#18 Dirty Trick [Part 2]

946 48 2
                                    

Dejavu.

Kenangan buruk masa lalu kembali terputar dibenaknya.

Tidak hanya itu, lelaki bajingan itu yang sudah membuka kenangan buruknya. Kenangan yang paling ingin dipendam bahkan dihapuskan dari memorinya, namun kini sudah terlambat. Dia sudah melakukannya, melakukan hal yang sama seperti kenangan itu. Memperkosanya tanpa ampun, hanya tetesan air matanya-lah sebagai bukti betapa takutnya dirinya.

Berulang kali, Marcelius, lelaki yang kini tengah terikat dikursi berteriak bahkan memberontak sekuat tenaga hingga pergelangan tengannya terluka akibar gesekan ikatan tali yang kuat. Dia tidak peduli betapa sakitnya tubuhnya, dia tetap meronta-ronta. Tak peduli betapa keringnya kerongkongannya, namun dia tetap berteriak pada lelaki bajingan itu untuk berhenti bermain dengan Ryarey-nya.

Lelaki bajingan tak lain adalah Nikodemus, dia tidak mempedulikannya. Dia tetap melumat daun telinga milik Ryare, perlahan turun pada kulit lehernya yang putih hingga meninggalkan kissmark lehernya dan tak lupa dia menyisakan putingnya yang sudah berwarna kemerahan akibat perbuatannya.

Seketika Marcelius berhenti berteriak bahkan meronta. Dia sudah lelah, rasa sakit ditubuhnya berhasil memadamkan perjuangannya untuk menyelamatkan Ryarey-nya. Dia hanya bisa berdoa pada Tuhan, untuk memberikan dia kekuatan atau setidaknya mujizat untuk dapat keluar dari tempat neraka ini bersama Ryarey-nya dengan utuh tanpa kekurangan suatu apapun.

Kini perlahan, Nikodemus beranjak turun dari tempat tidur, menghampiri Marcelius yang tertunduk lemas. "Sudah puas memaki-makiku? Jika belum, lakukan sepuasnya. Ruangan ini kedap suara." ucapnya lirih, sambil menjambak rambut lelaki itu.

Lelaki itu hanya diam, tak menjawab apapuh meskipun jambakan rambutnya semakin kuat dan menyakitkan. Dia tetap bungkam tanpa ada balasan apapun, hingga Nikodemus jengah dan menghajarnya tepat dibagian rahang pipi kanannya. Lelaki itu tidak merintih kesakitan sedikitpun, justru meludahkan air liurnya yang bercampur darah segar kearah tubuh Nikodemus.

Nikodemus seketika naik pitam, dirinya merasakan bahwa harga dirinya sudah diinjak-injak saat diperlakukan seperti itu. "Apa kau tidak diajarkan sopan santun oleh orang tuamu? Sekarang hisap ini." Hasrat sexnya sudah mulai mengambil ahli hati nurani dan pikiran Nikodemus, kini dia sudah mensejajarkan 'junior'nya didepan mulutnya.

"Open your mouth." Marcelius hanya diam dan mengalihkan mukannya, sungguh jijik rasanya jika dia terlalu lama memandang 'junior' milik Nikodemus yang bisa dibilang lebih besar dari miliknya. Tapi sungguh menjijikkan. Tak berlama-lama, Salah satu tangan Nikodemus mencekik lehernya, untuk menimbulkan celah dimana dia membuka mulutnya dan saat itulah Nikodemus langsung memasukkan 'junior'nya secara kasar kedalam mulutnya hingga kepala 'junior'nya menabrak dinding kerongkongannya. Tak hanya sekali, melainkan berulang kali, ya berulang kali Nikodemus memaju mundurkan 'junior'nya dengan kasar membuat dia tersedak berulang kali pula. Sungguh mengenaskan wajah dan tubuh Marcelius. Tubuhya kini hanya menjadi alat pemuas nafsu sex Nikodemus.

Nikodemus seketika menghentikan aktivitasnya karena suara ketukan pintu yang mengintrupsinya. "Siapa?" tanyanya dongkol sambil mengeluarkan sang junior dari mulut Marcelius yang sudah penuh dengan cairan putih kentalnya.

"Ace."

"Masuk."

Ace masuk dengan wajah berseri-seri, sambil membungkukan badannya pada Nikodemus. "Rupanya kau Ace. Sekarang giliranmu, dia sudah turn on sejak tadi." Nikodemus mempersilahkan Ace untuk bermain-main dengan Ryarey diatas ranjang. Saat Ace beranjak menaiki ranjang king size itu, Marcelius kembali memberontak hebat. Diludahkannya seluruh cairan kental yang masih tersisa dalam mulutnya, kemudian dia kembali melontarkan cacian padanya mereka berdua.

"Aku sudah menunggu hari ini, hari dimana aku bisa 'bermain' pada my honey Ryarey." ucapnya diselingi gelak tawa. Mereka berdua berkomplotan sejak awal untuk memojokkan Marcelius, demi kepentingan masing-masing. Ace menginginkan tubuh Ryarey, sedangkan Nikodemus ingin menyiksa Marcelius sekedar membalaskan rasa bencinya karena dia sudah menganggu kesenangannya dimasa lalu.

Ace tidak mempedulikan ucapan Marcelius, dia perlahan membuka seluruh pakian yang dikenakan pada saat ini kecuali pakaian dalamnya, kemudian perlahan mulai naik keatas ranjang dan menindih pelan tubuh Ryarey. "Hai Ryarey—atau kupanggil Rey?" bisiknya lirih ditelinga dan seketika membuat bulu leher Ryarey berdiri dan air mata kembali mengalir keluar. "Kau menangis lagi."

Sebelum memulainya, Ace melepaskan kain hitam yang sejak tadi menututup akses kedalam mulut Ryarey, lalu perlahan mulai menciumnya, lidahnya dengan intens bermain disana, mengajak menari lidah Ryarey dengan ganas.

"Hentikan kumohon," Ryarey dengan suaranya yang lirih memelas pada Ace untuk tidak melakukan hal itu dan memohon untuk membebaskannya. Lelaki itu hanya terdiam, lalu kembali mencondongkan wajahnya tepat diteling kirinya dan membisikkan sederet kalimat yang sungguh membingungkan bagi Ryarey.

Ace kini beranjak turun dari atas tubuh Ryarey sekaligus turun dari ranjang, entah apa yang merasuki dirinya saat ini dia tengah berdiri dihadapan Nikodemus tanpa busana apapun, terlihat jelas si 'junior'nya mengacung keras. 'Junior'nya terbangun. "Lihat, 'junior'mu terlihat belum puas—ah, lebih tepatnya belum dipuaskan oleh lubang Ryarey?" tanya Nikodemus sambil menatatap 'junior' Ace dibawah sana.

"Apa kau sudah bosan?"

Tak ada jawaban, hanya tatapan kesedihan yang diperlihatkan oleh Ace.

"Hei, apa Ryarey belum cukup?" tanyanya lagi, namun kini nadanya naik satu oktaf.

Ace menggeleng cepat. Kedua tangannya menarik tengkuk serta kepala Nikodemus hingga berada tepat dihadapannya. Tak lama, sentuhan bibir lembut Ace bersatu dengan bibir Nikodemus. Ciuman itu perlahan semakin sensual dan ganas dan french kiss pun terjadi, sayangnya hanya terjadi beberapa menit.

"Ada apa denganmu Ace? Kau sungguh gila? Kau sudah melanggar kontrak kita." Nikodemus dengan siagap mengusap bibirnya secara kasar.

Tanpa disadarinya air mata Ace sudah keluar terlebih dahulu dari pelupuk matanya, "Persetan dengan kontrak. Benda sialan itu hanya akan membuatku semakin sakit dan sakit." Nikodemus nampak terdiam sejenak, dia bingung, bingung dengan apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya.

"Lebih baik kau tidur sejenak. Sweet dream." ucap Ace sebelum membekap indra penciuman milik Nikodemus. Dan semuanya menjadi gelap seketika.

***

Author's note: 

Hai...hai, author semakin bersemangat menyelesaikan cerita ini. Ya, cerita ini beberapa langkah lagi akan mencapai garis finish, dalam arti akan tamat. 

So berikan votmennya supaya author semakin bersemangat menyelesaikannya. 

Selamat menikamti :))

Smile For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang