Aku dan Kamu (a)

1.4K 60 18
                                    

Author POV.

Minggu, pukul 15.30 WIB.

"Dek, kado buat Khandra udah di bungkus?" Anggi mencolek lengan Anna yang sedang malas-malasan berbaring di sofa, menonton tayangan kartun. Tangan kirinya memegang snack kripik rumput laut dengan mulutnya yang penuh sibuk mengunyah. Matanya melirik Anggi sekilas lalu dengan santai menjawab "Yoi". Baru saja Anggi akan duduk di sebelahnya, tiba-tiba Anna terbahak seperti orang gila, menyemburkan keripik di mulutnya. Sontak Anggi terlonjak mundur saking kagetnya.

"Wahahaha! Ampun, kocak! bebeknya.. bebeknya... Hahaha!" Mata Anna masih tertuju pada layar televisi tidak peduli Anggi di sampingnya komat kamit mengelus dada, istighfar. Anna terus memegangi perutnya tertawa geli. Sesekali dia mengusap sudut matanya di sela-sela tawanya yang tersisa.

"Haha.. Hah.. Hahaha..!" Saat tawanya mulai mereda sekarang ganti Anggi yang berdiri bertolak pinggang, geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik perawanya yang terkadang di luar nalar. Dia lantas melayangkan tabokannya di lengan Anna karena geram. Berpikir sampai kapan dia akan terus kekanak-kanakkan seperti ini.

Plaakk!

"Adaaw!! Apaan sih, Mbak?" Anna mengusap-ngusap lengannya nyeri, melotot kesal.

"Anak perawan bukannya mandi sana! sholat, dandan yang cantik, anterin Lili-lah!" Anggi terus mengoceh, sedangkan Anna dengan tegas menggeleng tidak mau. Dia terus menjejalkan kripik ke mulutnya tidak menghiraukan omongan kakaknya.

Mengantar ponakan ke rumah mantan? Cih! Yang benar saja!

Anna menggigit keras keripiknya. Mempertahankan diri.

"Antee! Ayo, ayo!" Pertahananya di serang. Sekarang giliran tangan kecil Lili menarik-narik kakinya. Anak itu sudah berdandan rapi dengan dress selutut berwarna pink. Rambutnya dengan gaya boob sebahu di pakaikan bandana warna putih berbulu lembut. Lucu sekali, seperti peri angsa dalam Disney. Tapi sebentar, hanya saja ada yang aneh di di pandang mata. Bedak Lili terlalu tebal, nemplok tidak rata di sana-sini. Aroma minyak kayu putih dari tubuhnya juga menguar terlalu menyengat.

Anna melebarkan matanya heran. Tidak habis pikir selera mbaknya berubah menjadi acak adut tidak karuan.

Ckckck! Memang sih, Lili Balita. Tapi nggak segitunya juga kalee..

"Mbak, kita mau ke acara ulang tahun apa mau ngelenong, sih? Terus Itu bedak apa tepung sagu? Di pikir Lili mochi apa? Minyak kayu putihnya juga! Di pakein sebotol apa gimana, sih? astaga!" Anna nyerocos protes menutup rapat hidungnya. Secara dia tidak menyukai aroma obat-obatan seperti minyak kayu putih, balsam, dan sejenisnya. Kalau begini ceritanya semakin malas saja dia mengantar Lili ke pesta ulang tahun Khandra.

Anggi mendecih kemudian memutar balik tubuh Lili. Dia penasaran mengecek dandanan anaknya. Dahinya berkerut, heran.

Perasaan tadi tidak seperti ini, deh.

"Iya juga, sih. Ya kamu makannya bantuin Mbak, dong!Tangan mbak repot, nih. Mau buat susu buat baby Ra yang baru bangun. Kamu tahu, kan? ASI mbak lagi bermasalah tidak mau keluar. Jadi sementara baby Ra minum susu formula dulu. Kamu tolong urus si Lili, ya. Benerin yang harus di benerin, ok! Baby Ra udah nangis, nih!" Rentetan alasan Anggi keluar tak kalah panjangnya. Membuat Anna pusing tujuh keliling kali lapangan bola.

Anna melirik tangan kanan Anggi yang hanya memegang botol susu. Dia lalu beringsut bangun dari tidurnya.

Repot apanya!

"Sebenarnya aku adikmu atau baby sittermu, sih! Jangan-jangan, aku adik yang di tukar." Anna terus menggerutu sambil menjilati bumbu keripik yang tersisa di jari-jarinya. Sedang Anggi Segera melenggang ke dapur meninggalkan adiknya, tidak tahu lagi harus berkata apa.

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang