Usai makan malam, Marcelius tidak langsung membawa Rayrey pulang melainkan membawa lelaki itu pergi keapartemen miliknya. Tibanya diapartemen, Ryarey tak henti-hentinya kagum melihat desain apartemen milik Marcelius. "Anggap saja rumah sendiri, kamu bebas berkeliling. Aku akan mandi terlebih dahulu."
Ryarey mengangguk lalu berkeliling kepenjuru apartemen. Mulai dari ruang keluarga, ruang makan, dapur, hingga setiap kamar dia kelilingi. Lima belas menit, Marcelius keluar dari kamar mandi hanya berbalut sehelai handuk untuk menutupi bagian bawahnya. Lelaki itu memutuskan untuk berkeliling mencari Ryarey, semenjak dirinya usai mandi lelaki itu sudah tidak menampakan batang hidungnya lagi. Kemana kira-kira dia?
Langkah kaki Marcelius tiba didapur, dilihatnya sosok Ryarey yang menggunakan celemek dan sedang menyeduh teh dalam teko. "Kemarilah. Akan kuseduhkan secangkir teh."
Ryarey menggambil dua buah cangkir dan menuangkan teh hangat dari teko kedalam masing-masing cangkir. Disodorkan cangkir itu berserta setoples kecil berisikan gula.
"Kamu tidak?" tanya Marcelius dengan mengangkat toples tersebut.
"Tidak. Aku tak suka hal yang manis." balasnya sembari menyesapi teh yang masih mengeluarkan uap tipis. Ditengah sedang meminum teh, mata Ryarey baru menyadari sosok dihadapannya tanpa busana. Artinya dia telanjang dada. Dua bola matanya masih tak bisa beralih, masih terus memandang lekukan tubuh kekar dan dada bidangnya. Kulitnya yang tampak kecoklatan, membuat hasrat Ryarey mulai bangkit dari tidur panjangnya selama ini.
Jantung lelaki itu mulai berdetak tak beraturan. Wajahnya pun mulai memerah perlahan-lahan, dan yang lebih parah junior sudah mulai terbangun. Mengetahui hal itu, Rayrey meletakan cangkirnya, kemudian berlari menuju kekamar mandi tanpa berpamitan dengan Marcelius. Tingkah anehnya membuat Marcelius bingung dan menghampiri lelaki itu.
"Apa yang terjadi?"
"Apa kamu sakit?"
"Mana yang sakit?"
"Sebaiknya kita harus kerumah sakit sekarang."
Marcelius tak henti-hentinya mengetuk pintu kamar mandi, sekaligus melontarkan pertanyaan tentang kesehatan lelaki itu. Hal itu membuktikan bahwa Marcelius sedang dilanda rasa khawatir yang luar biasa. Sudah sepuluh menit lewat, dirinya menunggu Ryarey diluar namun lelaki itu tak kunjung-kunjung menampakan hidungnya.
Apakah dia pingsan? Ditepisnya pikiran buruk itu dan langsung membuka pintu dengan kunci cadangan yang dimilikinya. Pingsan bukan kata yang tepat untuk keadaan Ryarey saat ini, melainkan nikmat. Ya, lelaki itu tengah menikmati permainan dengan si juniornya tanpa mengajak Marcelius. Dia tak ingin dipandang lemah dihadapan lelaki itu.
"Kenapa kamu tak mengajakku bermain bersama?"
Melihat dada bidangnya membuat hasrat ingin menyentuh Marcelius semakin tinggi. "A-Aku menginginkanmu." Ryarey sudah tidak sadarkan diri, pikirannya warasnya sudah hilang dan sudah terlalu hanyut kedalam rasa nikmat yang dirasakan saat ini.
Marcelius ternyum manis, semanis iblis merayu mangsanya untuk datang pada dirinya. Sama halnya yang sedang dilakukannya saat ini. "Kita akan bermain dikamar."
Ryarey tak memberontak ketika berada didalam gendongan Mercelius, justru lelaki itu berulang kali mencubit puting. "Ahh. Jangan cubit itu." Itulah daerah kelemahan Marcelius, sekali cubit maka lelaki itu akan terangsang.
Ryarey tak peduli, berulang kali dia mencubit puting. Kini puting Marcelius berwarna merah dan lelaki itu mendesah berulang kali. Dihempaskan tubuh Ryarey diatas ranjang berukuran king size milik Marcelius dan lelaki itu ikut menghempaskan tubuhnya diatas tubuh mangsa.
"Let's do it"
Ryarey mengangguk, kemudian menarik leher Marcelius dan berbisik. "I want it."
Segurat senyum kembali terukir diwajah lelaki itu.
*
"Are you sure?" Marcelius kembali mempertanyakan keinginan Ryarey. Lelaki itu mengangguk, otaknya sudah tidak bisa bekerja dengan baik karena buaian rasa nikmat yang diciptakannya sendiri.
Marcelius melumat bibir Ryarey sebagai pembukaannya. Diciumnya secara lembut namun membuai kenikmatan yang lebih. Ryarey memejamkan mata dan berfokus dengan lumatan bibir Marcelius. Lidah lelaki itu mulai mengeksplor seluruh rongga mulut Ryarey, namun dia tak menolak. Justru dia menyambutnya dengan ganas serta meminta lebih.
Tak berhenti disitu, dia langsung membuka baju Ryarey dengan kasar dan melanjutkan kecupannya dan menjilatnya hingga menimbulkan rasa menggelitik dibagian leher Ryarey. Tak lupa, lelaki itu menghampiri kedua putting milik Ryarey yang sudah mulai mengeras. Ryarey sudah kehilangan akal sehatnya, parahnya lelaki itu meminta lagi dan lagi hingga hasrat dirinya terpenuhi.
Usai baju, kini Marcelius melepaskan celana panjang beserta celana dalam milik lelaki itu. "Here we go." Tangan kekar lelaki itu mulai menyetuh junior milik Ryarey dan disitulah kenikmatan mulai bertambah sedikit demi sedikit membuat sang pemilik junior menjadi melayang-layang keangkasa hingga tak sadarkan diri.
***
a/n
ini gila, aku gak nyangka bakal nulis ginian hahaha.
tapi maaf harus aku hentikan disini, karena aku gak tahu harus membahasakannya seperti apa, agar enak dibaca dan tidak menggelikan saat membayangkannya. hahha
tapi kedepannya masih ada satu scene lagi yang seperti ini dan semoga aku bisa menulisnya hingga goal *mengertilah maksudku* XDD
btw, happy new year 2017. semoga resolusi kalian bisa tercapai semua :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile For Me
Romance[TOLONG BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN] [YAOI ; MxM ; END] Dejavu. Itulah perasaan yang dirasakan oleh Ryarey Fournier lelaki keturunan Prancis Amerika dan seorang fotografer majalah, ketika bertemu kembali dengan Marcelius Hernandez yaitu cinta pertam...