From The Guilty Part 6

72.6K 7K 84
                                        

Lena Landrut - Satelite

***

“Kenapa kau lama sekali?” tanya Jarvis tanpa dosa, begitu melihat Kiara keluar dari toko tersebut.

Kiara tak menjawab, ia hanya menatap kesal Jarvis sebentar sebelum memalingkan wajahnya untuk mencibir Jarvis telah mempermalukannya di toko tadi. Jika saja pria itu bukan penolongnya, mungkin sudah lama ia mematahkan leher Jarvis dengan tangannya sendiri.

“Sudahlah, ayo.” jawab Kiara dengan ketus dan sedikit mendelik kepada Jarvis sebelum ia berjalan lebih dulu memasuki gedung taman hiburan indoor tersebut.

Perempuan itu tak menyadari bahwa di belakang sana, Jarvis tertawa kecil melihat tingkah Kiara yang terlihat menggemaskan karena kesal, sebelum akhirnya ikut berjalan di belakang Kiara memasuki bagian tiket.

***

“Apa-apaan rumah hantu tadi, sangat tidak menakutkan. Hantu-hantunya benar-benar terlihat palsu.” kata Kiara di samping Jarvis begitu mereka berdua baru saja keluar dari hiburan rumah hantu.

Sudah satu jam lebih mereka menghabiskan waktu malam mereka di sana. Mulai dari bermain permainan kecil hingga permainan yang menguras tenaga, sudah mereka lakukan namun tak membuat Kiara tampak lelah. Ia malah selalu terlihat antusias di semua permainnya, kecuali rumah hantu yang baru saja mereka selesaikan itu.

Mereka juga tadi memasuki toko souvenir yang ada di taman hiburan tersebut. Namun bukannya berbelanja macam-macam, Kiara malah hanya mencoba aksesoris unik seperti kacamata berbagai bentuk, bando dengan bentuk yang lucu-lucu hingga syal tebal yang aneh. Jarvis yang melihat itu hanya menggeleng-geleng miris melihat tingkah antusias Kiara. Ia tak tahu bahwa Kiara yang selalu penurut di kantornya ternyata bisa berubah menjadi hiperaktiv jika sedang berada di luar.

Kiara bahkan sesekali memakaikan aksesoris lucu itu saat melihat Jarvis bersedekap datar. Dan jika Kiara melakukan itu, Jarvis akan memberikannya tatapan tajam yang akan membunuhnya jika Kiara tak segera melepaskan aksesoris aneh itu.
Namun sayangnya Kiara menikmati ekspresi tajam wajah itu sehingga membuatnya tertantang sendiri untuk melunakkan ekspresi Jarvis. Ia pun menaruh semakin banyak aksesoris pada Jarvis sebelum akhirnya Jarvis menyerah. Kiara tak menduga sama sekali kalau tadi pria itu tersenyum, Jarvis bahkan ikut tertawa dan membalas Kiara dengan menaruh stiker besar dan menempelkannya di wajah Kiara.

Kiara bahkan rasanya ingin kembali tertawa saat mengingat mereka dipaksa membayar barang-barang yang mereka buka dari plastiknya oleh sang pelayan sehingga mau tak mau, Jarvis membayar semua itu sambil mengerutu karena tingkah Kiara yang membuatnya membeli barang-barang yang tak dibutuhkan itu, sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk menguji nyali dengan memasuki rumah hantu.

“Kau lupa? Kau teriaknya yang paling keras tadi! Sampai-sampai telinga para pemeran hantu itu sakit. Kau bahkan menempel seperti anak monyet di punggungku sejak masuk di rumah itu, dasar,” cibir Jarvis mengingat Kiara terus berteriak histeris pada hal-hal kecil di dalam permainan itu.

“Tapi bukankah tadi menyenangkan? Apa anda masih merasa sedih?”

“Sedih? Apa maksudmu? Aku sejak tadi tidak sedih, aku hanya dalam suasana hati sedang buruk, bukan sedih. Kenapa aku harus sedih hanya karena mantan kekasih?” gerutu Jarvis.

Kiara hanya mengedikkan bahunya acuh. “Lalu anda ingin ke permainan apalagi? Kita takkan pulang sebelum anda benar-benar tersenyum lagi, bagaimana? Anda boleh naik permainan apa saja, pak Brahms.”

Jarvis hendak protes awalnya dengan bahasa Kiara yang masih begitu formal. Itu membuatnya tak nyaman. Namun protesnya terhenti saat matanya melihat roller coaster yang ada di luar gedung seketika membuatnya mendapatkan ide.

From The GuiltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang