From The Guilty Part 11

71.8K 6.9K 120
                                    

Before read, aku mau bilang, karena banyak yang selalu nunggu kapan upnya story ini. FTG itu cuma update setiap Malam Minggu alias seminggu sekali yah^^ dan biasanya jam 12 ke atas hihihi. I'm a Bat! :v

Jadi selain malam minggu, jangan minta up yah, karena aku ngk akan kasih. Aku seringa merasa sedih juga klo kalian minta mulu tapi ngk aku kabulin :') tapi janji deh, klo draft udah menumpuk, aku akan update 2x seminggu seperti dulu^^

Intinya jangan bosan baca ceritaku^^ *hehehe*

Dah itu aja. Selamat menikmati dan selamat malam minggu :*

P.s : jangan lupa vomment, biar aku semangat ngetik :v

Enjoy

***

"Ssttt... Kau aman sekarang." bisik Jarvis pada Lucy yang tetap menangis ketakutan dalam pelukan Jarvis. Jarvis juga sesekali mengusap lembut rambut Lucy untuk memberikan rasa perlindungan pada perempuan itu.

"Jarvis..." Lucy hanya bisa terus meraung ketakutan. Ia merasakan kehangatan akan pelukan Jarvis yang dulunya sering memeluknya seperti ini, membawanya dalam sedikit ketenangan.

Jarvis hanya menghela napasnya. Jujur, ia memang membenci Lucy. Tapi melihat Lucy yang disudutkan oleh kumpulan preman seperti tadi, cukup menyulut emosinya. Bagaimanapun Lucy adalah seorang wanita, ia tak tega melewatkan Lucy begitu saja.

"Sudah, mereka sudah pergi." kata Jarvis lagi sambil menyapu-nyapu punggung perempuan itu. "Lagipula apa sih yang kau lakukan sendirian malam-malam begini? Walau di sini tak seramai New York, tapi di sini juga banyak tindak kejahatan!"

Lucy tak menjawab. Ia masih terisak-isak kecil di dada Jarvis. Lucy hanya berniat pergi ke supermarket terdekat, tapi siapa sangka jika jalan pintas yang ia lalui malah brgitu berbahaya. Ia bahkan tak bisa membayangkan nasibnya jika Jarvis tak ada.

Jarvis kembali menghela napasnya. "Ayo, kau harus pulang segera. Sepertinya akan hujan."

Lucy hanya mengangguk lemah, sebelum ia berjalan bersama Jarvis ke arah mobil pria itu. Ada rasa bahagia di hatinya bisa berdekatan dan berbicara dengan Jarvis dalam waktu yang cukup lama. Bahkan mereka akan berada dalam satu mobil yang sama.

Lucy sesekali mencuri pandang pada wajah tegas yang berjalan bersama di sampingnya. Jarvis benar-benar semakin tampan. Raut wajah pria dewasanya mulai benar-benar tampak. Namun hanya saja raut datar dan sorot mata yang dingin itu membuatnya sedikit tersenyum miris.

"Phoebe, aku ingin kau duduk di belakang menemani Lucy..." ucapan Jarvis terhenti saat ia melihat tak ada siapapun di dalam sana. Dengan sedikit panic, Jarvis menatap ke segala arah dalam mobilnya. Ia melihat bahkan tas perempuan itu sudah tak ada. Menyadari apa yang sedang terjadi, Jarvis langsung menggeram sambil memijat pangkal hidungnya. "Phoebe... dia benar-benar seperti kuda liar."

From The GuiltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang