Part 25

400 22 0
                                    



Beberapa hari kemudian,

"Kressa, kenapa Anthony tidak kemari lagi? Kau sudah menghubunginya?" tanya Julian yang menghampiri Kressa di kamarnya. Kressa sendiri sedang belajar untuk menghadapi ujian nanti. Ia menutup buku tebal yang saat itu ia beli bersama Anthony.

"Dad! Seharusnya kau menyapaku terlebih dahulu," kata Kressa dengan cemberut, Julian melihat putrinya itu dengan gemas.

"Kau ini ya..." kata Julian mengusap-usap ujung kepala Kressa.

Kressa terkekeh, "aku juga tidak tahu, mungkin ia sedang sibuk. Lagi pula tugasnya sudah selesai bukan? Jadi aku tidak perlu lagi belajar dengannya, sekarang tugasku untuk belajar dengan sekuat kemampuan ku," kata Kressa dengan semangat, meskipun dalam hatinya ia merasa ganjal karena kembali mengingat Anthony.

"Aku belum memberikan bayaran untuknya, lagi pula kau sendiri bukan yang ingin memberikan hadiah untuk Anthony?" kata Julian, Kressa terdiam.

"Nanti saja aku bicara dengannya!"

Lancang sekali kau berkata seperti itu, memangnya kau berani berbicara dengan Anthony. Bodoh Kressa!

"Baiklah, aku ingin bertanya sesuatu padamu!" kata Julian, ia duduk di kursi yang biasa Anthony pakai.

"Ya?" Kressa menaikkan sebelah alisnya.

"Apa hubungan mu dengannya sedang tidak baik?" tanya Julian. Kressa tersentak mendengar pertanyaan dari ayahnya itu, ia diam tidak tahu apa yang harus ia katakan tentang Anthony pada Julian.

"Dad! Kenapa kau bertanya seperti itu?" Kressa melihat Ayahnya gugup.

"Aku hanya ingin tahu saja"

"Aku baik-baik saja dengannya" jawab Kressa dengan senyum terpaksanya. Ia tidak ingin membuat ayahnya terbebani dengan masalahnya dengan Anthony. Biar saja hanya ia dan orang yang ia izinkan saja yang tahu.

"Katakanlah pada ku jika ada sesuatu yang membebanimu! Aku ingin kau bahagia Kressa," kata Julian dengan tulus, ia berkata seperti itu karena ia merasa bersalah atas sikapnya yang selalu meninggalkan anaknya untuk pekerjaan. Ia takut jika selama ini ia tidak cukup membahagiakan Kressa.

"Dad! Kau sudah cukup membahagiakan aku dengan semua yang kau berikan padaku, kasih sayang dan semuanya. Aku sudah merasa cukup, Dad! Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku" kata Kressa, ia memeluk Julian penuh kasih sayang.

Apa yang ayahnya berikan sudah lebih dari cukup, ia tidak merasa kehilangan kasih sayang karena pekerjaan orangtuanya karena mereka masih mampu untuk sekedar sarapan dan makan malam bersama bahkan saat hari libur pun mereka selalu ada. Tidak seperti orangtua lain yang memakai hari libur untuk bekerja. Inilah yang ia pelajari dari kehidupannya, jangan pernah melihat ke atas tapi lihat kebawah. Di sana banyak anak yang tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya, bahkan di antara mereka banyak yang menjadi korban perceraian. Kebahagiaan seperti apa lagi yang Kressa ragukan? Semua ini sudah lebih dari cukup.

"Jangan tidur terlalu malam!" ucap Julian ketika akan pergi meninggalkan kamar Kressa.

"Kau mengucapkan itu ketika aku berusia 9 tahun, Dad!" kata Kressa tertawa kecil. Ayahnya pun ikut terkekeh.

"Selamat malam!"

"Selamat malam juga!"

Julian menutup pintu kamar Kressa. Gadis itu menghembuskan nafas lelah, ia merapikan bukunya lalu ia beranjak dari kursinya dan berjalan menghampiri ranjang tidurnya.

____

Suara alarm mampu membangunkannya dalam sekali bunyi, Kressa bangkit dari tidurnya dan berburu pergi ke kamar mandi. Seperti biasa, sekolah.

Can I Reach You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang