Ancaman

21 2 0
                                    

Kejar-kejaran di taman berakhir perut keroncongan. Kami duduk sejenak di salah satu ayunan. Peluh Dirga mengucur di pelipisnya, begitu juga aku.

"Ma.. mau.. makan.. ap..a?" Aku berkata sambil terengah-engah.

"Ter..sera-h.." Rupanya Dirga sama ngos-ngosannya denganku.

Kami memutuskan untuk memesan Go food, memilih KfC sebagai menu makan sore (?).

"Jadi inget pertama kali kita ke KfC." Aku bergumam sambil memandangi seonggok dada ayam yang crispynya sudah memanggilku.

Dirga terkekeh, "Keras kepala." Ucapnya sambil menyentil keningku.

"SAKITTT TAU!" Tanganku menabok pipinya tidak terlalu keras. Walaupun memang sakit sedikit, entah kenapa hatiku malah senang.

Audien, lo gila. Lo..

tergila-gila..

Sebelum kami membuka makanan, aku teringat satu hal, "Wait wait!" tanganku membentuk angka lima, menghentikan Dirga memakan paket Kfcnya.

"Kita ke rooftop yuk! Makan disana!" Ajakku penuh semangat.

Tanpa pikir panjang kutarik pergelangan tangan Dirga, membuatnya sedikit mengernyit, tapi aku tak peduli. Suasana ini akan kurang jika tidak dilewati di rooftop.

"Keren.." Dirga bergumam sambil memandangi langit dan pemandangan taman beserta rumah-rumah lainnya.

Aku tersenyum puas, "Senja.."

"Paling bagus kalo di liat dari sini.." Sambungku.

Kamipun menyantap Kfc sambil menikmati pemandangan disore hari. Suasana diantara aku dan Dirga tidak pernah sebagus ini.

"Minggu depan belajar barengnya dirumah gue ya.." Pintanya.

"Boleh juga.." pungkasku.

"AH KENYANGNYA!!" Aku berseru sambil merenggangkan tangan.

Dirga terkekeh, "Lo rakus juga ya.." ucapnya sambil menatapku jahil.

Aku mengerutkan alis dan mengembungkan pipi, "Gak tuh!" kataku cemberut.

Melihat ekspresiku Dirga tertawa semakin keras, kali ini tawanya benar-benar lepas. Siapapun yang melihat Dirga tertawa seperti ini pasti ikut bahagia.

Tanpa sadar aku tersenyum, dan ternyata kepergok Dirga. "Lo senyum, manyun, jutek, tetep cantik ya."

DIRGA !!

PLASE STOP!

"IHHH APAAN SIHH!!" Aku yang salah tinggah tak henti memukul-mukul lengannya. Maaf, tapi memang sasaran terdekat adalah lengan Dirga.

"SEJAK KAPAN LO YANG KAYA BATU BISA MUJI ORANG GINI!!!???" sambil masih memukulnya.

Dirga mencengkram kedua tanganku, menghentikan gerakannya untuk memukul. Sontak aku menatap matanya, membuat jantungku memacu lebih cepat lagi.

Gue degdegan..

Tapi kenapa gue,,

Menikmatinya..?

Aku menelan ludah panik, bingung harus melakukan apa saat tatapanku terkunci seperti ini.

"Audien? Dirga? Kalian disi..." Suara kak Yoga terhenti saat melihat dua anak SMA yang saling bertatap penuh arti.

"Eh.. Kakak salah sikon ya?.."

Mendengar suara Kak Yoga, Dirga melepaskan pegangannya. Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal, sedangkan laki-laki disebelahku tak henti berdeham.

Mengenal SeseorangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang