BERAKSI

306 47 3
                                    

Please deh? Kenapa dipagi yang menggembirakan ini gue harus ketemu si Anak Belagu???

Dikelas saat ini hanya ada Aku dan Dirga. Anak itu terlihat sangat fokus menggoreskan pensil diatas kertas tanpa menoleh sedikitpun kearahku saat aku melangkah kedalam kelas.

Emang gue pikirin?!

Aku melangkah cuek menuju bangkuku, sedikit mencuri pandang pada Dirga yang benar-benar bergeming.
Lama-lama gue kaya ngeliat seonggok batu yang mengorat-oret kertas.

Oh Iya!

Tiba-tiba saja aku teringat dengan soal matematika yang tidak terpecahkan kemarin malam. Dengan tergesa-gesa kukeluarkan buku matematika, mencomot pensil, dan mulai mengorat-oret.

Aku mengerutkan dahi
Kenapa ga bisa!!???

Aku mencoba cara lainnya.. alternatif lain..

Kenapa gue ga nemu jawabannya!?!

Entah berapa lama waktu kuhabiskan untuk mengorat-oret satu soal yang tidak berhasil kupecahkan. Beberapa murid sudah datang mengisi kekosongan kelas.

Di Otakku hanya ada Awan Hitam dan Kilatan Petir yang menyambar liar. Aku Frustasi.

Gimana ini??

Kenapa gue ga dapet juga???

Berulang kali aku memutar otak, tetap saja hasilnya sama. Tanganku menggores lebih cepat dan cepat. Membuatku tambah panik. Tidak menemukan jawaban suatu soal adalah kepanikan terbesar seorang Audien.

"Lo ada penghapus?" Tanya seseorang memecahkan konsentrasiku.

Aku yang sedang frustasi membentak orang yang bertanya padaku, "Gue lagi stres! Jangan ganggu gue!" Kepalaku mendongak dan menangkap sosok yang ingin meminjam penghapusku.

Aku mengernyitkan alis, "Elo?"

Dirga menatap jijik kearahku yang bertingkah seperti orang gila. Ia mengulang pertanyaannya dengan dingin, "Lo ada penghapus?"

"Nih." Ucapku ketus sambil memberikan pinjaman penghapus.

Udah minjem, dingin pula. Dasar ga tau sopan santun. Hardikku dalam hati.

Dirga hendak berjalan meninggalkan bangkuku, tapi langkahnya terhenti setelah melihat soal dan cara yang aku orat-oret diatas kertas.

Dahinya berkerut, "Lo ngorat-ngoret sebanyak itu?"

Pikiranku sedang kacau karena jawaban yang tidak kutemukan, tidak baik juga jika melampiaskannya pada Dirga, jadi kuputuskan untuk mengangguk lesu.

"Geser." Katanya dingin. Aku benar-benar tidak mengerti apa maksud si Cowo Belagu itu.

Ia memutar bola mata, "Lo geser ke deket tembok." katanya sambil menunjuk kursi kosong Via.

Aku mendengus kesal, pikiranku sedang kacau dan dia dengan mudahnya memerintahkanku? Tanpa sopan santun ditambah nada yang sedingin es?

Tapi kusadari menurutinya saat ini adalah pilihan terbaik daripada berdebat panjang yang tambah menguras energiku, entah apa yang akan dia lakukan.

Mengenal SeseorangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang