From The Guilty Part 12

68.5K 6.7K 146
                                    

"Bagaimana permainanku?"

Kiara baru saja menyelesaikan permainan pianonya saat ia melihat Jesy juga hendak pergi ke ruang ganti. Jam menandakan bahwa mereka sudah boleh pulang.

"Kenapa kau selalu menanyakan itu? Memangnya sejak kapan permainanmu tidak memuaskan?" gemas Jesy yang menerima pertanyaan yang sama dari Kiara seperti biasa.

Kiara hanya menyengir mendengar Jesy yang sekarang sibuk mengganti baju pelayannya. Kiara juga hendak mengganti gaum malamnya dengan baju kasual yang sempat ia pakai, saat suara deringan nyaring ponselnya menggema ke seluruh ruangan kecil itu.

"Oh?! Kenapa lagi ini?" bisiknya Kiara sedikit panik melihat panggilan dari Jarvis di jam seperti ini.

"Ada apa?" Tanya Jesy.

"Bosku di perusahaan." Jawab Kiara menatap Jesy ngeri.

"Si seksi Jarvis?"

Kiara hanya mengangguk. Itu adalah sebutan yang sering Jesy pakai sejak melihat Jarvis secara langsung saat Kiara dan Jarvis tengah makan malam di restoran ini saat itu.

"Tidak biasanya dia menelponku jam begini. Kira-kira ada masalah apa? Atau aku dalam masalah lagi?" tambah Kiara. Entah kenapa ia merasakan firasat buruk

"Ey, angkat saja. Kau akan lebih kena masalah jika tak mengangkatnya."

Kiara pun hanya menenguk saliva sebentar sebelum menghela napas panjang. Ia kemudian segera mengangkat dan mendekatkannya ke telinganya.

"Di manapun kau, pulang sekarang, Phoebe!!"

Kiara dan Jesy—yang mendengar teriakan itu—meringis bersama. Sang singa sepertinya tengah mengaum di ujung sana, membuat siapa saja yang cukup merinding dibuatnya. Hanya beberapa kata mutlak itu yang terdengar sebelum panggilannya benar-benar mati.

"Kau benar-benar dalam masalah," simpul Jesy dengan wajah turut prihatinnya, sebelum kemudian ia menggeleng-geleng. "Dia pasti tahu kau keluar saat dia menyuruhmu beristirahat di rumah. Kau tahu? Kau harusnya menurutinya, hanya sedikit bos yang perhatian di balik kekejamannya."

"Lalu dengan begitu aku malah mati di tangan nona Lucy? Semua pilihannya sama. Mati di tangan Jarvis atau nona Lucy. Sudahlah, aku pulang duluan yah." Kiara pun segera berlari tanpa mengganti pakaiannya. Ia hanya mengambil tas tangannya dan segera pergi.

Ia sangat yakin. Pria itu sedang berada di rumahnya sekarang. Dari suaranya saja cukup menggambar kekesalan karena tak menemukan siapapun di dalam rumahnya.

Kiara pun terus berlari kecil keluar restoran dengan buru-buru. Ia tak terlalu fokus dalam larinya sehingga saat ia keluar dari ruangan khusus karyawan, ia menabrak tubuh seseorang.

Kiara hanya menunduk kecil sembari meminta maaf sebelum kembali berlari keluar. Ia sendiri tak sadar bahwa orang yang ia tabrak adalah Lucy. Pikirannya sekarang terlalu fokus memikirkan nasibnya di tangan Jarvis.

Lucy sendiri hanya sedikit meringis sebelum melihat punggung perempuan yang menabraknya menjauh. Sepertinya itu adalah pianis restorannya. Ia sendiri awalnya tak terlalu memperdulikannya. Lucy memang bos yang tegas, namun ia tak terlalu suka marah-marah—seperti Jarvis—apalagi sekarang jam pulang, jadi Lucy tak terlalu mempermasalahkannya.

Namun tabrakan itu membuatnya merasakan sebuah déjà vu. Ia sendiri merasa tak begitu yakin kapan dan di mana, ia hanya yakin ia pernah dalam siatuasi seperti ini.

Lucy pun menggeleng kecil dankembali berjalan menuju ke arah dapur yang berada dekat dengan ruangan khusus karyawan.

"Oh, nona Lucy? Kenapa anda belum pulang?" sapa salah satu koki perempuan yang baru saja merapihkan alat-alat masak yang sudah mereka pakai sejak tadi.

From The GuiltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang