Pernikahan

1.3K 71 2
                                    

Author POV.

Seminggu setelah tragedi puding strawberi...

"An, kamu yakin?" Anggi menatap lurus mata Anna, menimbang-nimbang apakah keputusan yang Anna ambil saat ini memang tepat.

"Aku yakin banget, Mbak. Insyaallah aku mau dan ikhlas." Kata Anna dengan seulas senyum di bibirnya. Kemudian muncul Juna dari dapur ikut menimbrung percakapan kedua saudaranya itu.
"Yaudah, dek. kalau kamu sudah ikhlas dan yakin, Mas senang dan ikut setuju."

***

Anna POV.

Aku yakin kali ini sebagai perempuan yang sudah dewasa aku telah mengambil keputusan yang tepat. Apapun resikonya! Tidak ada keputusan yang harus di sesali karena apapun jalan yang telah kita ambil semua sudah menyimpan resiko masing-masing.
***

JUNA POV.

Walaupun aku merasa akan di tinggal oleh saudara perempuanku. Aku tetap harus ikhlas demi kebahagiannya. Yang terpenting adalah ridho dari ayah dan bunda. Lepas itu aku ikhlas.

***
Anggi POV

Hiks, kenapa rasanya akhir-akhir ini aku selalu merasa sensitif begini. Dikit-dikit mellow, apa-apa sedih. Nonton Train to Busan yang kebanyakan dari awal sampai akhir menampilkan satu kampung zombie-zombie yang menjijikan bukannya takut aku malah nangis bombay melihat oppa-oppa ganteng itu di gigit zombie.
Gimana nonton kabhi kushi kabhi gham coba yang baper banget, Hiks. Ayah Bunda, Anna, Junaaa... 😭

***

Aryan POV.

Seminggu ini jadwal tugas kuliahku padat sekali, sampai-sampai aku merasa kehilangan separuh berat badanku.
Ini akibat lupa makan atau karena kurang perhatian?
Aku kuper, selain kurang pergaulan, aku juga kurang perhatian.
Ok! Kali ini aku menghina diriku sendiri.

Aku sedang sibuk berjuang menyelesaikan skripsiku tahun ini.Targetku adalah sidang bulan depan kemudian paling lambat wisuda 2 bulan kemudian, dan juga lulus dengan nilai cemerlang.  Aku ingin membuat  keluargaku bangga memiliku diriku sehingga mereka tidak kecewa dan tidak merasa sia-sia karena  telah banyak berkorban  mengeluarkan begitu banyak biaya tak terkira untuk pendidikanku sampai setinggi ini.

Ku tempelkan note-note tentang target yang harus tercapai.
Aku masih harus  mencari buku tambahan referensi karena aku merasa teori yang mendukung penelitianku masih belum kuat. Note itu juga berisi jadwal bimbingan, rapat, dll.
Ingat 3 bulan lagi aku harus ikut wisuda. Fokus! Fokus! Fokus! Tapi, arrgghhh!! aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Ada yang sedang mengganggu pikiranku yang sudah ruwet ini siapa lagi kalau bukan gadis itu! Memikirkanmu sungguh merepotkan!

Jujur saja, aku tidak begitu  stress karena skripsiku ini yang di ujung deadline, dan lagi aku juga tidak merasa di persulit oleh dosen pembimbingku tapi, yang mengganggu pikiranku  adalah secarik undangan pernikahan yang di antarkan oleh Juna dan Anna kemarin siang.

Aku serius. Itu bukan undangan pernikahan Juna karena ketika aku bertanya apakah itu undangan pernikahannya atau bukan, Juna menjawab dengan menggelengkan kepalanya . Ketika ku lirik adiknya, apakah Anna? Juna hanya tersenyum simpul dan Anna juga diam, kemudian tanpa dosa mereka berlalu tanpa meninggalkan  sepatah katapun.
setidaknya beri aku jawaban ya atau bukan, kakak adik sialan!

Aku meremas undangan itu, kesal. Secepat itukah? Aku tidak percaya bocah kecil tengil itu ternyata sudah mempunya calon suami. Padahal telah tersirat di dalam hatiku untuk segera memastikan perasaanku padanya. Aku tidak suka main-main. Aku berencana akan melamarnya setelah aku wisuda nanti.

Dan kalian jangan pandang aku sebelah mata, bisnis furniture yang sudah 3 tahun aku rintis berkembang pesat. Aku bisa mencukupi biaya hidupku nanti dengan Anna. Aku sudah diajarkan mandiri oleh orang tuaku sedari kecil. Soal mental insyallah aku siap yang penting niat dan Anna mau padaku.

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang