8

730 21 0
                                    

     TERUS kutatap wajahnya yang telanjang itu. Tiba-tiba, aku teringat pada sebuah postulat tentang tidur yang pernah kubaca di artikel sebuah majalah.
  Pandangilah wajah orang yang kamu sayangi ketika ia sedang tidur. Kamu pasti akan melihat kekuatan cinta yang sesungguhnya dari orang tersebut. Karena ekspresi tidur tidak bisa bohong dan dibuat-buat.
  Dan, itulah yang sedang aku lakukan. Aku menatap wajah Ardo yang rupawan itu. Matanya indah, alisnya yang bertaut, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merah, semuanya mengajarkan padaku bahwa sedang tidur pun, ia tetap mempesona.....

   Tiba-tiba, ia terjaga......
   "Met pagi...., " ujarku. Lalu, kukecup keningnya dan ia pun tersenyum padaku. Morning kiss-ku pagi ini.
   "Met pagi juga... Gimana? Kamu tidak sedang mimpi, kan?" ia mempererat pelukannya hingga dadaku sedikit sesak.
  "Entahlah, Do. Aku masih belum percaya pada semua ini."
  "Semuanya butuh proses, Rei.... Suatu saat nanti, kamu akan mengerti mengapa kamu yang aku pilih biat jadi yang pertama di hatiku.
   "Yang pertama? Maksudnya?"
    "Ya........, kamu adalah yang pertama buatku. Kamu yang berhasil memenangkan hatiku," jawab nya dengan sedikit ekspresi yang sulit ditebak.
  "Maksudnya, aku pacar pertamamu?" kupikir aku harus menanyakannya agar aku tidak salah persepsi atas ucapannya barusan.
   "Ya. Kamu adalah pacar pertamaku."
   Aku masih tidak percaya. Lalu, aku menatap matanya. Aku tahu mata tidak  bisa bohong. Ternyata benar. Tatapan kejujuran kutemui disana.
  "Termasuk dengan......, cewek?" tanyaku ragu-ragu.
  "Hahaha....! Aku belum pernah pacaran sebelumnya. Baik amancewek, apalagi cowok. Bagiku. Ada semacam 'harga mati' untuk karirku. Karena, hanya itu yang bisa aku persembahkan untuk kedua orang tuaku sehingga aku tidak sempat memikirkan waktu buat pacaran."
  Kasihan sekali, pikirku. Dapat aku bayangkan betapa kesepiannya Ardo selama ini. Hidupku tanpa mencintai dan di cintai. Okay! Two thumbs up buat Ardo. Ia lebih memikirkan keluarga daripada dirinya sendiri. Berbeda denganku. Entah berapa kali aku pacaran. Bahkan, aku sudah tidak bisa lagi mengurutkan siapa saja cewek yang pernah kupacari.
Terakhir, aku pacaran dengan Dea, salah seorang aktivis di kampusku. Itupun kira-kira lima bulan yang lalu. Entah pacaran. Apakah aku sudah bosan?. Entahlah mungkin kehadiran Ardo memang tepat pada tempat dan waktunya. Tepat pada waktunya. Tepat di saat aku benar-benar kosong, tanpa pikir-pikir lagi, kenapa ARDO, ya???
  'Hei...., ngelamun apa, sih? Tiba-tiba aku tersadar dari lamunku. Hayoooo...., mikirin aku, ya? Tebaknya.
"Menurutmu?"
  "Hahahah......! Rei...., Rei..... Kamu itu aneh. Lucu!" lalu, ia menarik hidungku seperti pinokio yang ditarik hidungnya.
  "Wuaaa....., sakiiit.....! Teriakku.lalu, kugelitik perutnya dan ia pun tertawa kegelian. Seperti tak mau kalah, ia melempar bantal guling ke arahku dan kubalas dengan melempar guling itu kembali padanya. Setelah itu, kamipun tertawa lepas, seolah beban yang selama ini kami pikul. Ikut lenyap dengan suara tawa kami. Dan, aku kembali berlabuh dalam pelukannya.
    Eh,...... Do, kamu dengar suara, nggak?"
  "Hah? Suara apaan?" tanya Ardo bingung.

Ppprrtttttt...!

Gas pertamaku pagi ini berhasil keluar dengan sukses!
"Ihh!! Kamu jorok!!! Kata Ardo sambil menutup hidungnya.

    "Hahahaha....!" aku terbahak.

DASAR JOROK!!! Udah, ah. Aku mau mandi. Bauk..." lalu, Ardo mengambil handuk dari dalam tasnya. Tetapi ssebelum masuk ke kamar mandi, ia mencium keningku, mengusap keningku, memgusap rambutku, dan tersenyum tulus kepadaku.

  Kini,tinggallah aku sendirian di sini, di sisi tempat tidur ini. Aku mulai merenung dan masih mempertanyakan. Apakah aku memang yang pertama buatnya? Kali ini, aku mempunyai beberapa hipotesis. Pertama, tampang seperti Ardo bukankah hal yang sulit untuk menggaet cewek atau cowok gay. Dan yang kedua, mungkin benar apa yang dikatakan Ardo, ia terlalu sibuk dengan kerjaannya sehingga memilih untuk percaya dengan apa yang dikatakannya karena dia adalah pacarku, kekasihku,belahan jiwaku, AMORE MIO.

Reino Regha Prawiro  [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang