Tiga jam berlalu dengan cepat, tapi bagi Ryarey tiga jam berasa seperti tiga tahun lamanya. Keringat bercampur air liur sudah membasahi leher hingga dada bidangnya. Bagian bawahnya sudah basah akibat cairan putih yang keluar akibat obat yang diberikan Nikodemus.
Decitan pintu terbuka membuat Ryarey meronta-ronta serta mengeluarkan desahan tak jelas, diharapkan orang yang membuka pintu dapat membantu melepaskan borgolnya. "Kau harap aku akan melepaskannya?"
Suara bass Nikodemus berhasil membuat Ryarey berhenti meronta dan menyesali perbuatannya. "Aku akan membuatmu menyesal." Tangan Nikodemus mulai menjelajahi dari leher hingga bagian terlarang. Setiap sentuhanya membuat Ryarey semakin gila dan liar.
"Aku ingin memakanmu segera." bisik Nikodemus tepat ditelinganya, membuat lelaki itu semakin menegang hebat. "Hanya bercanda," lanjutnya sambil tertawa. Ryarey hanya menatatap memohon, memohon untuk dipuaskan hastratnya. Tapi Nikodemus justru menggendongnya dan membawanya menuju parkiran melalui jam tangga darurat kantor.
Ryarey masih mendesah hebat, karena tangan kanannya memegang bongkahan pantatnya. Rasanya nikmat dan dia mengingin lebih. "Diamlah. Atau orang kantor akan mengetahuinya," bentaknya namun bentakannya itu tidak diindahkannya. Nikodemus menggeram jengkel sehingga dipercepat langkah kakinya.
Tibanya, Nikodemus segera membuka pintu bagasi dan meletakan tubuh Ryarey didalamnya. "Mendesahlah sesuka hatimu. Tak akan ada orang yang mendengarnya." Lalu Nikodemus menutup pintu bagasi dan beranjak kekursi kemudi, kemudian menjalankan mobilnya menuju rumahnya.
*
Nikodemus brengsek. Bajingan. Piece of shit. Ryarey memaki-maki sosok Nikodemus dalam hati hingga pintu bagasi mobil terbuka, terlihat sosok siluet seorang lelaki gagah perkasa. "Bagimana tidurmu, Ryarey?"
Lelaki itu membuka ikatan dasi yang membungkam mulutnya. "Bajingan. Brengksek." Nikodemus hanya tersenyum melihat tingkah Ryarey yang begitu menggemaskan apabila dia sedang dalam keadaan marah. Tak berbicara panjang lebar, lelaki itu meraih tubuh Ryarey dan membawanya menuju kedalam rumah, tepatnya kekamar mandi. Tibanya dikamar mandi, Nikodemus menurunkan tubuh Ryarey kedalam bath tub yang sudah berisikan air hangat dan melepaskan borgolnya.
Oh shit. Kenapa tubuhku lemas? Tak bisa digerakan. Ryarey terkejut sendiri dengan keadaannya yang begitu tak berdaya. "Itu efek obat yang kuberikan. Tenang saja, mungkin satu jam kemudian akan hilang." Sekali-lagi Ryarey terkejut dengan ucapan lelaki itu. Nikodemus bajingan.
"Aku tahu, kau pasti hendak kabur."
Fuck, lelaki itu membaca pikiranku.
"Jangan memakiku lagi. Sudah beruntung kau tak aku 'perkosa' sekalipun."
Ryarey menelan air liurnya. "Hei bajingan. Maumu apa? Tak bisakah kau melihatku senang?" Akhirnya Ryarey angkat bicara. Nikodemus tak menjawab, melainkan dia melepaskan satu persatu pakaian yang melekat padanya. Mulut Ryarey ternganga melihat pahatan tubuh indah milik Nikodemus. Begitu mulus tanpa cacat sedikitpun.
Lelaki itu menyisakan pakaian dalamnya untuk menututupi daerah terlarang miliknya, lalu berjalan menuju bath tub dan masuk kedalamnya. "Bajingan. Mandilah sendiri." Lagi-lagi Ryarey mengumpat. Nikodemus tak marah, melainkan tersenyum iblis.
"Aku ingin kau menjadi milikku. Milikku secara jiwa dan raga," ucap Nikodemus secara tegas dan menggunakan penekanan disetiap kata yang dilontarkannya membuat Ryarey terbungkam seribu bahasa. "Aku tak perlu jawaban sekarang."
Tangan kekar Nikodemus mulai menjelahi tubuh Ryarey. Mulai dari leher, dada bidang Ryarey, hingga bagian bawah Ryarey. Sedang asik-asiknya bermain tubuh lelaki itu, ponsel Nikodemus berdering. "Ckck, menganggu saja. Lanjutkan mandimu dan jangan lama-lama. Aku tak ingin membuat Mr. Josh kecewa karena kita terlambat," ucap ketus Nikodemus sambil keluar dari bathtub. Ryarey tak menjawab, justru dirinya melanjutkan mandinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile For Me
Romance[TOLONG BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN] [YAOI ; MxM ; END] Dejavu. Itulah perasaan yang dirasakan oleh Ryarey Fournier lelaki keturunan Prancis Amerika dan seorang fotografer majalah, ketika bertemu kembali dengan Marcelius Hernandez yaitu cinta pertam...