From The Guilty Part 7

76K 7.1K 311
                                    

Media : I Think I Crazy - Twice

***

"Ya, mulai sekarang kau menjadi sekertaris rumahku."

Kiara terdiam. Di lain sisi ia ingin tertawa dan menganggap itu hanyalah gurauan Jarvis, tapi di lain sisi ia begitu syok. Bagaimana bisa dia kerja sebanyak itu? Dari pagi hingga sore ia bekerja di kantor megah Jarvis, di akhir pekan ia akan lanjut sore hingga malam. Bagaimana mungkin jam kerjanya ditambah sebagai pembantu Jarvis yang jam kerja mungkin tak terbatas?

"Sekarang, ayo kita makan. Aku sangat lapar." melihat Kiara hanya bisa terdiam tak bisa berucap sedikitpun, Jarvis pun langsung menarik tangan perempuan itu pergi.

"T—tapi..."

***

"Kita akan makan di sini?" tanya Kiara dengan kepala yang kelabakan menoleh kesana kemari, berusaha meyakinkan dirinya bahwa restoran ini bukanlah restoran yang ia sedang ia pikirkan.

"Ya, aku dan temanku pernah kesini. Dan restoran ini benar-benar baik menurutku. Hidangannya juga memuaskan." kata Jarvis yang sekarang tengah matikan mesin mobil sembari membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.

"Kenapa harus dari sekian restoran ini?" gerutu Kiara dalam mobil sesat Jarvis telah keluar. Mau tak mau ia juga ikut keluar dari mobil itu. Ia sekarang hanya berharap tak ada teman karyawan restorannya yang mengenalnya.

Bukannya Kiara takut makan di tempat ia kerja sebagai pianis. Hanya saja ketakutannya sekarang, jika Jarvis mengetahui bahwa ia juga karyawan disana.

"Kau kenapa?" tanya Jarvis yang heran dengan tingkah waspada Kiara saat mereka sudah duduk di salah satu meja kosong.

"Tidak apa-apa." balas Kiara seadanya namun matanya langsung membelalak begitu melihat Jesy mendekat ke arah meja mereka dan menanyakan apa pesanan mereka.

Kiara terus menyembunyikan wajahnya di balik buku menu yang cukup besar untuk menutupi wajahnya dari Jesy. Saat ia memberitahukan apa yang ia pesan ia pun hanya menyebutkannya tanpa menurunkan buku menu itu. Membuat Jesy mengerutkan dahinya bingung dan Jarvis hanya menggeleng kecil melihat tingkah aneh sekertarisnya itu lagi.

"Syukurlah." gumam kecil Kiara sembari menghembuskan napas kecil saat ia melihat Jesy sudah menjauh untuk mengantar pesanan mereka ke para koki di dalam dapur.

Sekali lagi Kiara cukup bersyukur sekarang bukanlah akhir pekan, jadi ia tak harus terjepit antara pilihan menemani Jarvis seperti sekarang atau datang ke pekerjaan keduanya sebagai pianis. Karena bagaimanapun ia tak bisa mengabaikan kedua hal penting itu.

"Kau tahu, aku pernah kesini sebelumnya, kan?"

Kiara hanya mengangguk menanggapi, mengingat Jarvis tadi memang bilang pernah ke restoran ini sebelumnya.

"Aku benar-benar suka makanan di sini. Bumbunya tidak berlebihan namun rasanya tetap lezat. Oh iya, aku paling suka musik di sini. Waktu aku kesini, melodi piano sedang dimainkan dan aku benar-benar suka permainannya."

Kiara sedikit tercekat mendengar. Pianis restoran ini hanya satu dan itu adalah dirinya. Jadi sudah sangat pasti bahwa yang memainkan piano saat itu adalah dirinya. Tapi kenapa Jarvis bicara seolah-olah ia tak mengenalnya? Apa ia tak melihat wajahnya?

"Pesanan anda, tuan dan nona."

Pemikiran Kiara terhenti begitu saja saat melihat Jesy sudah ada di antara mereka membawa dua nampan yang ditutup dengan penutup alumunium. Baik Jesy maupun Kiara terlonjak dari tempat mereka masing-masing begitu saling melihat wajah satu sama lain.

From The GuiltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang