2

3K 65 4
                                    

Aku mendapati tubuhku tanpa sehelai benang pun ketika aku bangun pagi itu. Di sampingku, terlelap seorang wanita yang telah mempersembahkan yang terbaik darinya untukku tadi malam. Seorang wanita paruh baya yang memiliki diriku seutuhnya. Bahkan, aku merasa tidak berhak atas diriku sendiri
Kuakui permainanya boleh juga. Tapi sayangnya, banyak yang lebih berpengalaman karena dia bukanlah yang pertama bagi ku
"Pagi, sayang. Udah bangun, ya? Kata- kata pertamanya pagi itu, bersamaku.
"Udah, dong..... Gimana tidurnya? Nyenyak, nggak?" tanyaku. Lalu, kuraih kepalanya, kusandarkan di dadaku, dan kukecup keningnya- akting terbaikku pagi ini.
"Nyenyak,dong. Kan, ada kamu disampingku. "Lalu, mata itu menatapku dengan isyarat "permainanmu oke banget tadi malam, sayang"
Aku cuma tersenyum sekilas padanya. Senyum yang mengisyaratkan "aku juga puas dengan perjanjian kita tadi malam, sayang"
"Aku mau mandi dulu. Badanku udah nggak enak banget nih rasanya"
"Tapi aku masih mau kamu di sini, sayang....."
"Aku mandinya bentar,kok, "kataku sambil menyibakkan selimut yang membalut tubuh telanjgku. Kemudian, aku mengenakan handuk di pinggang. Dan sebelum masuk ke kamar mandi, kukecup sekali lagi ujung bibirnya. Tapi kali ini, ia tidak diam saja. Ia membalasnya dengan mengecupkan bibirku lebih liar. Ia kembali melumatnya lagi.

"Sesuai perjanjian tadi malam. "Segopok uang ratusan ribu telah berpindah ke tanganku. "Dan ini bonus untukmu karena kamu begitu hebat tadi malam, "lanjutnya sambil menyerahkan uang itu kepadaku.

"Wah, makasih ya, sayang......"
Tanpa babibu lagi, aku mengambil secarik kertas yang tersedia di atas meja, lalu kutuliskan nama dan nomor hand phone-ku di sana.

Reino Regha prawira

Keep in contact. Oke?
Dan, akupun berlalu dari hadapannya.

SHOOTER, BILLIARD AND LOUNGE, (siang harinya.)

AKU memasuki vanue area shooter, tempat bermain billiar favoritku. "Meja empat, cuy! "Christ, salah seorang pegawai shooter, langsung memberikan aba aba dengan empat jari tangannya dan menunjukan ke arah kanan.
"Sippp!" kataku sambil langsung mengikuti arah tangannya. Di sana, sudah ada seorang lelaki menggunakan kaus putih dan celana jeans hitam sambil menyodok cue balldwngan begitu kerasnya.
"Startch" kataku sambil mengambil stick billiar dan bersiap siap dalam posisi shot
"Ah, shiiit!!!"
"Loh, sih. Main dengan emosi" aku menyalakan rokok sebelum melakukan shot, "ibarat wanita , men, do it slowly"
KRAK!
"yuhuuuu..... Hahahah!" aku berhasil memasukkan pool ball kedalam pocket dengan hanya sekali shot.
"Urusan sodok-menyodok, kayaknya emang lo jagonya, cuy! Hahahah......!

Jadi ceritanya, sore itu aku janjian dengan salah seseorang sahabatku di tempat kita bisa main billiar. Namanya Dalwin Wind Faraby. Aku memanggilnya Aby. Lelaki balsteran Bugis-Belanda itu adalah sahabatku sejak beberapa bulan yang lalu. Kita berkenalan di sebuah tempat kafe lewat suatu kejadian yang bagi aku itu konyol. Aku berpura-pura menjadikan lelaki gay dan mengaku sebagai pacarnya Aby agar Aby putus dari pacarnya.
Jadi, ini adalah suatu bentuk kegilaan seorang sahabat wanitaku. Namanya Nyta. Waktu itu, aku dan Nyta makan di sebuah Food-fest di kawasan Ambarukmo. Cuma sekali qiuck scan, nyata tertarik pada seorang cowok putih, tinggi, bersih, dan manis sedang bersama seorang wanita. Mungkin itu adalah pacarnya. Lalu, Nyata menyuruhku untuk memeluk lelaki itu dari belakang dan mengaku sebagai pacarnya agar si lelaki itu putus atau berantem dengan pacarnya.
"Hei, Dicky. Kangeeennn....," kataku manja sambil memeluknya dari belakang.
"Siapa, ya? Ujar si cowok kaget dengan ekspresi "siapa sih"! Sambil melepaskan pelukan ku.
"Gue Rei...."
"Rei? Rei siapa, Ya?
"Ok. Lo boleh pura-pura nggak kenal ama gue. Tapi lo nggak bisa pura pura bahwa elo yg ngemis ngemis cinta ama gue. Sekarang, setelah gue cinta mati ama elo, elo campakin gue. DEMI CEWEK INI!!!!" tunjukku pada cewek yang di sebelahnya.

Reino Regha Prawiro  [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang