"Phoebe? Kenapa kau masih disini?" tanya Jarvis sambil melihat ujung gaun Kiara yang mulai basah karena pantulan airnya yang masih sedikit mengenainya.
Kiara kemudian merongoh tasnya, mengeluarkan dompet Jarvis yang ia lupa di atas meja kerjanya. "Waktu mau pulang tadi, saya ingin menyusul karena anda melupakan dompet anda. Tapi saya sadar saya tidak tahu anda kemana. Jadi, saya bingung dan hanya menunggu disini. Harusnya anda melihat laporan cuaca, hari ini akan hujan. Anda juga seharusnya membawa dompet untuk naik taksi atau yang lain."
"Apa kau sedang mendikteku, Phoebe?"
Phoebe langsung menutup mulutnya. Menyesali kata-katanya yang seolah mengatur bosnya itu. Tapi bagaimana pun Kiara cemas. "Tapi nanti anda sakit." lirih Kiara dengan suara yang sangat kecil dan sedikit menunduk.
"Kau saja selalu saja bisa menjawab." cibir Jarvis. "Kau, pulanglah, ini sudah malam. Bawa saja payung itu, nanti kapan-kapan kau bisa mengembalikannya. Saya mau istrahat dulu." kata Jarvis berlalu.
"Anda tak apa-apa, kan?" keukeuh Kiara ikut kembali memasuki gerbang, mengikuti langkah Jarvis dengan payung yang ia usahan agar tetap meneduhkan kepala Jarvis dari hujan.
"Saya tak apa-apa, Phoebe. Saya bukan tipe anak kecil yang akan demam hingga masuk rumah sakit hanya karena hujan-hujanan." kata Jarvis menatap Kiara yang masih cemas. "Seharusnya kau yang segera pulang, jangan sampai kau menjadikan ini alasan untuk bolos kerja besok."
"Tapi anda benar-benar tak apa-apa, kan?"
"Phoebe!"
"Baik, saya pulang! Sampai jumpa, Jarvis!" seketika tubuh itu sudah berlari atau lebih tepatnya kabur saat mendapatkan tatapan membunuh Jarvis, hingga akhirnya Kiara menghilang di sebuah pembelokkan.
Jarvis menggeleng sebelum tawa kecil terdengar darinya, apalagi gadis itu yang memanggilnya dengan namanya. Kiara selalu bisa menghancurkan sekaligus memperbaiki moodnya dalam sekejab.
Jarvis kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya. Aroma sedap menyapa penciumannya sehingga membawa langkahnya menuju dapur. Ada beberapa macam makanan yang begitu menggiurkan di atas mejanya. Sepertinya Kiara benar-benar mempergunakan isi kulkasnya dengan maksimal. Bahkan ia lihat makanan itu baru saja di panaskan.
Kemudian Jarvis mendengus sebal saat melihat ada sebuah mangkuk berisi sup sayur yang mempunyai aroma nikmat namun warna hijau mengerikan bagi Jarvis.
Sekertarisnya itu benar-benar membuatnya selalu menarik nafas panjang.
***
"Selamat ulang tahun, Kiara!"
"Woahh! Macaroons!" pekik Kiara melonjak antusias dari kursi sekertarisnya.
Denis baru saja tiba di lantai tempat bagian Kiara kerja saat jam makan siang berlangsung. Ia membawakan Kiara sekotak macaroon yang berisi berbagai warna yang indah sebagai kue ulang tahun Kiara. Ia bahkan meletakkan beberapa lilin di tengah, untuk semakin membuat kesan kue ulang tahun yang lucu.
"Kau suka?"
Kiara mengangguk berkali-kali sembari terus menatap satu persatu macaroon menggiurkan itu. "Ini terlihat lezat, Denis! Terima kasih!"
"Sama-sama, maaf karena ucapanku terlambat. Itu karena kemarin adalah hari minggu." kekeh Denis kemudian menyalakan lilin yang ada di kotak itu. "Nah, sekarang tiup lilinnya."
Kiara pun tanpa menunggu lama, langsung meniup lilin-lilin tepat setelah Denis menyalakannya, sehingga membuat Denis tertawa melihat tingkah sangat antusias dari Kiara. Denis baru tahu ternyata Kiara mempunyai sisi anak kecil yang manis nan menggemaskan jika sedang antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Guilty
RomanceSinopsis : Kiara Phoebe seorang gadis ceria yang memiliki mimpi dan bakat di bidang seni musik. Ia adalah gadis cantik yang murah senyum dan ramah pada semua orang, namun di balik senyuman ceria yang selalu ia tunjukkan ke semua orang, ia menyimpan...