di depannya kini bukanlah khayalannya sama sekali.
Ia melirik mobil mewah itu dan menyadarinya bahwa sepertinya itu adalah mobil baru. Pantas saja ia sama sekali tak mengenal mobil itu.
Kiara dengan cepat membungkuk sungkan. "Maafkan saya, pak. Saya yang ceroboh. Ah, dasar Kiara bodoh, bodoh!" kata Kiara sebelum mengutuk dirinya sendiri dan memukul kecil kepalanya beberapa kali karena kebodohannya sendiri.
Jarvis mengernyit sebentar. Lagi-lagi sekertarisnya itu melakukan yang sulit di tebak olehnya dengan melakukan gerakan yang malah tampak menggemaskan itu. Wajah Jarvis pun kembali dingin. "Sudah seharusnya. Saya yakin kau tak melihat sekitar sebelum menyebrang tadi, jadi ini bukan kesalahan saya sama sekali." timpal Jarvis sengit.
"Sekali lagi, maafkan saya pak." sesal Kiara sekali lagi sembari kembali membungkuk.
Jarvis hanya menatap sifat Kiara yang berubah derastis dalam beberapa detik itu. Perempuan itu baru saja memakinya dengan kata-kata pedas, dan sekarang? Bagaiman bisa perempuan menjadi sejinak merpati rumah saat ini.
Mata Jarvis kemudian tanpa sadar menyusuri tubuh Kiara dan berhenti tepat di sebuah benda yang sedang digengam Kiara dengan kedua tangannya. Ia kembali mengerutkan alisnya, melihat ponsel yang hampir tak berbentuk sama sekali itu.
"Apa... saya yang hancurkannya?" tanya Jarvis yang masih menatap ponsel yang berada di tangan Kiara.
"Apa?" Kiara kemudian mengikuti arah pandang Jarvis.
Seperti biasa, Kiara hanya akan mengeluarkan cengiran polosnya, sembari tangannya menggaruk belakang lehernya canggung. Ia menjadi salah tingkah karena ia ingin marah pada orang yang melindas ponselnya, namun dilain tempat ia hanya bisa tersenyum. Karena sampai kapanpun, Kiara tak akan bisa marah pada Jarvis, sang penyelamat yang selalu ia kagumi sekaligus bosnya yang menakutkan itu.
"Ini tak apa-apa, saya akan memperbaikinya." bohong Kiara dengan cepat menyembunyikan ponselnya dalam tas tangannya. Bagaimana bisa dia memperbaiki ponsel yang sesekarat itu? Bahkan ia yakin, layanan servis ponselnya mungkin menyarankannya untuk membuang ponselnya saja.
"Apa kau yakin?" tanya Jarvis yang juga menyadari bahwa hal yang baru saja dikatakan Kiara adalah hal yang tidak mungkin.
"Tentu saja!... Oh iya!" seru Kiara sebelum memekik menyadari sesuatu.
Kiara segera mendekat dan memutar tubuh Jarvis kesana kemari seolah tubuh besar itu adalah sebuah manekin yang sedang ia nilai keadaannya. "Bagaimana dengan anda?! Ada luka?! Apa ada perasaan pusing?! Tolong katakan padaku! Atau kita ke rumah sakit sekarang?!"
"Phoebe, tolong! Saya tak apa-apa, jadi singkirkan sekarang tanganmu dari tubuh saya." protes Jarvis yang langsung memegang kedua pergelangan tangan Kiara agar Kiara berhenti memutar-mutar tubuhnya. Disentuh oleh tangan-tangan Kiara di sekitar tubuhnya entah kenapa membuatnya tak bisa berpikir jernih.
"Maaf," gumam Kiara dengan tatapan polos seperti biasa yang diakhiri cengiran.
Jarvis menghela napas panjang, entah kenapa ia juga bosan dan tak suka jika Kiara terus-terusan mengatakan maaf setiap harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Guilty
RomanceSinopsis : Kiara Phoebe seorang gadis ceria yang memiliki mimpi dan bakat di bidang seni musik. Ia adalah gadis cantik yang murah senyum dan ramah pada semua orang, namun di balik senyuman ceria yang selalu ia tunjukkan ke semua orang, ia menyimpan...