6

861 29 0
                                    

Lesehan seputaran UGM, malamnya.

"COME ON! Ada apa? Tumben banget...." Ardo memulai pembicaraan dengan ekspresi muka yang sulit di tebak.
Jadi ceritanya, malam ini aku mengajaknya makan malam. Aku ingin menjawab rasa penasaranku selama ini padanya.
"You think i didn't know...? Yang aku balik, penuh teka-teki. Sengaja kugantung kata kata terakhirku. Ternyata, raut wajahku tidak cukup membuatnya penasaran. Dengan tenang nya, ia malah tersenyum sambil mengambil lighter dan mulai menyalakan rokonya.
"Tau apa?"
"Kamu adalah seorang Newscaster, kan? Tadi aku liat kamu di "berita siang".
"Ohhh...., itu..... Akhirnya kamu tau juga.... Sekarang sudah nggak penasaran lagi, kan.? Ia malah menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan.
"Pantesan kemaren kamu di mintai tanda tangan segala. Ternyata...."
"Huuufff....." Ardo menghembuskan asap toko itu. Lalu melanjutkan kata kata masih dengan ekspresi tentangnya, "begitulah duniaku, Rei. Aku di tuntut untuk profesional di depan orang banyak agar bersimpati padaku."
"Do"
"Sudahlah", tidak perlu dibahas. Tidak perlu menjadi terkenal untuk menjadi yang terbaik, kan?"

Tidal lama kemudian, pesanan kami pum datang. Nasi goreng sapi dan es teh. Awalnya, arso sempat menolak ketika kuajak makan di sini dengan alasan malas nyobain menu baru. Dan, ia lebih memilih rumah makan kadang atau chinese food langgananku. Akhirnya, kupaksa dia untuk makan di sini. Dan ternyata, selama ini selera menu menu baru, alasanya sederhana takut perut sakit. Dan, ia lebih suka makan di satu tempat dengan menu yang itu itu saja. Awalnya aku tidak percaya.
"Oh ya, bukannya hari ini ujianmu selesai?" Ardo mulai menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya. Suapan pertama. Kulihat ada sedikit keraguan di wajahnya. Tetapi, kuyakin setelah ini ia pasti akan mengubah perspekrifnya tentang lesehan seperti ini.
"Yup! And this is the time to hunting-hunting. Hahahahah.....!
Saatnya nge-shoot, fitnes, dan dugem lagi."
"Dan acara lelang lagi mungkin?"
"Hahahah......! Nggaklah," aku menjawab pendek.
"Sebaiknya jangan. Nti kamu malah celaka lagi. Ngomong-ngomong tentang liburan, ada planning ke mana, nih.? Pulang kampung mungkin?
"Mmm.... Suapan makan kedua. Sejauh ini tidak ada komentar. "Nggak pulang kampung dan nggak ada palnning apa-apa, sih."
"Mmm...." Ardo mulai menyeruput es tehnya, "kebetulan aku ada shift kosong selama tiga hari. Gimana kalau kita liburan bareng?"
"Uhuk!!!" tiba-tiba, nasi goreng yang sudah kutekan mandadak hendak keluar dari mulutku setelah mendengar ajakannya barusan. Lu, kuambil minuman dan langsung kuteguk.
"Rei, kamu gak apa-apa? Dengan sigap, Ardo mengambil tisu dan memberikannya kepadaku.
"Liburan bareng? Uhuk...uhuk..
"Ya...., hitung-hitung sekalian refresing gitu, lah...
Kali ini, ia tidak bisa lagi menyembunyikan campuran ekspresi bersalah dan rasa nervous-nya.
"Tapi liburan kemana? Hmm..." kembali kuteguk es teh itu.
"Entahlah keliling tempat-tempat wisata yang ada di yogya, mungkin?"
"Boleh juga. Tapi...." belum selesai kalimat terakhirku, tiba-tiba ia mengambil selembar tisu lagi dan mengelapkannya di bibirku.
"Masih ada nasi tuh di bibirmu.
Lagi dan sekian kalinya, sensasi aneh itu kurasakan. Perhatiannya Tatapan matanya. APA INI!!! stop!!! Don't think anything!!!! Itu cuma kebetulan yang tidak disengaja. Lalu, kutepis tangannya secara perlahan. Kulihat ada rina kekecewaan tersirat di wajahnya. Tetapi....., ah sudahlah. Aku tidak mau lagi menganggap segala perhatiannya sebagai sesuatu yang berlebihan.
"Tapi, apa kamu tidak liburan bersama pacar kamu?" kali ini, pertanyaan langsung menjurus dan Ardo benar-benar tidak dapat menyembunyikan ekspresi salah tingkahnya. Lalu, ia mengambil minuman dan mulai meminumnya. Aku tahu itu hanya salah satu cara untuk menutupi ekspresinya itu.
"Apakah harus bersama pacar untuk menikmati setiap detik-detik membahagiakan dihidup kita?" lagi dan lagi dan untuk kesekian kalinya, ia berhasil membuatku merasa kerdil dan bodoh karena telah menanyakan pertanyaan itu.
"Habis, aku tidak pernah melihat kamu bersama pacarmu saya sejak kita bertemu
"Pacar bukanlah prioritas utama dalam setiap moment ke sendirianku, sendiri itu lebih indah karena kita bisa sekalian intropeksi."

Reino Regha Prawiro  [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang