From The Guilty Part 15

77.1K 6.7K 118
                                    

Jarvis baru saja tiba di rumahnya, saat ponselnya mulai berbunyi. Sebuah panggilan dari teman-teman sekolahnya itu pun segera diangkatnya. Mereka mengajak Jarvis untuk keluar bersama mereka. Apalagi, sekarang adalah sabtu malam, mereka para pria lajang, memutuskan untuk menghabiskan malam akhir pekan bersama dengan pembicaran-pembicaraan pertemanan pria mereka.

Awalnya ia tampak berpikir sejenak. Jarvis cukup lelah dengan pekerjaan kantor hari ini. Apalagi, rasa dari bibir Kiara yang ia cecap hari ini masih begitu membekas di kepalanya. Namun, ia kemudian sadar, mungkin mengobrol dengan teman-teman prianya akan membuat Jarvis sedikit terhibur dan melupakan rasa manis dari bibir Kiara.

Jarvis kemudian sadar, bahwa ia sangat menyukai restoran yang pernah mereka datanginya sebelumnya. Restoran yang di mana ia juga pernah mengajak Kiara makan di sana bersamanya. Restoran yang menyediakan musik piano lembut malam di akhir pekan seperti ini.

Ia pun menyaran restoran itu. Teman-teman Jarvis pun menyetujuinya, mereka juga memang cukup menyukai restoran itu. Restoran dengan nuasan lembut yang mewah itu cukup membuat mereka betah mengobrol di sana.

Mereka pun tiba di sana. Dari yang Jarvis lihat, tampaknya musik piano baru akan dimulai jam tujuh, dan mereka datang delapan menit lebih awal. Hal itu pun Jarvis pakai untuk meminta sesuatu.

Ia memanggil sang menejer yang merupakan seorang pria paruh baya yang kepala atasnya botak. Ia menuliskan tiga judul lagu yang ia sukai di sebuah kertas kecil dengan pena khususnya. Ia meminta sang menejer untuk menyuruh sang pianis memainkan melodi piano dari lagu itu dengan bayaran uang tiga kali lipat dari pesanan Jarvis.

Padahal Jarvis sendiri memasan sebuah daging beef steak dengan daging sapi kualitas terbaik dan meneraktir teman-temannya dua botol anggur mahal. Yang di mana total jumlah pesanan Jarvis hampir mencapai sejuta, dan itu artinya ia bersedia membayar hingga tiga juga hanya untuk sebuah pesanan dan alunan piano.

"Pesanan Anda, Tuan." Pesanan Jarvis beserta dua orang temannya pun tiba dalam beberapa menit.

Jarvis kemudian mengelap pisau dan garpu yang disediakan dengan sebuah serbet. Perlahan, Jarvis kemudian menatap jam tangannya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh tepat. Yang berarti pianisnya sekarang harusnya sudah bermain.

Suapan pertama daging dengan rasa nikmat itu pun ia kunyah perlahan, bertepatan dengan sebuah dentingan dan alunan piano. Ia mengenal lagi ini, lagu ini adalah lagu yang ia pesan. Syukurnya, pianis itu tampak mengerti baik lagu itu, sehingga tidak terlalu kesusahaan untuk memainkannya.

Bagaimanapun lagu berjudul Pur Uno Cabeza adalah melodi yang pasti cukup di tahu oleh para pianis. Jarvis memang menyukai lagu-lagu klassik yang terdengar mewah dengan elegan. Itulah kenapa ia meminta sang perempuan pianis itu pun yang memainkannnya.

Jarvis kemudian menenguk winenya perlahan saat ia menuntaskan kunyahannya. Ia berniat melihat sang pianis bermain langsung. Apalagi, ia sudah memesan meja paling depan yang dekat dengan grand piano itu. Tentu saja ia ingin melihat pianisnya bermain secara langsung.

Namun, Jarvis seketika hampir menyemburkan wine yang di mulutnya saat ia melihat sang pianis dengan jelas. Perempuan dengan gaun malam yang terlihat elegan itu, tampak begitu sibuk dan menghayati setiap jemarinya yang menekan setiap tuts piano itu.

Phoebe? Apa yang perempuan itu lakukan di sana? Kenapa dia yang bermain di sana?, batin Jarvis.

Ia kemudian menajamkan penglihatannya. Ia semakin yakin, bahwa pianis itu benarlah Kiara Phoebe, sang sekertarisnya. Butuh beberapa detik lamanya, sebelum Jarvis akhirnya menyadari situasinya. Ternyata Kiara selama ini mempunyai perkerjaan lain di malam hari. Perempuan itu bukan hanya seorang sekertaris, perempuan itu juga adalah seorang pianis hebat. Dan perempuan itu menyembunyikannya dari dirinya?!

From The GuiltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang