Aryan VS Juna (2)

1.3K 67 0
                                    

Maaf kalau masih banyak typo. Selamat membaca 😊

Juna POV.

"Mas.. bangun. Mas Junaaa!! Anterin aku cepet! Bangun nggak!" Suara cempreng bocah kecil itu berisik sekali mengganggu aku yang baru tidur selepas shubuh tadi. Anna menarik-narik tanganku.  Bukannya bangun aku malah menarik guling di sampingku dan  menutup wajahku. Sungguh mataku berat tidak ingin terbuka. Masa bodohlah, ngantuk.

Nghroookkk!!

"Mass Junaa.. buruan aku telat inii woy! Ish! Jorok! Cukur tuh bulu ketek. Bau! Ah telat!
Bundaa aku naik angkot aja!" Katanya sambil berlalu meninggalkan pukulan bantal di perutku.
Aku terhenyak menahannya. Melotot hampir mengomel. Tapi bersyukur. Akhirnya semesta! Dia menyerah juga melenggang keluar kamar. Ku peluk guling  melanjutkan mimpi indahku bersama gadis-gadis cantik yang aduhai.

Belum lelap aku menikmati alam bawah sadarku, suara getar dan dering hape terus berbunyi membuat kesal. Ya ampun! bisakah aku istirahat sebentaar! Sial sekali aku lupa mematikan hapeku. Ku raba kasur, tanganku mencari sumber suara berniat untuk me-riject panggilan itu. Ku picingkan mataku sebelah melihat siapa pagi-pagi sudah menelpon. Dari layar hape terlihat nama bocah kecil "Anna" dan fotonya yang sedang memeluk beruang madu.

Geeezzzzz! Ngapain sih nih bocah!
Ku putuskan mengangkat panggilannya bersiap  menyemprotnya.

"Halo! Apaansih, dek! Kamu itu yaa..."suaraku terputus karena mendengar suaranya yang terbata-bata.

"Mas! Mas! Aku kecelakan." Katanya panik.

"APA! DIMANA?" Tanpa sadar aku langsung berteriak kencang sembari bangun dari tempat tidurku. Tangan kiriku langsung meraih celana jeans yang tergantung di belakang pintu dan berusaha ku pakai. Agak sulit karena tangan kananku masih mengangkat telpon dari Anna.

"Di deket kampus, Mas. Cepet kesini!"

"Kok bisa? Angkotnya nabrak apa gimana?" Kataku yang kini sedang memakai kaos putih. Sial kenapa terbalik begini sih! Ku buka lagi. 

"Ceritanya panjang. Mas kesini dulu. Ohiya. Jangan kasih tahu bunda, ayah atau siapapun. Ok! Buruan Mas Juna!" Katanya mengaturku. Dasar bocah bandel!

Aku langsung menuju garasi mengeluarkan si hitam motor ninjaku, kemudian membelah jalanan ibu kota menuju kampus adikku. Demi Tuhan kalau sampai terjadi apa-apa padanya aku juga ikut mati di tangan ayahku yang sangar. Anna putri bungsu kesayangan ayah, kesayangan kami semua. Aku menyayanginya walaupun gadis itu selalu merepotkan dari lahir.

Seperti orang yang kesetanan aku melajukan motorku kencang membuat keributan. Belum lagi suara knalpotku yang bising membuat sumpah serapah dari pengguna jalan bertaburan.

"Maju! Maju!" Aku sampai pada perempatan jalan. Macet! Aku tidak punya banyak waktu. Tak ku dengar arahan dari tukang parkir cebol itu. Aku langsung menyalib mercedes yang sedang maju mundur tidak becus dan  menduga pasti emak-emak yang bawa. Ku lirik kaca mobilnya benar. Ibu-ibu sosialita dengan kacamata segede kacamata kuda berada di balik stir mobilnya.

Ngreeenggggg!!!!

"Woy! SETAN YOU !!!" Tak ku pedulikan tukang parkir meneriakiku.

Dari jauh ku lihat orang ramai-ramai sedang berkumpul di kelokan jalan kampus adikku kuliah. Salah satu orang mendorong ninja hijau yang sepertinya bekas kecelakaan ke pinggiran jalan. Terlihat banyak goresan di body motornya.

Jantungku langsung berpacu cepat menghentikan motorku dan segera berjejal menembus kerumunan. Mana yang kecelakaan? Kenapa hanya ada angkot itupun tidak ada penumpang dan supirnya. Apa aku terlambat? Anna di mana? Aku mengepalkan jemariku frustasi.

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang