Isi Dua Hati

1.2K 73 0
                                    

Aryan POV.

Aku terdiam memandangi sekotak puding yang tergeletak di atas meja. Gadis itu tadi datang menjengukku.

Aku kembali mencicipi puding itu dengan sendok yang baru ku ambil dari dapur. Memang lezat. Pantas saja dia tidak tahan untuk tidak memakannya.
Dia bilang  itu buatan bundanya. Entah kenapa aku lebih berharap kalau dia yang membuatkan puding itu untukku.
Kalian boleh cap aku mungkin sedang kasmaran atau kekanak-kanakkan, tapi gadis itu memang  telah berhasil mengusik hatiku sejak aku melihatnya pertama kali bergabung menjadi anggota karang taruna.

Dari situ, aku sering memperhatikannya diam-diam. Aku ingin tahu, selain wajahnya yang cantik dan senyumnya yang menawan apakah dia juga  mempunyai otak yang cerdas? Karena jujur saja, aku benci dengan wanita yang isi otaknya hanya memikirkan make up, mall, hang out sana sini menghabiskan waktu tidak berguna.

Tetapi, setelah beberapa kali pertemuan rapat, ku perhatikan dia memang lumayan cerdas dan berbeda. Dia juga kritis. Di sisi lain dia terlihat masih kekanak-kanakan karena tingkahnya yang usil tak jarang mengganggu teman di sebelahnya.
Sebenarnya aku menyukai program teaternya yang akan mengangkat cerita Cut Nyak Dien pada acara 17 Agustus nanti. Aku suka dan menyetujuinya. Tapi aku sengaja mempersulit tanda tangannya. Itu sebagai balasan tingkahnya yang konyol dan membuatku malu.
Yang benar saja, dia menarik sarungku di hadapan orang-orang hingga menyisakan celana boxerku yang saat itu aku kebetulan sedang ingin memakai boxer gambar tengkorak. Memalukan! Rasanya, aku ingin mencubit dua pipinya yang chuby itu. Dasar gadis nakal!
Tapi aku bersyukur, karena insiden itu, aku jadi punya banyak alasan untuk mengganggunya, menyita perhatiannya.

Mungkin kalian berpikir aku adalah lelaki yang aneh, tidak gentleman atau entahlah terserah bagaimana pendapat kalian.
Yang jelas Aku memang tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan rasa tertarikku pada seorang gadis. Aku juga bukan tipe orang yang romantis atau suka melontarkan gombal-gombal picisan seperti laki-laki lain jika ingin mendapatkan hati wanitanya. Bagiku hal-hal seperti itu terlalu berlebihan dan membuatku  merasa bodoh.
Tapi bukankah perasaan ini memang jelas meracuni otak dan pikiranku menjadi bodoh dan lagi menyingkirkan logika?

Aku masih diam memandangi puding yang sudah tinggal setengah. Ku lirik lantai sedikit berantakan gara-gara tragedi tadi. Mengingat itu aku jadi senyum-senyum sendiri dan mendadak gugup menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

Gadis ceroboh! Bisa-bisanya dia memaksaku menyuapkan pudingnya. Dia pasti tersinggung sekali saat aku bilang padanya bahwa dia jorok karena makan satu sendok bekas sendok yang sudah ku makan. Lalu aku menolak satu sendok denganya.
Kalau yang satu itu, ehm aku memang belum terbiasa. Aku refleks saja mengeluarkan kata-kata itu.

Aku jadi memikirkan dia yang terjerembab di atas dadaku. Membuatku terkejut menahannya tubuhnya.
Kami sempat berpandangan sebentar. Merasakan detak jantungnya yang berpacu cepat, wajahnya yang memucat dan gugup. Baru kusadari dalam jarak sedekat itu matanya sangat indah dengan bola mata hitam pekat memesona.

Apa ini?!
Apa otakku sudah mulai tidak waras karena akhir-akhir ini pikiranku selalu di penuhi bayang-bayang tentang dirinya?

Gila! Dia bahkan membuatku tidak fokus mengendarai motorku hingga oleng di tabrak angkot. itu terjadi ketika aku mengantarnya pergi ke kampus pagi itu. Aku yang tidak sengaja melihatnya sudah rapih dengan gaya anak kuliahan sedang menunggu angkutan umum di depan gang rumahnya.
Aku sempat berpikir juga kenapa dia tidak membawa motornya. Lantas tanpa banyak pikir lagi, aku menghentikan motorku memaksanya untuk duduk di belakang kemudiku.
Tak terhitung bagaimana bahagianya aku. Sebenarnya ada rasa deg-degan juga. Karena itu  sepanjang jalan aku berusaha menormalkan semuanya dengan menahan diri untuk diam dan  tidak menghiraukan gadis itu yang selalu saja cerewet mengajakku bicara.

Ada yang aku tidak aku suka dari sifatnya selain ceroboh, keras kepala, dia juga gadis kecil nakal yang harus di ajari tata krama. Mulutnya yang selalu teriak-teriak di depanku dengan panggilannya Lo! Lo! Gue! Gue! Membuatku kesal. Pasalnya aku lebih tua darinya. Sedangkan dia saja memanggil kakanya dengan panggilan mas. Baik, lain kali aku akan membuatnya memanggilku dengan panggilan yang sopan.

Hahaa!  Satu yang tidak bisa aku percaya, ternyata dia adik Juna. Juna si jago basket yang cukup populer di sekolahku dulu, yang juga sempat cemburu padaku mengira aku telah merebut kekasihnya Layla yang memang satu kelas denganku. Aku tidak mengerti mereka kekasih atau bukan yang jelas aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Layla. Kenal dekat pun tidak.
Aku tidak heran, memang banyak gadis di sekolah yang sering mengaku-aku bahwa aku adalah pacarnya.

Sekarang yang aku tahu Layla sudah meninggal karena penyakit paru-paru yang di deritanya.

Cukup sudah hatiku terusik pada gadis itu, Anna. Aku tidak ingin membiarkan semuanya  barlarut-larut dan bermain-main dengan perasaan ini. Hentikan atau menjalaninya dengan cara yang baik, karena dia benar-benar sudah mengganggu hatiku.
***

Anna POV.

Hari ini aku tidak bisa fokus latihan teater. Bukan sekarang saja tapi sejak aku  berada di kelas tadi hatiku sudah kacau balau tidak karuan.

Ini kenapa?
Aku menutup kepalaku dengan telapak tangan merasakan wajahku yang memanas tidak henti-hentinya.
Gara-gara manusia siluman itu!
Lagi- lagi, ah Sudahlah! pasti cap gadis mesum sudah bertengger di batok kepalanya.

Huaahhh hiks! hiks! Kenapa jadi begini? Aku frustasi.

"Na! Lo sakit?" Suara Pipik menyadarkan lamunanku.

"Eh, enggak Pik. Emang lagi ngga fokus aja."Kataku tersenyum kecut. Pipik memegang pipiku yang katanya memerah.

"Panas, An. Kayanya lo sakit deh. Mending pulang aja istirahat."

"Iya, An. Kayanya gue hari ini sampe sini aja latihannya. Pengen istirahat." Lantas aku meraih tasku dan melambaikan tangan pada Pipik keluar ruangan.

Malamnya di kamar, aku juga lebih banyak diam. Tengkurap, terlentang, miring kanan, miring kiri, aku mencoba tidur dengan berbagai posisi tapi tidak bisa.

Sebenarnya aku kenapa? Apa aku sakit? Apa penyakit Aryan menular padaku? Memangnya dia sakit apa, dia kan sakit karena kecelakaan bukan sakit yang aneh-aneh. Tapi aku merasa ada yang aneh pada diriku.

Aku lemas, memanas dan segera ingin tidur saja memeluk guling di sampingku.

Tbc.... vote ya 😊

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang