Part 24

363 20 2
                                    


Sejak pulang dari sekolah Anthony terus mengurung diri di dalam kamarnya. Tidak memedulikan panggilan dari orang tuanya ataupun adiknya Chris. Pikirannya melambung kesana kemari. Kressa telah mengucapkan kata-kata yang selama ini tidak ingin ia dengar, ucapan perpisahan.

Jujur, Anthony tidak bisa melepaskan Kressa begitu saja. Anthony akui, hubungan singkatnya bersama Kressa memiliki kesan tersendiri dibanding dengannya dan Scarlett. Begitu berbeda. Bersama Kressa, Anthony merasa hatinya kembali muda. Ia merasa sisi yang belum pernah ia tunjukkan pada semua orang ia tunjukkan pada Kressa.

1 bulan bersama gadis itu, Anthony merasa hidupnya begitu berwarna. Kressa yang selalu membuat masakan untuknya, Kressa yang rendah hati, Kressa yang mampu mengontrol emosinya, Kressa yang selalu tersipu ketika ia menggodanya, Kressa yang selalu ada ketika Anthony membutuhkannya. Sungguh, Anthony tidak bisa kehilangan Kressa. Tapi ia juga tidak mungkin melepaskan Scarlett. Gadis itu sangat membutuhkannya.

Saat ini mungkin Anthony masih bisa bernafas lega karena Kressa tidak menyuruhnya untuk memilih antara dirinya dan Scarlett. Meskipun sebenarnya Kressa sudah memutuskan dirinya secara sepihak, tapi Anthony tidak akan pernah menganggap ucapan itu serius.

Anthony harus melakukan sesuatu. Ya, benar. Ia tidak berdiam diri begitu saja.

Anthony menyambar jaket sweater miliknya yang tergantung di atas kastop lalu ia meminjam mobil jeep milik Chris untuk pergi ke rumah Kressa. Tidak peduli bahwa sekarang sudah hampir tengah malam.

Sampai di rumah Kressa, Anthony menekan tombol bel rumah Kressa. Siapapun yang akan membukanya, yang jelas Anthony harus berbicara dengan Kressa.

Anthony kembali menekan bel itu.

Kemudian terdengar suara seseorang mendekat, cklek.

"Kau?l"

Anthony menghembuskan nafas kasar, orang yang tidak ia harapkan adalah orang yang membukakan pintu untuknya, "Keenan! Dimana Kressa? Aku harus bertemu dengannya!" kata Anthony mencoba menerobos masuk rumah Kressa. Segera Dylan menghadang jalan pria itu.

"Keh! Apa yang kau mau? Kressa sudah tertidur. Bicara saja nanti" ucap Keenan ketika ia kembali menutup pintu.

"Tunggu!" Anthony mencegahnya.

Keenan menatap malas pada Anthony, "apa lagi? Sudah ku bilang bukan jika Kressa sedang tidur dan lagi pula kau tidak sopan sekali bertamu malam hari begini" semprot Keenan pada Anthony. Pria itu masih bersikeras untuk masuk.

"Aku mohon, Keenan! Aku ingin menjelaskan sesuatu padanya" ucap Anthony dengan memohon.

"Jelaskan saja disini! Biar nanti aku yang sampaikan!" ucap Keenan, Anthony menundukan kepalanya terdiam melawan Keenan adalah hal yang sulit.

"Ayo, cepat! Aku tidak memiliki banyak waktu"

Anthony menghela nafasnya ia menyerah, "besok saja aku kembali kemari"

Mungkin ini bukan waktu yang tepat, batinnya berbicara.

____

Ketika Anthony sampai di kelas, ia tidak menemukan gadis itu berada di bangkunya begitu juga dengan Dylan, entah ke mana perginya dua manusia itu. Terkadang Anthony merasa iri pada Dylan yang begitu dekat dengan Kressa, mereka berdua terlihat begitu lengket seperti kertas yang sudah diberi lem dan apabila dipisahkan akan hancur. Dan Anthony ingin dirinya seperti itu.

"Apakah ada yang tahu kemana Dylan dan Kressa?" tanya Anthony pada orang-orang yang ada di hadapannya ketika kelas telah berakhir. Mereka saling berpandangan dan menggelengkan kepala mereka.

Can I Reach You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang