Berlari

203 21 3
                                    

Hari ini aku terlambat LAGI. Pelajaran sudah berlangsung selama tiga puluh menit, tapi seperti biasa, aku tidak peduli.

Sehabis dinner perusahaan yang menyebalkan kemarin, aku bergegas pulang dan berniat tidur dengan cepat. Tapi tidak bisa.

I cant sleep.

Semalam otakku terlalu keras kepala untuk memikirkan wajah si Cowo belagu itu, berulang kali aku menegur diri sendiri untuk tidak memikirkannya, tapi selalu gagal. Lama-lama bisa gila gue.

Guruku sudah menyerah dengan hobbyku yang satu ini, saat aku terlambatpun tidak ada yang menegur. Beliau hanya berkata, "Masuk." dan aku dengan santai melenggang masuk kekelas.

"Din! Sumpah deh lo panda banget!" Via berseru heboh melihat mataku yang memunculkan lingkaran hitam.

Aku hanya ber-oh-ria sambil mengeluarkan buku Bahasa Indonesiaku, bahkan prnya belum selesai kubuat.

"Kenapa sih lo? Kemarin-kemarin udah jarang terlambat. Sekarang kenapa lagi?" Anak itu tidak puas dengan jawabanku yang seadanya, Via memang kepo maksimal.

Menyerah, aku menceritakan betapa sialnya malam dinner perusahaan. Bagaimana aku bertemu Dirga yang menyebalkan dan harus satu meja dengannya.

Via berbinar, "Oh my god! Lo udah kaya di drama-drama tau ga? Kalian bisa ketemu gitu? Jodoh Din!"

Ni anak ngelantur kali ya?

"Jodoh pala lu! Jiji gue." Umpatku kesal. Enak aja main bilang jodoh-jodoh.

Via mendengus, "Lo maunya jodoh sama siapa? Raka? Dion?"

"Kalo gue bisa milih jodoh, gue bakal pilih Harry Style jadi suami gue!" Aku memutar bola mata, lama-lama Via menjadi sangat menyebalkan.

"Gue bakal pilih Lee Seung Gi!" Via menatapku berbinar, kurasa pikirannya sudah benar-benar tercemar.

Aku mendengus kesal, "Bodo amat." kemudian menyimak penjelasan guru yang sedari tadi tidak kuhiraukan.

Mataku mencuri pandang kearah kursi pojok, Dirga benar-benar tidak menatapku sedetikpun. BODO AMAT DIN.





"Lo mau kekantin ga?" Via mengajakku kekantin setelah pelajaran usai, digantikan dengan istirahat pertama.

Hari ini penyakit 'mager'ku benar-benar kumat, kakikku tidak ingin melangkah, aku hanya ingin melipat tangan diatas meja dan menenggelamkan kepalaku.

"Gue nitip aja bisa ga?" Ucapku sambil merenggangkan badan, code bahwa aku sedang mager alias malas gerak.

Via mendengus pelan, "Iya deh, nitip apaan?" Sahabatku ini memang pengasih, hehehe.

"Roti cokelat sama pulpy orange aja." perutku juga tidak begitu lapar, roti mungkin cukup.

Via bergegas menuju kantin, sementara aku hanya berkutat dengan pensilku dan buku latihan soal-soal yang kudapat dari kak Yoga.

Kuputuskan untuk menjawabnya, bagaimanapun Dirga tidak boleh lebih unggul dariku. Gak boleh.

Aku mulai mengorat-oret soal demi soal, selama lima menit aku sudah menjawab 15 soal. Ya,, kuakui tulisanku tidak bagus, bahkan bisa dibilang 'abstrak'.
Aku tidak memperhatikan rapinya caraku, selagi aku bisa membacanya, itu tidak masalah.

Ini pake rumus yang mana ya?

Aku lupa bagaimana cara penyelesaiannya, ini soal kelas 7. Hanya beberapa saja yang aku ingat.

Mengenal SeseorangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang