From The Guilty Part 9

71.1K 6.4K 85
                                    

Maaf, updatenya lama. Kemarin malam pas mau ngedit, lampu rumah langsung mati. Trus siangnya sibuk sampe lupa update lagi.

╥﹏╥

Pokoknya selamat menikamati aja hehehe. Vomment! ^^~

***
Kiara baru saja menyelesaikan makan siangnya, saat ia sampai di lantai yang digunakan oleh karyawan lain untuk refreshing.

Di lantai itu terdapat ruangan mini untuk bermain mini tennis, ping pong dan juga billiard. Bahkan ada juga kolam renang indoor yang disiapkan. Ruangan di perusahaan besar itu adalah hasil desain Jarvis untuk karyawan yang sedang istirahat atau serta karyawan malam yang lembur. Lantai ini tempat yang sama dengan kafe berada, hanya saja bagian refreshing ini lebih tersembunyi.

Biasanya ruangan ini akan sepi sekali seperti jam kerja saat ini. Dia kesini karena kata Denis, dokumen hasil kerja bawahan Denis ia lupa di ruang billiard. Denis tadi sempat di panggil oleh wakil direktur untuk mendiskusikan sesuatu. Dan Kiara seperti biasa dengan baiknya menawaran agar dia saja yang pergi mengambilnya. Karena bagaimana pun dokumen itu pada akhirnya akan diserahkan pada Jarvis.

"Ini dia!" Kiara akhirnya menumakannya tepat di pinggir meja billiard.

Ia pun segera berlalu dari tempat itu, sebelum kemudian ia melewati ruangan kolam renang yang terbuka pintunya. Awalnya ia pikir ada karyawan yang baru saja berenang dan meninggalkan pintu itu terbuka begitu saja, namun ia malah berhenti saat melihat siluet dua orang yang sedang berdiri dan berbicara serius di dekat kolam.

Ia memicingkan matanya penasaran dan kemudian mengkerutkan alisnya saat melihat bahwa pria itu adalah Jarvis. Dan wanita yang membelakanginya itu adalah bos restorannya, Lucy.

Sedangkan di tempat sana, Jarvis dan Lucy tengah saling menatap dalam diam sebelum Jarvis mulai mengangkat bicaranya.

"Katakanlah." sembari menghela nafas lelah, Jarvis meletakkan kedua tangannya di dalam sakunya, menatap Lucy yang sekarang berada di hadapannya.

"Aku tak nyaman."

Jarvis mengerutkan dahinya tak mengerti. "Apa maksudmu?"

"Aku tak nyaman dengan permusuhan ini. Sebelumnya, maafkan aku karena muncul tiba-tiba dan memintamu untuk kembali seperti dulu setelah apa yang pernah kulakukan padamu. Sudah seharusnya kau marah dan tak ingin melihatku. Aku minta maaf." jelas Lucy yang benar-benar menyesal, sembari menunduk kecil. Ia benar-benar meruntuki kebodohannya meninggalkan pria yang mencintainya dulu.

Jarvis menghebuskan napas panjang. "Kau tak perlu minta maaf. Itu sudah lama berlalu." balas Jarvis dengan malas. "Sekarang kau bisa pulang." usir halus Jarvis yang hendak berlalu pergi sebelum Lucy kembali bersuara menahannya.

"Kumohon Jarvis bisakah kau benar-benar memaafkanku? Aku sangat mengenalmu. Saat ini kau sedang tidak memaafkanku, tapi menghindariku." wajah Lucy memandang pria yang masih ia cintai itu dengan sendu.

Jarvis meringis kecil frustasi. Kepalanya sedang sakit sekarang karena kekurangan tidur serta kafein yang berlebihan. Ditambah wanita yang pernah ia cintai itu, sekarang muncul di waktu yang tidak tepat. Membuatnya rasa sakit kepalanya semakin menjadi.

"Jika kau benar-benar mengenalku, berarti kau tahu kalau kau yang lakukan sekarang dengan selalu muncul di hadapanku tiba-tiba dengan ajakan kembali dan minta maaf itu adalah sia-sia, bukan?" kata Jarvis.

"Apa kita tak bisa berteman lagi?" tanya Lucy semakin sendu melihat penolakan Jarvis di setiap pertemuan mereka.

"Aku butuh waktu, Lucy! Kau pikir setelah apa yang kau lakukan padaku, kita bisa bersikap seolah-olah tak ada apa-apa? Kau wanita pertama yang kucintai dan kau juga wanita pertama yang kuimpikan menjadi pendamping hidupku, tapi kau malah mematahkan semua kepercayaanku. Membuatku bahkan berpikir untuk tidak pernah bertemu denganmu lagi."

From The GuiltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang