Horror

53 3 7
                                    

Sampai detik ini pikiranku tidak bisa beralih dari kalimat sederhana Dirga. Selama ini rumus –rumus tidak sebegini memusingkannya. Bahkan aku tidak bisa konsen saat makan malam bersama keluargaku yang lengkap, untungnya tidak ada yang menyadari keanehan dalam diriku.

"Ngapain sih dari tadi ngeliatin gue? Gue cantik?"

.

.

"Iya."

"TIDAKKKKK!!!!" Aku mengacak-ngacak rambut frustasi sambil berusaha menghilangkan suara itu dari telingaku.

Drrtt

Akhirnya sesuatu mengalihkan pikiranku, segera kuambil ponsel penyelamat otak dan membaca pesan dari layar yang masih terkunci.

Gak mungkin.. Batinku menyangkal apa yang baru saja kulihat.

Tulisan di layar handphone:

Dirga: Makasih tadi udh ngobatin gue.

.

.

Maaf, aku menarik kata-kataku barusan. Ponselku malah memperlihatkan nama cowok belagu yang selama ini mengusik pikiranku, seolah dia tahu bahwa aku sedang sibuk memikirkannya.

Panik, Degdegan, Kesal, Senang (?)

Tunggu-tunggu..

Ngapain gue seneng????????

"Jawab apa Audienn?!" aku menanyai diriku sendiri yang jelas tidak berguna. Menjawab pesan singkatnya ternyata lebih susah dari kuis kimia.

Audien: Sama-sama.

Dengan penuh pertimbangan, kuputuskan untuk bersikap normal layaknya disekolah. Ya, jawaban yang padat dan jelas bukan? Cukup bukan?

Aku menunggu beberapa detik, Di read aja atau dia ngechat lagi ya?

Dirga: Besok lusa gue dateng jam 5 sore ya?

Otakku bergemuruh, entah maksudnya hanya ingin menyampaikan atau memperpanjang pembicaraan, tapi effect sampingnya padaku sungguh tak terduga. Keringat bercucuran, gemetar, atau jangan-jangan aku terkena penyakit mematikan?

Audien: Ok.

Read..

"Yah.."

.

.

Apa gue bilang barusan???

Tidak-tidak. Ini tidak benar. Kenapa mulutku langsung berkata 'Yah," saat Dirga hanya membaca pesanku? Perasaan apa ini ya tuhan. Apa benar aku mulai menyukainya? Tapi selama ini aku selalu membencinya, dia selalu membuatku kesal dan ingin marah-marah. Itu artinya bukan jatuh cinta kan?

Tok..tok..tok..

"Si.. siap-pa..?" Tanyaku terbata-bata.

Kak Yoga memasuki kamarku dengan sebotol milo dingin, hal yang biasa ia lakukan saat tidak ada kerjaan. Kakak pasti main kekamarku dan membicarakan banyak hal sambil menunggu ngantuk.

"Loh? Audien kenapa keringetan?" Kak Yoga terlihat meneliti wajahku.

Sebisa mungkin aku beralasan, "Ehm,, habis jawab soal susah kak hehe.."

Tampaknya kak Yoga berhasil menilai raut wajahku yang kusut, "Kamu lagi ada masalah ya?"

Apa gue jujur aja ya?..

"Ng..."

Aku bingung harus memulainya dari mana, tidak bisa kuceritakan semua juga.

"Kalo kita mikirin seseorang terus artinya apa ya kak?" Dengan ragu aku bertanya. Aku bahkan tidak berani menatap mata kak Yoga.

Mengenal SeseorangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang