Just little bit flashback

467 81 12
                                    

"SUMPAH GUE MENDADAK PENGEN PINDAH SEKOLAH!" Upatku pada Via kesal mengingat kelakuan si cowo belagu.

"Lo kenapa sih? Gue dateng-dateng langsung di maki-maki gini.." protes Via yang baru saja datang dari kantin.

Aku mendengus kesal, dan menceritakan betapa menyebalkannya si Cowo Belagu itu. Tapi bukannya ikut kesal, anak itu malah tertawa.. "Lo bete pengen pindah sekolah cuma gara-gara dia?? Gara-gara cowo yang nyelametin lo dua kali?"

"Gue ga pernah ketemu cowo sebelagu dia Vi!" Mataku menatap tajam ke Dirga yang tampak tenang tenggelam dalam buku yang ia baca.

"Gue inget banget lo pernah bilang males peduli sama cowo kecuali Raka kan?" ujar Via mengingatkan.

Memmoryku kembali kemasa lalu.. masa kelamku..
disana hanya ada satu orang yang peduli dan selalu menyemangatiku.. Raka.

———

Dulu aku adalah gadis yang penakut dan pemalu. Baik laki-laki atau perempuan sering membullyku. Mengejek, menyuruh, bahkan sampai memukul. Aku sendiri tidak mengerti kenapa dulu bisa selemah itu. Sampai akhirnya hari itu aku bertemu Raka, yang menjadi ketua Osis di SMPku.

"Eh Audien! Lo jangan sok pinter ya! Disuruh bagi jawaban malah pura-pura gak denger!" Teman sekelasku tak hentinya membentak. Aku sungguh membenci semua laki-laki saat itu.

Yang satunya lagi melucuti tasku, mengambil buku catatan yang hendak ku setor saat jam pelajaran selanjutnya. Tak henti-henti aku memohon agar mereka tidak mengganggu dan memaafkanku. Aku terisak cukup keras, tapi mereka tidak pernah mau dengar.

Bagi gadis berusia 13 tahun, di bully laki-laki bukanlah pengalaman yang indah. Itu adalah mimpi terburuk.

"Kalian ngapain ganggu Audien?"

Sesaat kemudian aku mendengar suara laki-laki yang asing ditelinga. Langkah kaki terdengar semakin dekat. Aku saat itu bingung harus merasa senang atau tambah panik.

Kedua teman kelasku menoleh keasal suara, mereka kaget bukan main seperti melihat hantu. Menghempaskan buku catatanku kelantai dan kabur terbirit-birit.

Perlahan-lahan terlihatlah sosok Ketua Osis dengan wajah tampannya yang sedang berjalan kearahku. Aku tahu namanya, Raka. Siapa yang tidak mengenal nama ketua osis tampan sepertinya?

Raka berjongkok dihadapanku dan mengulurkan tangannya sambil tersenyum, "Lo gak apa-apa kan?" Nadanya sangat menenangkan dan berwibawa.

Aku berhasil berdiri berkat bantuannya. Ia mengambil tas dan buku PRku, "Ternyata masih banyak pembullyan ya.." gumamnya.

Saat itu aku tidak tahu harus berkata apa, jantungku masih berdebar karena habis dihujani kata-kata kasar teman sekelasku. Melihat air mata yang masih menetes dan wajah mematung. Raka mendekatkan wajahnya, mengusap air mataku. Untuk pertama kalinya aku bertemu laki-laki yang tulus membantuku.

"Ter.. terima.. kasih.." Ucapku terbata-bata.

"Lain kali lo gak boleh diem aja. Kalau menurut lo mereka salah, harusnya bentak balik." Raka memberiku nasehat.

Aku hanya bisa tertunduk lesu. Selama ini kehidupanku penuh dengan kasih sayang, tidak mudah bagiku untuk membentak seseorang.

Melihat ekspresiku Raka seolah mengerti, "Lo harus berani, yang bisa ngelindungin lo cuma diri lo sendiri." Tangannya memegang kedua bahuku, "Mulai besok lo harus janji bakal lebih berani lagi, lebih kuat lagi.."

Bukannya semangat, aku saat itu malah menangis. Tanpa sadar tubuhku didekapnya, ia menepuk pelan kepalaku, seolah bisa mengerti perasaanku. Padahal kita sama sekali belum saling mengenal dengan baik.

Mengenal SeseorangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang