#19 The End huh?

1K 39 3
                                    

Lelaki itu tidak mempercayainya, kini kedua kakinya sudah membawanya berdiri didepan pintu masuk perusahaan La Beauty, perusahaan tempat dulu dia bekerja beberapa bulan yang lalu. Dia memberanikan dirinya untuk menjejalkan kakinya masuk kedalam lobby kantor dan menemui resepsionis yang berjaga didepan.

"Bisa bertemu dengan Mrs. Luciennce Grosvenor?"

"Apa kau sudah membuat janji?" tanya wanita resepsionis tersebut, sembari menghubungi seketaris Mrs. Luciennce, tebak lelaki itu.

"Belum. Saya kemari hanya sekedar memberikan surprise untuknya." jawab lelaki itu tanpa berbasa-basi. Wanita itu berdiri dari tempat duduknya dan mempersilahkan lelaki itu untuk mengikutinya menuju ruangan Mrs. Luciennce yang berada dilantai paling atas.

Lift berdenting, lalu pintu dengan otomatis terbuka dan mereka berdua masuk kedalam kapsul bergerak tersebut. Lantai demi lantai dilaluinya, tanpa ada yang membuka suara hingga kembali terdengar dentingan lift yang menandakan mereka sudah tiba dilantai yang dituju. "Silahkan." Wanita itu dengan sopan mempersilahkan dia masuk kedalam ruang kerja Mrs. Luciennce dan menyuruhnya untuk menunggu beberapa menit.

Tak selang lama, pintu kantor perlahan terbuka, terdengar suara dua orang atau lebih tengah melakukan percakapan secara dua arah. "Jika ada perkembangan, kabari saya. Kita akan lakukan rapat lagi." Sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya menututup percakapan dengan dua fotografernya.

"Kau." Sejenak wanita itu berdiam diri, menatatap wajah lelaki yang ada dihadapannya, serta kembali menggali ingatannya. Beberapa detik kemudian, wanita itu langsung berhambur memeluk lelaki itu, sambil mengusap lembut pucuk kepalanya.

"Kau sehat? Apa yang kakakku lakukan padamu? Katakan saja, aku tidak akan marah." Luciennce menggandeng dan mengajaknya duduk disofa panjang.

Lelaki itu hanya tersenyum. Bagaimana tidak, perlakukan wanita mantan bossnya tetaplah sama seperti yang dulu. Ryarey sungguh bersyukur masih ada orang-orang disekitarnya yang peduli padanya selain Marcelius, tentunya. Dalam selang waktu cukup panjang, mereka berdua larut dalam pembicaraan yang cukup membuat Luciennce shock seketika akibat ulah kakaknya, Nikodemus yang sungguh gila. Sejujurnya, Luciennce tidak sepenuhnya mengetahui masa lalu kakaknya yang kelam, akibat perbuatan kedua orang tuanya karena dia selalu sibuk dengan kegiatan organisasinya semasa sekolahnya hingga diperguran tinggi.

"Bagimana kalau kau kembali bekerja disini?"

Ryarey tentu saja sangat ingin kembali bekerja disana, namun dirinya sudah terlebih dahulu berjanji untuk membuka toko roti bersama Marcelius. Membuka toko roti adalah salah satu impian Marcelius sejak kecil, karena dirinya begitu menyukai roti.

"Aku tidak bisa," ucapnya lirih penuh penyesalan.

Luciennce menepuk pundaknya berkali-kali, "Tak apa. Kau masih bisa datang keperusahaan ini sebagai pengajar atau senior. Kau tahu, sepeninggalanmu banyak fotogrefer baru melamar bekerja dan rata-rata masih belum menguasai skill yang bisanya sering kau gunakan. Bagaimana kalau aku mengadakan pelatihan dan kau sebagai guru tamunya?"

Selalu saja pintar menenangkan hati. Ryarey hanya mengangguk sambil tersenyum puas mendengar usulan Luciennce. Mereka berdua kembali terlarut pada pembicaraannya yang entah tak ada habisnya.

***

Smile For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang