Prolog

2.1K 40 0
                                    

"Nilaimu menurun, dan itu sangat buruk" ucap seorang kepala sekolah pada salah satu muridnya.

"Aku tahu itu Sir"

"Kau harus meningkatkannya"

"Akan ku coba"

___

Suara lonceng sekolah membuat suasana menjadi riuh seketika. Benar saja, tidak ada yang bisa bertahan dengan pelajaran matematika selama empa jam lamanya kecuali jika orang itu gila. Untungnya Kressa adalah anak yang normal, dia sangat bosan dengan pelajaran yang satu itu. Dia tidak bodoh, dia bahkan sering menduduki peringkat tiga besar di Abraham Lincoln Senior High School ini, tapi kelemahannya ada pada pelajaran matematika. Berulang kali dia berganti guru privat matematika yang bisa dikatakan sangat berkualitas, tetapi tidak ada yang bisa membantu mengatasi kelemahannya di pelajaran itu.

"Kalau seperti ini terus peringkat ku akan turun." ucap Kressa, dia sedang merapikan buku dan dimasukkan kedalam tasnya. Guru tadi sudah keluar dari kelas terlebih dahulu.

"Kenapa kau tidak mencoba guru privat lagi?" tanya Dylan. Pria berambut pirang itu teman akrab Kressa.

"Bukankah kamu sudah tahu apa hasilnya? Aku tidak ingin membuang-buang uang." Kressa menatap kearah Dylan.

"Uang mu tidak akan habis hanya karena itu Kressa" Dylan menjulingkan kedua matanya.

"Ya mungkin kau benar, tapi itu percuma Dylan. Aku tidak bisa menyerap semua pelajaran dengan baik"

"Mungkin kamu harus mendapat guru yang memang bisa membuatmu nyaman,"

"Maksudmu?" tanya Kressa. Gadis itu mengerutkan dahinya.

"Maksudku, mungkin kau harus mencari guru sesuai dengan kriteria mu" jelas Dylan.

"Guru seperti apa lagi? Berbagai macam orang pintar sudah aku coba, bahkan Ayahku menyewa dosen dari Harvard tapi tetap saja. Mungkin otakku memang sudah tidak bisa menerima pelajaran itu." ucap Kressa, mereka berjalan beriringan keluar dari dalam kelas.

"Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanya Dylan.

Kressa menaikkan kedua bahunya. "Aku tidak tahu, mungkin aku hanya akan menunggu keajaiban Tuhan."

"Tuhan tidak akan membantumu, jika kau tidak berusaha," kata Dylan. Kressa tidak peduli dengan hal itu.

"Hang out? Today" tawar Dylan. Kressa terkekeh mendengar pertanyaan laki-laki itu.

"You don't to questioning me!"

"Mungkin saja kau lupa," ujar Dylan.

"Tidak mungkin Dylan."

Setelah sampai di parkiran Kressa masuk kedalam mobil Dylan. Perlahan mobil itu melaju meninggalkan area Abraham Lincoln High School.

"Kressa, sepertinya ada ponsel baru. Kita harus lihat," tanya Dylan. Dia menyambar tangan Kressa dan berjalan menuju stand ponsel berlogo apel.

Orang lain pasti menyangka mereka sepasang kekasih karena sikap mereka memang terlihat orang yang sedang berpacaran. Tapi mereka bukan.

"Berapa harga ponsel ini?" tanya Dylan pada sales promotion girl yang sedang berdiri di samping etalase.

"$799" jawabnya.

"Kenapa murah sekali?" tanya Kressa, Dylan menatap Kressa kaget.

"Hei, kau ini!" Dylan memukul lengan Kressa pelan. Omongan gadis itu terkadang ceplas ceplos tanpa disaring terlebih dahulu.

"Memang benar, kami sedang launching produk terbaru kami. Jadi kami memberi potongan 30%" ucap wanita itu dengan ramah.

"Aku ingin yang warna emas itu? Apakah itu emas asli?" tanya Kressa menunjuk salah satu ponsel bertabur glitter berwarna emas.

Can I Reach You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang