"Benarkah? Kalau begitu biarkan aku mencobanya."
Mata Kiara membulat sempurna. Badannya bahkan sudah menegang kaku sehingga garpu yang ada di tangannya terjatuh dengan bebas, sehingga menimbulkan suara dentingan nyaring yang beradu dengan piring kaca.
Berbanding terbalik dengan Jarvis yang sudah menutup matanya menikmati bibir Kiara. Ia bahkan menyesap bibir Kiara, hingga rasa saus pasta yang tersisa di bibir Kiara benar-benar menghilang disesap oleh Jarvis.
Logika dan kewarasan Jarvis sudah hilang entah kemana. Sejak tadi, ia sudah terdiam sejak tadi karena hanya ingin terus menatap bibir Kiara yang bergerak dengan indah setiap bibir itu berbicara. Hingga ia sadar, satu-satunya hal yang diinginkan Jarvis adalah mengetahui rasa bibir Kiara.
Kiara kemudian merasakan sudah tak ada pergerakkan dari bibir Jarvis. Ia bahkan bisa melihat dengan jelas mata pria itu perlahan terbuka sehingga mata keduanya langsung bersitatap tanpa melepaskan tautan bibir mereka.
Beberapa detik kemudian, barulah kedua bibir itu terpisahnya. Menyisahkan Kiara yang masih membeku di tempat duduknya.
Jarvis berdehem sebentar. Ia sendiri lebih merasa gugup dan salah tingkah setelah ia lepas kendali seperti tadi. Ia kemudian meraih piringnya dan kembali memasang wajah datarnya.
"Hm, pastanya enak. Aku akan makan di ruang kerjaku. Dan kau, hmm... kau bisa pulang." kata Jarvis sebelum berlalu dengan segera.
Tepat setelah Jarvis meninggalkan Kiara yang masih terdiam karena syok, Kiara kemudian perlahan mengangkat tangannya. Ia menyentuh bibirnya yang masih terasa oleh balutan ciuman Jarvis yang begitu tiba-tiba namun terasa manis.
***
Tengah malam telah tiba dan menyelemuti kota. Hampir semua penghuni kota terlelap dalam tidur dan mimpi mereka. Namun tidak dengan seorang pria yang tengah terbaring di atas tempat tidur besarnya.
Jarvis begitu sibuk membalik-nalikkan posisi tidurnya dengan begitu gelisah. Terkadang Jarvis menyamping, terlentang, tengkurap, bahkan menungging. Namun tetap saja, ia akan berubah posisi beberapa detik kemudian. Ia merasa semua posisi yang ia pakai tak ada gunanya, semuanya terasa tidak nyaman.
Sambil terus berdecak jengkel, Jarvis kemudian bangkit dan menggeram sebal saat melihat sudah hampir jam setengah satu malam, dan belum ada tanda-tanda bahwa ia akan segera tidur.
"Argghhh! Bibir sialan itu! Kenapa rasa begitu manis?!" Jarvis mengacak-acak rambutnya frustasi mengingat apa yang ia lakukan pada Kiara beberapa jam yang lalu itu, sebelum ia kembali berbaring dalam kegelisahan.
Sedangkan di lain tempat...
Kiara malah berbaring seperti mayat yang diawetkan di atas tempat tidurnya. Ia tak bergerak sama sekali. Hanya matanya saja yang terbuka dan menerawang ke depan, ke langit-langit kamarnya. Sesekali tangannya terangkat dan jemarinya meraba pelan permukaan bibirnya yang masih terasa aneh hingga malam ini.
Itu adalah ciuman pertama. Batinnya.
Selama ini dia mengidamkan ciuman pertama yang romantis. Tapi siapa sangka, ciuman pertamanya malah direbut di meja makan oleh sang bos dingin and suka memerintah. Walaupun terasa manis dan mendebarkan, tetap saja ciuman pertamanya baru saja di curi.
Kiara menggeleng cepat. "Anggap itu tak pernah terjadi, kiara."
Setelah mengatakan itu, Kiara pun langsung menarik selimutnya menutupi wajahnya yang masih merona hingga saat itu. Ia berharap setidaknya ingatan itu akan terkubur di dalam selimut itu.
Dan jangan sampai, ia merasakan degub jantung aneh itu lagi!
Itu akan berbahaya.
![](https://img.wattpad.com/cover/85087784-288-k102473.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Guilty
Roman d'amourSinopsis : Kiara Phoebe seorang gadis ceria yang memiliki mimpi dan bakat di bidang seni musik. Ia adalah gadis cantik yang murah senyum dan ramah pada semua orang, namun di balik senyuman ceria yang selalu ia tunjukkan ke semua orang, ia menyimpan...