17

229 9 0
                                    

Tiba-tiba, saat aku merasa bersalah pada Ardo, terutama setelah membaca SMS nya : 'jangan siksa aku seperti ini, ampun maafkan aku.' Ya tuhan, tidak ada maksudku untuk menyiksa Ardo seperti itu. Saat ini, aku hanya ingin sendiri sambil membangun kekuatan dan keberanian untuk kembali berhadapan dengannya. Bahkan, hingga dua minggu berlalu pun aku tidak bisa mengontrol diriku nantinya.
   Ingatan mulai menari-nari tentang Ardo. Ardo dan segala sifat-sifatnya itu. Ardo yang bijaksana, down to earth, pintar, dan tahu benar bagaimana carannya merayuku, hingga akhirnya........, hingga akhirnya membuatku langsung rindu padanya. Ya. Aku rindu kepadanya. Bahkan, Ku menambahkan kata sangat untuk itu.
  Selain itu, aku mulai ingin mengetahui sedikit tentang Ardo. Bagaimanapun juga, Ardo adalah pacarku. Aku mulai dengan menyalakan TV dan memilih siaran dari stasiun televisi tempat Ardo bekerja. Aku hafal  Benar jam-jam segini adalah jadwal Ardo siaran di program "berita siang".
  Ternyata, masih Ardo-ku yang dulu. Ia masih terlihat tampan di balik kacamata yang tidak hanya membuatnya terlihat dewasa, tetapi juga terkesan smart. Jas berwarna abu-abu, kemeja perak, dan dasi warna perak mengkilap begitu las di tubuhnya yang...... Oh tidak! Ardo terlihat lebih kurus hari itu. Pilinya sedikit tirus. Dan, tatapan matanya meredup. Aku tahu mata tidak pernah berbohong. Ada sesuatu yang menggantung di sana. Aku menjadi kasihan padanya. Ia pasti sangat tersiksa dengan keadaaan seperti ini. Melihatnya seperti itu, aku merasa menyesal dan ingin secepatnya bertemu dengan ardo. Secepatnya.
  Lalu, akupun mengemasi barang-barangku yang ada di kos Aby dan langsung berlalu dari sana. Kebetulan saat ini Aby sedang tidak di kos. Aku langsung menuju parkiran motor dan langsung tancap gas dalam-dalam ke arah kosku di kaliurang. Aku pulang.
  Setibanya di kos, kulihat kamarku yang penuh dengan debu dan pengap karena sirkulasi udara tidak lancar. Pakaian kotor dan buku berserakan dimana mana. Aku sendiri menjadi malas melihatnya. Dengan sisa tenaga yang kupunya. Aku mulai merapikan satu persatu buku buku itu. Pakaian kotor aku masukkan kedalam kantong plastik dan segera ku-laundry. Lalu, kubasahi kain bekas dan kulap semua debu yang menempel di atas TV,Tape,DVD, dan dispenser. Saat itulah, tiba-tib ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
"oh...., Mas didit....... Masuk, Mas. Maaf masih berantakan."kataku pada mas didit yang kamarnya di sebelah kamarku.
"kamu dari mana aja, Rei? Sudah lama nggak pulang.... Mudik,po?"
"ah...., nggak, Mas. Aku nginep di tempat temen, mas......
"oh....., tak kirain kamu mudik. Habisnya, kok nggak perrnah kelihatan lagi. Oh ya, selama kamu nggak ada di sini ada seseorang yang mencari kamu"
Deg! Tiba-tiba, jantungku berdetak kencang.
Siapa mas?
Laki-laki. Namanya kalau aku tidk slah rado atau siapalah gitu aku juga lupa."
"oh....."
Hampir setiap malam dia ke sini dan sering tidur di depan kamar kamu..."
   Hah? Maksud,Mas, di depan pintu?"
"iya. Katanya dia nungguin kamu sampai kamu pulang. Sudah sering aku bilang. Nanti kalau Rei pulang sampean tak.kasih tahu."  Tapi dianya malah tetal tidur dilantai situ. Tunjuk mas Didit kearah pintu.
Ya tuhan..... Trus, di ada bilang apa lagi, Mas?
Dia nggak banyak ngomong. Cuma aku kasihan saja ngeliatnya. Hampir tiap malam dia tidur di situ. Dingin dinginan dan pagi pagi sekali dia udah bangun pergi kadang kadang siang hari dia ke sini. Tetapi kalau malam dia pasti ke sini".
Terakhir dia kesini kapan ya, Mas?
"Mmm...., kira kira dua hari yang lalu. Oh. Iya dia nitip ini buat kamu.."lalu, Mas Didit pergi ke kamarnya dan kembali dengan sebuah bingkisan dengan sebuah bingkisan di tangannya.
"ala ini, Mas? Tanyaku bingung. Aku perhatikan bingkisan itu. Tidak terlalu besar dan terbungkus kertas kado warna hitam putih dengan motifnya kotak-kotak.
Aku nggak tahu. Tapi dia titip ini buat kamu setelah itu, dia nggak ke.sini lagi sampai hari ini kamu pulang.






Maap kalau kependekan ntar nop buat yang panjang dehhh doain ya Senin Nop ujian US



(bersambung)









.







Reino Regha Prawiro  [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang