Chapter 6

3K 116 6
                                    

Malam ini sangat indah, bintang saling menyapa kawan lainnya. Bulan pun seperti tersenyum, membuat Shalsa semakin menikmati indahnya malam.

Ia berada di balkon rumahnya, bintang dan bulan menemaninya seakan ia tau Shalsa sedang rapuh sehingga ia menyalurkan cahaya indahnya agar Shalsa tidak rapuh lagi.

"Gue takut suatu saat nanti dia ngambil lo seutuhnya dan gue cuma bisa diam karena memang gue nggak ada hak buat milikin lo seutuhnya, tapi gue tetep sayang sama lo," gumam Shalsa.

Ia menatap langit, lalu memejamkan mata dan memeganggi dadanya, ia menghayal suatu saat nanti jika ia pergi, ia ingin bintang dan bulan menemaninya.

"Gue gak bakalan ninggalin lo dan gue nggak bakal biarin lo diam aja, karena kita akan perjuangkan ini semua," tiba-tiba terdengar suara.

Shalsa membuka matanya, melihat ke belakang tidak ada orang disana, tidak mungkin Aga masih bangun jam segini.

"Julio!" pekik Shalsa.

Ia melihat julio dibawah, ia berusaha naik keatas. Tapi mungkin karena terlalu tinggi sehingga sulit untuk dipanjatnya.

"Hehehe, maafin gue ya ngagetin lo," ucap Julio seraya nyengir.
"Yaampun, lo turun lagi aja gue bukain pintu," Shalsa langsung berlari ke bawah.

 "Kenapa gak dari tadi aja, gini gue repot sendiri. Tapi gapapa deng perjuangan?" gumam Julio.

Julio menghela nafas berat, dan mulai turun ke bawah.

"Lo kenapa nggak ketok pintu aja sih, nanti kalau lo jatuh gimana? Kalau lo gagar otak gimana? Kalau lo mati gimana ? Ntar gue yang disangka bunuh lo," kata Shalsa panjang lebar.

"Ya Allah," balas Julio.

Shalsa sadar dengan ucapannya barusan langsung menutup mulutnya. "Maaf,"

"Dingin ya,"kode Julio.

"Iya,"

"Coklat panas boleh mungkin,"

"Mungkin,"

Melihat respon Shalsa yang tidak peka dengan kodean Julio, akhirnya ia nyerah. Julio mendekat kearah Shalsa, tapi Shalsa malah menjauh. Sehingga shalsa terpojokkan di dinding, "Masih mau menjauh huh!"

"Mak-maksud lo ?" tanya Shalsa bingung dengan ucapan Julio.

"Jangan pernah bilang kata putus oke, gue sayangnya cuma sama lo. Dan jangan pernah bilang seperti yang gue dengar tadi di balkon karena itu nggak akan terjadi, gue akan selalu sama lo dimanapun, kapanpun, berhenti bilang kalau lo yang salah, kita bisa hadapi ini," Julio menarik Shalsa ke dalam pelukannya.

Ia sudah merindukan pelukan kekasihnya ini, "Lo jahat, lo goda-godain cewek lain,"

"Shht, tadi itu gue bercanda sayang,"

"Tapi tadi lo-" ucapan Shalsa terpotong karena merasakan ada sesuatu yang lembab menabrak bibirnya. Sangat lembut, bukan ciuman nafsu tetapi ciuman penuh kasih sayang.

Lantas ia kaget dengan apa yang dilakukan Julio barusan, ia hanya memejamkan matanya, merasakan kasih sayang yang Julio salurkan.

Tak berapa lama Julio menjauhkan bibirnya dari Shalsa, ia melihat Shalsa yang masih terpejam.

"Mau lagi ta ?" katanya menganggetkan Shalsa.

Shalsa lantas menutup bibirnya dengan tangannya, kemudian ia menggeleng.

"Lo hari ini pms ya?"

"Emang kenapa?" jawab Shalsa sinis.

"Gapapa kok,"

Bad Boyfriend [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang