Keputusan

553 28 11
                                    

AUTHOR POV

Setelah kejadian hari itu, Anna tidak bisa tidur lelap. dia terus memikirkan kata-kata Aryan bahwa dia telah mencarinya selama ini. Bagaimana bisa, sedangkan saat itu dia merasa di lupakan begitu saja?

Maka, saat rasa penasaran di hatinya terus bergejolak, Anna memutuskan untuk bertanya pada Anggi. Anna yakin Mbak-nya itu pasti tahu sesuatu selama dia tidak di sini. 

Dia buru-buru meraih sweater dan jilbab yang tergantung. Lalu keluar  menuju kamar Anggi. Diketuknya perlahan. Tidak terkunci. Dia buka, dua ponakannya sedang tertidur lelap. Di susurinya ruang depan.
Televisi mati. Dari situ Terdengar
Suara Mas Azmi sedang ngobrol  bersama Mas Juna dan Mas Aiman di teras depan. Kesempatan bagus.
Satu tempat lagi, dia menelisik ke dapur, sasarannya yang di cari ketemu.  Dari aromanya tidak salah lagi, dia sedang menggoreng tahu.
Ini dia ibu-ibu itu! Katanya dalam hati. Bukan main Anna girang. Merasa semesta sedang mendukungnya.

Tidak menunggu lama

"Mbak.." Katanya lirih, menepuk bahu Anggi. Lalu duduk di kursi.

"Hmm.." Mbak Anggi tidak menoleh. Masih fokus menggoreng tahu isi.

"Mau tanya.."

"Hmmm",

"Mbakeee!" Anna mulai memakai nada tinggi.

"Apaan?" Anggi memicing.

"Tahu satunya berapaan yaa?!" Malah jadi tahu.

"Nggak di jual! bikinnya pake cinta. Wahai adikku, berdosa loh mengganggu seorang permaisuri cantik yang sedang menggoreng tahu untuk Kakanda-nya."
Anna memutar bola matanya, hampir muntah mendengarnya.

Yuck! memangnya kita lagi main raja-rajaan!

"Mbak, aku serius, nih. Sebenarnya, waktu aku di Kalimantan, Kak Aryan pernah nyariin aku nggak, sih?" Tanya Anna to the point. Untuk menghilangkan kikuk, dia mencomot gorengan yang sudah matang dan menggigitnya.

Anggi melirik adiknya sekilas lalu berhenti menggoreng. Dari ekspresinya, sedikit bingung harus menjawab apa.

"Nyariin nggak, Mbak?" Anna masih mengunyah, berlagak santai tapi dalam hati deg-degan mengharapkan jawaban.

"Hmm, Mbak bingung jawabnya. Kamu tanya sama Mas Juna aja deh Na.. Mbak takut salah ngomong." Anggi kambali meniriskan tahu yang sudah matang.

"Ayolah, Mbak.. Mbak, kan tahu Mas Juna gimana sama Aryan. Mbak, nyembunyiin sesuatu, ya?" Tatapan Anna di buat sendu. Sengaja memelas pada Anggi, untuk meruntuhkan pertahananya.

Anggi menarik napas berat, tidak tega juga. selama ini, bagaimanapun dia  menutupi, Anna tetap akan tahu kebenarannya suatu saat entah dari siapapun itu.

"Gimana, mbak?" Anna terus mendesak tidak sabar.

"Ayo, Na..abis Mbak goreng tahu aja kita obrolin di kamar kamu . Jangan di sini. Khawatir tembok jadi mata-mata Mas-mu." Anna mengangguk antusias, sangat bersyukur memiliki Mbak Anggi saat ini. untuk urusan perasaan rupanya Kakak perempuan itu lebih bisa di ajak kompromi di banding Mas-nya yang keras kepala.

Sesaat setelah Mbak Anggi selesai menghidangkan tahu goreng pada Kakanda dan pengawalnya, mereka berdua masuk ke kamar Anna dan mengunci pintunya. Sedikit berdebar takut sekali Juna tiba-tiba masuk.

"Na, kamu janji ya. setelah dengar ini harus tetap bisa mengendalikan emosimu. Mbak takut jadi masalah dengan Mas Juna. Tapi Mbak pikir kamu juga harus tahu." Kata Anggi serius. Anna mengangguk mengerti. Siap untuk mendengarkan.

"Sebenarnya seminggu setelah kamu pergi ke Kalimantan. Aryan datang ke rumah. Dia minta maaf sama ayah dan Bunda. lalu, memohon meminta alamatmu di sana. Tapi kamu tahu, kan? Mas Juna nggak mungkin dengan mudahnya memberi tahu tempatmu di Kalimantan. Mustahil malah. Dia juga sempat menghajar Aryan, Na. kalau tidak ada ayah mungkin waktu itu Aryan sudah di bawa ke rumah sakit. Bayangin aja. Juna tenaganya kuat banget, di tambah Aryan yang nggak ngelawan sama sekali." Anna menutup mulutnya terkejut. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang