Marcelius Hernandez dan Ace Damaris.
Mereka adalah dua model yang dipilih oleh si fotografer. Nikodemus hanya tersenyum melihat fotografer searah dengan jalan pemikirannya, saatnya melancarkan serangan. Setelah mencapai kesepakatan bersama dengan Nikodemus, sekarang saatnya membuat kesepakatan dengan kedua model tersebut. Lelaki itu berinisiatif untuk mengajak mereka makan malam sembari membicarakan kontrak kerja yang cukup ekstrem.
Dirogohnya ponselnya dari dalam sakunya, kemudian menghubungi seketarisnya meminta tolong untuk menyampaikan undangan makan malam pada kedua orang tersebut, dan lelaki itu berharap mereka berdua bersedia datang.
Pukul enam sore, dirinya sudah bersiap-siap dengan pakaian kemeja lengkap beserta jasnya. Dia harus datang lebih dahulu, karena dia tuan rumah yang mengundang kedua model rekan kerjanya. Hendak melangkah keluar apartemen, tiba-tiba ponsel berdering kencang.
"Semua sudah siap?"
"Sudah tuan, sesuai keinginan tuan."
"Bagus. Bagaimana dengan mereka berdua?"
"Mereka akan datang, pukul enam."
"Bagus. Sebentar lagi saya akan tiba disana."
"Baik tuan."
Sambungan ponsel dari seketarisnya pun diputuskan dari pihak Nikodemus, lelaki itu langsung melangkah menuju keparkiran apartemennya. Masuk kedalam mobil sportnya, menyalakan mesinnya dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, melesat cepat menuju kerestoran tempat mereka bertemu.
*
Lima belas menit, dia sudah tiba direstoran. Seperti biasa, restoran itu sudah dipenuhi banyak pelanggan. "Bonjour mister." sapa salah satu pelayan yang menyambutnya.
"Nikodemus Grosvenor." Hanya menyebutkan namanya, dia sudah langsung diantar oleh pelayan tadi menuju keruang VIP dan private yang sudah dibooking tadi siang. Disinilah dia sekarang, disuatu ruangan yang tertutup dan sangat privat. Sekarang yang dia lakukan adalah menunggu.
Tepat pukul enam malam, Ace Damaris-lah yang terlebih dahulu datang. Lelaki itu berpakaian kemeja lengkap dengan jas, wajahnya begitu berseri-seri. Ya, Ace adalah sosok orang pecinta tantangan, dan menjadi model sesama jenis merupakan tantangan yang baru baginya.
"Tampaknya kau begitu bersemangat, Ace."
Nikodemus pertama kali membuka obrolan sembari memelipat kedua tangannya didepan dadanya. Ace hanya tersenyum, membenarkan apa yang dibicarakan oleh Nikodemus. "Ya, aku sangat bersemangat sekali. Ini adanya kali pertama kalinya harus berfoto dengan model lelaki. I very excited about this."
Obrolan mereka berhenti ketika pintu ruangan tersebut terbuka, kemudian masuklah orang yang ditunggu mereka semenjak lima belas menit yang lalu. Marcelius Hernandez. Dia berpenampilan kemeja putih lengan panjang, namun dilipatnya hingga sebatas siku. Seorang pelayan berjalan mendahuluinya, menarikkan sebuah kursi disamping diantara Ace dan Nikodemus.
"Hidangkan menunya." titah Nikodemus pada pelayan itu sebelum pergi meninggalkan mereka bertiga. Dia berdeham terlebih dahulu, sekedar mendapatkan perhatian dari keduanya.
"Mungkin kalian sudah tahu apa tujuannya saya mengajak anda berdua makan malam disini?" Gaya bicara Nikodemus menjadi formal dan tenang kembali seperti biasanya. "Saya tidak perlu berbasa-basi, saya akan langsung ke pokok permasalahannya. Saya menerima project pemotretan yang bisa dibilang cukup besar dalam prihal penghasilannya sangat besar. Sayangnya sang fotografer meminta konsep pemotretan yang antimainstream untuk mendobrak viewer yang tinggi."
Nikodemus menghela nafas sejenak, kembali menata setiap kata yang hendak dikeluarkan dari mulutnya. "Fotografer meminta kalian berdua menjadi model untuk produk ini." Dia menyodorkan koper dan membukanya. Kedua lelaki itu menelan ludahnya, ketika melihat produk apa yang akan mereka iklankan.
Melihat produk apa yang akan diiklankan mereka, Marcelius mendadak merinding. Pelumas. Itulah produk yang akan diiklankan oleh mereka berdua. "Aku menolaknya." Marcelius-lah yang pertama kali membuka mulutnya dan menolak tawaran ini mentah-mentah, tanpa ada perundingan terlebih dahulu.
Nikodemus yang melihat reaksi Marcelius hanya menyiungkan senyuman tipis, dia tahu kelemahannya dan dirinya berhasil mengutik lagi kenangan masa lalunya bersama dirinya dan Rayrey.
*
Dua anak lelaki sedang berlari menaiki tangga, bersembunyi didalam sebuah ruang kamar yang luas dan bisa terbilang mewah. Genggaman tangan Marcel pada Rey semakin erat, anak lelaki itu tidak akan membiarkan Rey terlepas darinya atau jauh sedikitpun. Dia akan melindungi Rey, terutama dari serangan Niko, teman sepermainannya.
Niko, anak yang sejak lahir sudah memiliki kelainan psikologis karena tindak kekerasan dalam keluarganya. Dia sering melihat ayahnya menyiksa ibunya, menyiksa sambil melakukan hubungan sex, menyiksa demi mendapatkan kepuasan hastrat. Pada akhirnya, semua yang dilihatnya terlampiaskan pada temen sepermainannya sendiri, yaitu Rey, anak yang paling kecil dan lemah dari seluruh teman sepermainannya.
Ini adalah kedua kalinya, Rey hendak dijadikan pelampiasan hastrat nafsu sex dari seorang Niko menginjak usia sepuluh tahun. Semuanya berawal dari orang tua Niko dan Rey hendak menghadiri acara pernikahan dari sanak saudara yang tanpa sengaja juga merupakan rekan bisnis dari orang tua Niko. Pada akhirnya orang tua Rey memutuskan untuk Rey menginap dirumah Nikodemus untuk mempermudah pengawasan terhadap kedua anak itu.
Menjelang malam, kedua anak itu menghentikan aktivitasnya bermain petak umpet dan pembantu milik keluarga Niko menyuruh kedua anak itu untuk berganti baju segera sebelum masuk angin. Sesudah berganti pakaian, lantas mereka langsung menyantap hidangan makan malam.
"Sesudah makan, bagaimana kalau kita bermain petak umpet?" Dengan polos Rey mengangguk mantab. "Tapi ada peraturannya, yang kalah harus menuruti semua keinginan dari pemenang." Lagi-lagi Rey mengangguk menyetujuinya.
"Sebelum itu aku akan membeli snack terlebih dahulu. Kamu tunggu dirumah, tak akan lama." janjinya, kemudian menghilang dari pandangan Rey.
Anak lelaki ini membohongi Rey, dia tidak membeli snack melainkan membelikan pelumas untuk juniornya agar me'lancar'kan permainannya nanti.
Namun saat tengah membali pelumas tersebut, sepasang mata tak sengaja memprogokinya. Sosok itu sengaja menatap benda yang tengah dibeli oleh Niko saat di convenience store. "Marcel. Sedang apa kamu disini?" tanya Niko dengan wajah polos sekalipun usai membeli pelumas tersebut.
Iya, sosok yang memprogoki Niko adalah Marcel, salah satu dari teman sepermainannya. "Hei kok diam. Mau ikut bermain denganku?" tanyanya lagi sambil mendekatkan tubuhnya, "Kita akan threesome, bagaimana?"
T H R E E S O M E. Kata-kata itu sontak membuat Marcel bergeming sesaat, otaknya pun berputar cepat dan menarik kesimpulan bahwa ada satu pemain lagi yang akan diajak ataupun sudah menunggunya.
"Kita akan bermain dengan siapa?" tanya Marcel serak dan lirih, takut bila ada orang lain yang memahami bahasannya.
"Rey sudah menunggu dirumahku." Jawabnya lirih sambil menarik tangan Marcel menuju kerumahnya. Sedangkan lelaki itu tengah berusaha menghilangkan rasa ketakutannya, karena dia harus menyelamatkan Rey dari Niko.
***
a/n: ini bonus untuk kalian semua yang sudah setia nungguin aku nge-update cerita meskipun ngaretnya minta ampun.
Vonment jangan lupa :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile For Me
Romance[TOLONG BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN] [YAOI ; MxM ; END] Dejavu. Itulah perasaan yang dirasakan oleh Ryarey Fournier lelaki keturunan Prancis Amerika dan seorang fotografer majalah, ketika bertemu kembali dengan Marcelius Hernandez yaitu cinta pertam...