Chapter 9

2.3K 87 7
                                    

"Pak saya minta maaf, kayak bapak gak pernah salah aja. Kenapa sih saya selalu salah dimata bapak? Kenapa saya selalu salah dimata orang yang saya cintai? Sakit rasanya," kata Gita.

Shalsa sontak membulatkan matanya kaget dengan jawaban Gita. Sahabatnya ini sungguh tidak bisa melihat suasana.

"Git, lo tau. Tadi gue kayak mimpi kek gini,"

"Emang lo mimpi apa?"

"Gue mimpi kita dihukum sama Pak Tatang,"

"Cukup! Sekarang kalian kelapangan. Lari 6 kali, nggak pake ngerumpi. Dan satu lagi gak pake pergi kekantin!" kata Pak Tatang kesal.

Mereka menelan salivanya dengan susah payah, "En-enam pak?"

"Iya, kenapa kurang? Oke say-"

"Enggak pak, cukup kok. Dada bapak Tatang," ucap mereka memotong perkataan Pak Tatang.

Melihat mereka pergi, pak tatang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memijit kepalanya yang pening, "Sudah, lupakan mereka sekarang buka buku kalian halaman 120,"

Sedangkan di lain tempat, Shalsa dan Gita lari memutari lapangan. Peluh sudah membasahi kening mereka.

***

Julio POV

Gila ini guru, gue bosen banget. Gue paling males pelajaran fisika, dan pastinya lo tau sendiri alasannya. Yang ngajar fisika dikelas gue namanya Pak Pri, dia baik banget kalau masalah ngehukum anak. Sampai-sampai kadang disuruh lari puterin sekolah, bukan lapangan lagi tapi sekolah.

"Dio! Gue boring gila. Lo emang nggak apa?" bisik gue pelan.

Sudah kelihatan wajah malas Dio, dari tadi ia pura-pura memperhatikan tapi kalau ditanya pasti kagak bisa.

"Gue juga, cabut kuy," ajaknya dengan mata berbinar.

"Tapi gimana caranya?" tanya gue.

Dio tampak berpikir, "Lo kayak gak pernah cabut aja man,"
Guepun juga berpikir, ohh gue ada ide.

"Pak,bapakk,bapakk Prikuu sayaanngg," panggilku dengan nada manja.

"Julio! Apa-apaan kamu?" tanyanya kesal. Aduh mukanya, sabar Yo.

"Bapakku sayang, masa perut saya sakit banget pak, saya ke UKS ya?" jawab gue dengan tatapan memohon. Gue lihat ke arah Dio dengan tatapan 'bantuin gue oy'

"Iya kasihan pak, biar saya anter aja Julio ke UKS takutnya dia keburu pingsan manja dijalan," sambung Dio. Gue langsung memelototinya.

'Pingsan manja emang ada?' batin gue.

Pak Pri tampak berpikir, "Haduh pak, lama banget mikirnya,"

"Enggak, kamu pasti alasan," 

Haduh, dia tau banget kalau gue alasan.
Gak ada cara lain, kayaknya gue emang harus lari aja deh.

"Sstt, tinggal opsi terakhir," bisik gue ke Dio, sedangkan dia hanya ngangguk aja.

Gue dan Dio berjalan ke depan, saat ini Pak Pri menulis sesuatu dipapan. Hampir sampai gue ke pintu keluar, dikittt lagi.

"Julio! Dio! Mau kemana kalian, kalian pikir saya ini ap-"

"Bye bapak Pri ku sayang, kita bosen sama bapak. Bapak ngebosenin," teriak kita memotong omongan Pak Pri, kita langsung lari.

Tujuan pertama gue pastinya ke kelas ayang beb gue, dan Dio gue suruh duluan aja ke kantin.
Saat gue lewat di depan kelasnya, gue udah bilang belum kalau gue sama Shalsa itu beda kelas? Belum ya. Oke gue kasih tau, gue sama dia itu beda kelas. Dia 12 ipa 2 sedangkan gue 12 ipa 4. Sebenarnya gue malas masuk ipa, berhubung ayang gue masuk ipa gue ngikut aja.

Bad Boyfriend [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang