Bertemu Denganmu

1K 45 23
                                    

Author POV.

Semenjak Anggi melahirkan anak keduanya, ia mendadak berubah menjadi the real emak-emak sejati yang sangat sibuk. Mulai dari pagi menyusui babynya, memandikan, mengganti popok, lalu malamnya menidurkan anak-anaknya, lantas kembali terjaga saat tengah malam karena si baby yang menangis karena haus. Belum lagi siangnya ia harus mengatasi Lili yang rewel, merengek minta di perhatikan, bahkan terkadang masih minta di gendong dan di suapi. Hah! sungguh rasanya melelahkan tapi nikmat. Bukan, bukannya dia mengeluh, dia hanya sangat amat bersyukur karena di umurnya yang masih muda ini sudah di karuniai dua anak yang sehat dan lucu. Dia sangat menikmati perannya menjadi seorang ibu. Walaupun hal itu tentu saja membuat Anggi cukup kerepotan kalau saja tidak ada Anna dan Bunda yang membantu mengurus dua krucilnya. Sebenarnya Anna sempat menyarankan Anggi untuk menyewa baby sitter saja.  Tapi jawaban Anggi adalah, dia tidak  berminat  dengan alasan kurang percaya kalau anaknya di pegang oleh orang asing. Bukan karena apa-apa, sih. Lagi pula Lili masih terlalu kecil. Akan lebih baik kalau dia sendiri yang mengasuhnya.

Oleh sebab itu, sebagai tante yang baik Anna sering mengajak Lili  ke taman setiap sore. Ikut berbaur dengan para ibu yang menemani anak-anaknya bermain, melihat mereka dengan riang berlarian kesana-kemari tanpa beban, naik turun prosotan, bermain ayunan, lalu di buat gemas oleh tingkah polos dan lugu mereka. Apalagi  kalau sampai ada yang berantem karena rebutan mainan, lalu menangis, mengadu pada orang tuanya, benar-benar semakin menambah ramai suasana. Anna sangat menikmatinya. Menikmati dunia anak-anak yang menurutnya sungguh unik dan menyenangkan.

Ah, indahnya masa anak-anak. Dimana pusat cinta hanya tertuju kepada orang tua saja.

Di taman, orang yang selalu menemaninya mengobrol adalah mbak Nina. Itu karena mbak Nina dan Khandra yang selalu rajin menyambangi taman dan mengajak Lili bermain. Anna menyukai anak itu. Berkat Khandra, Lili tidak lagi pendiam dan penakut seperti dulu. Kosakatanya juga sudah mulai banyak. Sekarang dia menjadi lebih aktif dan mulai banyak bicara. Apalagi kalau ada abang-abang tukang jajanan lewat. Semuanya dia panggil. Tau sendiri kan maksudnya? Saatnya menguras kantong tante.

***

Sore itu, Langit masih cerah. Anna dan mbak Nina sedang duduk di bangku taman. Posisinya saling berhadapan karena Anna sedang serius menyimak cerita mbak Nina. Mbak Nina bilang , waktu di kampung dia sering sekali di buat kesal oleh kucing kampung peliharaan tetangganya. Kucing itu warnanya hitam  dan badannya besar. Bagian menyebalkannya adalah karena hobinya yang suka mencuri ikan asin. Hampir setiap mbak Nina beli ikan asin, baru di letakkan di meja dapur, matanya meleng sedikit, ikannya sudah ludes di curi. Saking kesalnya mbak Nina pernah melempar kucing hitam itu dengan sendal jepit yang dipakainya. Bukannya kabur, kucing itu justru dengan kurang ajarnya malah mengencingi sendalnya. Seakan menantang dan mengajak perang. Sudah geram, mbak Nina akhirnya mengutuk kucing itu agar di rubah saja menjadi kucing asin. Namun naas, kutukannya tidak kunjung dikabulkan karena rupanya dia belum cukup terzholimi.

"Habis kesal, mbak! Kan saya sudah kasih satu ekor. Masih aja Itu kucing garong naik-naik ke atas meja." Celotehnya sebal.  Sedang seru-serunya bercerita, tiba-tiba saja hape mbak Nina berdering. Membuatnya langsung permisi untuk mengangkatnya sebentar.

"Hallo, pak?" Katanya kemudian.

"........" Terdengar suara kresek-kresek dari kejauhan. Anna diam memperhatikan.

"Khandra sedang bermain di taman, Pak" Sambil bicara, Mbak Nina lalu berjalan mendekati Khandra.

"........"

"Bapak pulang cepat? Apa saya dan Khandra langsung pulang juga?"

"........."

"Ooh, Bapak mau menyusul? Baik kalau begitu, Pak." Mbak Nina selesai bicara. Dia  menutup telponnya lalu kembali duduk di sebelah Anna, membiarkan Khandra bermain lagi, tidak jadi membawanya pulang.

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang