#11 Tell Me The Truth

1K 70 1
                                    

Panas.

Semua tubuh termasuk si junior Ryarey merasakan rasa panas.

Panas seperti terbakar oleh api.

Tangan-tangannya sudah mulai meliar, memilin putingnya sendiri hingga 'bermain' dengan si junior. Air liurnya pun sudah membasahi pakaiannya. Kedua matanya merancu, minta dipuaskan. Semua efek-efek itu disebabkan oleh pil kecil yang baru setengah jam dimasukkan oleh Nikodemus dalam tubuhnya.

"Nikodemus bajingan. Kemarilah."

"Nikodemus."

Berulang kali, dia berteriak sangat keras hingga pita suaranya hendak putus tak ada satu pun orang yang datang termasuk Nikodemus. Tubuhnya kini lemas, tergeletak dilantai, dengan pakaian yang sudah tidak rapi seperti sediakala termasuk celana panajangnya yang sudah terlepas entah kemana.

"Nikodemus brengsek." Dia kembali berteriak.

Air mata mulai turun dari pelupuknya, berharap Marcelius ada disisinya. Entah apa yang membuat dirinya berharap lelaki itu ada disampingnya saat ini, memeluknya bahkan melindunginya dari kejaran Nikodemus.

Perlahan dia membuka matanya ketika indra pendengarannya menangkap dentuman langkah sepatu berjalan menuju kerarahnya. "Sudah puas 'bermainnya'?"

"Bajingan. Sungguh bajingan, kau." Hanya mulutnya yang bisa memaki-maki, sedangkan tubuhnya begitu amat lemas. Nikodemus tertawa, tertawa penuh kemenangan. "Aku harap kau akan menjelaskan seluruhnya mengenai hubunganmu dengan Marcelius, sebelum aku berbuat lebih jauh dari ini."

Kedua tangan kokoh Nikodemus perlahan meraih dan menggendong tubuh mungil Ryarey menuju meja panjang yang ada disamping akuarium, meja itu memang sengaja diletakan disana untuk keadaan seperti ini. keadaan darurat jika nafsu Nikodemus ingin dipuaskan saat ini.

Lelaki itu kembali memilin puting Ryarey, dia hanya bisa mendesah tanpa melakukan perlawanan apapun. "Kumohon hentikan." Suara melas Ryarey tidak membuat dirinya menghentikan aksinya, justru semakin gencar melakukannya.

"Ceritakan semuanya, baru aku akan menghentikannya." Tangan lainnya kembali bermain dengan bongkahan pantat kenyal miliknya.

"Baiklah aku akan menceritakannya. Tapi kumohon hentikan." rayunya lagi.

"Aku akan menghentikannya setelah dirimu selesai menceritakannya." Lelaki itu semakin gencar memainkan juniornya, membuatnya mengerang berkali-kali, namun bukan rasa nikmat yang didapatkannya melainkan rasa sakit. Sakit hati, Ryarey merasa bersalah, dirinya sudah berjanji akan memberikan kesempatan sekali lagi pada Marcelius, namun apa. Dirinya justru 'bermain' dengan bos brengseknya.

"Iya dia adalah kekasihku. Kami baru menjalin hubungan beberapa hari lalu." Emosi Nikodemus semakin naik hingga puncak, meledak begitu saja. Semakin cepat lelaki itu memakinkan 'junior' Ryarey.

"Kumohon hentikan." Bukan rasa nikmat yang diperolehnya, melainkan rasa sakit karena 'junior'nya dimainkan secara kasar tanpa ampun oleh Nikodemus. Sepertinya lelaki itu terbakar cemburu, hatinya sakit melihat Ryarey dekat dengan orang lain terutama Marcelius.

Nikodemus mengehentikan kedua tangannya dan lelaki itu setengah kaget dengan penampakan Ryarey yang penuh cairan tubuh disekujur tubuhnya. Dan sekarang lelaki itu tengah tertidur dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. "Maafkan aku Ryarey, sepertinya aku sudah jatuh cinta denganmu. Aku tak ingin dirimu menjadi milik siapapun termasuk milik Marcelius." bisiknya sembari menggendong tubuh mungil Ryarey kekamar mandi yang ada didalam ruangan itu.

*

"Ryarey bangun."

Lelaki yang dipanggilnya perlahan membuka matanya, menyapu seluruh pandangannya kearah sekitarnya, rasanya sangat asing. Ya, dia berada diapartemen milik Nikodemus dan lebih tepatnya berada ditempat tidur miliknya.

"Pagi." ucap Nikodemus tersenyum.

Ryarey tidak langsung merespon, melainkan dia bengong sesaat. Dia tidak percaya dengan pandangan yang dilihatnya, sosok Nikodemus tersenyum. Tersenyum padanya. Ini aneh, sangat aneh. "Kau tak apa?" Nikodemus tak menjawab, dia beranjak keluar dari kamarnya, meninggalkan Ryarey dengan pertanyaan yang menggantung tanpa sepatah kata sebagai jawabannya.

Menyeramkan tapi tetap brengsek, batin Ryarey. Diambilnya ponsel yang berada dinakas, dilihatnya notifikasi yang tertera dilayar ponselnya. Deretan panggilan dan pesan singkat dari Marcelius. Dia mengkhawatirkanku, batin Ryarey sambil mencoba kembali menghubungi Marcelius. Panggilannya berulang kali teralihkan pada suara operator yang selalu mengatakan panggilan sedang berada diluar jangkauan.

"Aku harap kau tidak menghubunginya jika sedang bersamaku, itu benar-benar menggangguku." Ryarey tersentak dengan perkataan itu, tanpa sadar dia menjatuhkan ponselnya. Nikodemus berada dibelakangnya, menunggunya untuk sarapan bersamanya. Lelaki itu segera memungut ponselnya yang terjatuh dilantai dan segera beranjak mengikuti Nikodemus ruang makan.

Mereka menyantap sarapan dalam hening, Ryarey enggan membuka percakapan terlebih dahulu mengingat ucapan yang baru saja dilontarkan membuat hatinya sakit. Sedangkan Nikodemus pun enggan pula membuka percakapan terlebih dahulu, moodnya mendadak mennjadi jelek. Usai menyantap sarapan masing-masing, mereka berangkat menuju kantor bersama-sama.

"Kita berangkat sendiri-sendiri saja," ucapnya dengan ragu-ragu. Ragu-ragu jika lawan bicaranya bersikukuh menolaknya. Sejujurnya Ryarey enggan untuk berangkat bersama. Alasan pertama, dia tak ingin dipandang sinis oleh para karyawan dikantor. Kedua, lelaki itu lebih menyukai naik kendaraan umum atau taksi online.

Nikodemus masih diam, namun tangan kekarnya mencekal lengan Ryarey dan menariknya menuju kemobil yang terparkir dibasement. Artinya aku harus berangkat bersamanya, tebak Ryarey dalam hati sambil berjalan mengikuti tarikan Nikodemus.

Mereka akhirnya berangkat bersama dalam hening. Masih saling enggan membuka percakapan terlebih pertama kali. Ryarey yang paling tak tahan untuk menghadapi hal seperti ini, "Aku benci semua ini, termasuk dirimu. Sekarang, sebutkan apa yang kau inginkan dan biarkan aku bekerja dengan tenang dikantormu." ucapnya setengah berteriak, membuat lelaki yang ada disampingnya mendadak mengehentikan mobilnya ditepi jalan.

Nikodemus sejenak memejamkan matanya, menarik nafas panjang, kemudian menatatap kearah Ryarey dan kedua tangannya menarik tubuh lelaki itu kearahnya meninggalkan beberapa sentimeter diantara mereka. "Dengar. Aku hanya mengucapkan sekali."

Lelaki itu mengambil nafas panjang, "Aku menyukaimu."

***

a/n: 

Setelah chapter ini, kemungkinan besar Author bakal lebih lambat dalam mengupdate cerita ini. Dimohon kesabarannya, karena Author juga memiliki kehidupan diluar wattpad 

Smile For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang