Kalah cepat

218 42 1
                                    

Sekolah berjalan seperti biasa, Via yang selama jam pelajaran selalu berceloteh tentang Bakso, Bakso, dan Bakso memekakan telingaku.

"Nanti kalo istirahat gue mau makan 3 porsi! Duh.. nyam nyam!" Katanya saat jam Pelajaran Biologi berlangsung.

Aku hanya bisa memutar bola mata dan mengangguk ria mendengarkan impiannya hari ini.

Waktu berjalan cepat,tiba saatnya hal yang kunanti-nanti..

"Anak-anak, yang ingin mengikuti selseksi Olimpiade, silahkan tinggal dikelas." Pak Jaya mengumumkan didepan kelas.

Sebagian orang masih tetap tinggal dikelas, yang artinya akan menjadi sainganku. Kuteliti satu-persatu wajah mereka, ada Riri, Dion, Dirga..

Wait, wait..

What?!

Dirga?!

Dia ikut seleksi?!?

Mataku melotot melihat si Cowo belagu yang tidak meninggalkan kelas, tetap duduk disamping Dion dengan ekspresi Datar tidak melihatku.

"Yang masih duduk berdua, silahkan cari tempat kosong." Jelas Pak Jaya mengingatkan.

Kursi diseberang tempat dudukku tak berpenghuni, Dirga melangkah santai duduk disana. Titik-titik keringat membasahi dahiku, aku tegang.

Dia pintar..

Prestasi akademiknya banyak...

Jangan sampai dia lebih unggul. Tegasku dalam hati.

Pak Jaya membagikan soal, "Waktu kalian 1 jam untuk 60 soal gabungan. Yang dinilai adalah penyelesaian, ketepatan, dan kecepatan menjawab.."

"Pengumuman rankingnya akan bapak tempel di mading besok.. orang yang namanya dua teratas, otomatis adalah perwakilan sekolah untuk Olimpiade kali ini.."

Lo harus bisa Din!
Batinku tak henti-hentinya menyemangati diri sendiri.

"Kalian bisa mulai dari..

Sekarang"

Aku menghela nafas dan memfokuskan pandangan kesoal Matematika dan Ipa yang terpampang jelas diatas meja.

Jariku mulai bergerak mengambil pensil, mengguratkan angka-angka, menulis rumus soal yang kubaca. Biologi dan kimia tidak membuatku kesulitan, semua berjalan dengan lancar, aku bisa menjawab soal satu persatu dengan cepat lengkap beserta cara yang kutulis jelas. Tidak ada kendala.

Kini saatnya menghadapi soal terakhir, aku tidak memperhatikan jam yang melilit dipergelangan tanganku. Melihat sisa waktu hanya akan membuat perasaanku semakin terdesak.

Aku tidak mengetahui sudah berapa lama waktu berjalan sampai Pak Jaya berseru pelan, "Tinggal 5 menit lagi"

Satu soal lagi Din!

Jariku bergerak lincah menggores angka-angka dan rumus terakhir yang kuperlukan untuk penyelesaian soal ini.

"Krekk.."

Terdengar bunyi kursi seberang yang bersentuhan dengan lantai, membuyarkan konsentrasiku. Dirga melangkah kedepan, tangannya membawa kertas jawaban dan soal yang ia berikan pada Pak Jaya. Dirga sudah selesai. Lebih dulu dariku.

Mengenal SeseorangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang